WARNA-WARNA LANGIT UNTUK MA'AM MIROTIN
Warna-Warna Langit untuk Ma’am Mirotin
Beliau adalah dosen sastra saya di Sastra Inggris. Semester 5, saya belajar Modern Literature (Sastra Modern) bersama beliau. Lalu di semester 6, saya dipertemukan lagi dengan beliau untuk belajar Literary Criticism (Kritik Sastra). Bagi saya pribadi, beliau adalah sosok dosen yang selalu mengapresiasi hal positif, hal baik, dan kreativitas yang dilakukan mahasiswa sekecil apa pun. Hal ini terbukti saat beliau mengajar di kelas.
Semester 7, saya mengumpulkan, menulis, dan menyusun puisi-puisi saya yang pernah saya tulis. Khususnya, puisi-puisi pilihan yang saya tulis sejak MTs hingga di bangku kuliah, untuk disetorkan ke penerbit. Awalnya saya takut, sungkan, tidak percaya diri, dan gelisah untuk meminta Ma’am Mirotin membaca, memberikan review, dan endorsment untuk naskah antologi puisi pertama saya.
Setelah saya coba menghubungi beliau, ternyata beliau memberikan respon baik dan sangat antusiasuntuk membaca naskah antologi puisi saya. Sungguh, dengan penuh rasa takzim dan bahagia, saya sangat berterima kasih sekali pada beliau, karena telah bersedia meluangkan waktu berharganya untuk membaca naskah antologi puisi saya di tengah kesibukan yang beliau miliki.
Hingga Alhamdulillah, atas izin Allah naskah antologi puisi saya pun terbit menjadi sebuah buku. Tanggal 10 Februari 2020, saya baru bertemu dengan beliau untuk memberikan buku saya. Dan ternyata beliau juga memberi saya buku antologi cerpen berjudul “Merantau” karya suami beliau, yaitu Bapak Rio F. Rachman. Seakan pemberian buku dari beliau ini sebagai isyarat bagi saya, agar selalu menulis dan terus berkarya.
Jujur, selama ini saya tidak pernah menyesal telah jatuh hati pada sastra dan mulai senang menulis sejak MTs. Oh iya, saya tidak menyangka sama sekali kalau suami Ma’am Mirotin ternyata seorang penulis. Ah, membuat saya punya harapan, semoga kelak pendamping hidup saya adalah seorang penulis (Eh, wkwkwk :D). Eits, yang penting sosoknya baik, setia, dan bertanggungjawab sih ya.
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pramoedya Ananta Toer)
Sumenep, 22 Maret 2020
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!