AWAL NIMBRUNG DI ALIANSI MAHASISWA BIDIKMISI

 

Awal Nimbrung di Aliansi Mahasiswa Bidikmisi

    Sungguh, jangan ditanya lagi betapa saya sangat bersyukur dan haru bahagia saat mendapat kabar bahwa saya diterima, lolos seleksi, dan menjadi salah satu penerima beasiswa Bidikmisi di kampus saya. Pengumuman yang dinanti-nanti cukup lama, mulai dari awal daftar, mengajukan diri bersama berkas-berkas yang diminta, disurvey ke rumah, akhirnya keluar juga pengumumannya. Teman seperjuangan saya dari Sumenep lah, Ulul Abror (Uroy), yang pertama kali memberi tahu saya bahwa ada nama saya di pengumuman itu. Dia memberi ucapan selamat kepada saya lalu pergi ada urusan lain. Saat itu, saya lagi ada di Blok M, jaga stand Dies Natalis prodi.

    Untuk cerita proses perjuangan sejak awal mula daftar, melengkapi berkas-berkas, disurvey, hingga dikabari diterima, sudah ada di tulisan saya sebelumnya yang saya tulis pada bulan Desember 2016, dan telah disimpan di blog pribadi saya pula, yang berjudul “Impianku Membiru di Langit Surabaya”. Ini linknya: http://sitiramlah05041998.blogspot.com/2017/07/impianku-membiru-di-langit-surabaya.html. Baru saya upload di blog pada tahun 2017, karena saya memang baru punya blog sendiri sejak awal tahun 2017.  

    Saya pun pinjam HP Android teman untuk mengecek sendiri langsung di website resmi kampus. Karena, saat itu saya masih belum punya HP Android sendiri. HP saya masih HP biasa yang tidak bisa dibuat untuk mengakses internet. Kemudian baru, tak lama setelah itu, orang tua membelikan HP Android seharga Rp.1.300.000 untuk saya, agar digunakan keperluan sehari-hari kuliah, yang sekarang HP itu entah ada di mana. Dicuri maling yang entah siapa dia, pada bulan Februari 2017. Saat saya tidur pada malam hari di Asrama. Semoga, orang itu bertaubat, dan kata Ibu pasti akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akhirat. Lalu, saya pun beli lagi HP Android yang baru seharga Rp.1.600.000, memakai uang beasiswa Bidikmisi setelah cair, yang Alhamdulillah HP ini masih ada dan utuh sampai sekarang, sejak bulan Maret tahun 2017, membersamai diri saya selama kuliah hingga saat ini. Sangat bermanfaat sekali menemani proses saya. 
 
    Tak lama setelah pengumuman itu, semua mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi disuruh berkumpul ke Auditorium kampus, untuk diberikan penjelasan, arahan, wejangan, dan motivasi terkait beasiswa yang kami terima dari pihak Bagian Kemahasiswaan kampus. Pada saat itulah, saya melihat ada kakak senior penerima beasiswa Bidikmisi di kursi depan, memakai jasket khusus penerima beasiswa Bidikmisi berwarna biru. Saya tidak tahu siapa saja kakak-kakak itu. Yang jelas, di antara kakak-kakak itu, ada Kak Ahmad Zulal Abu Main, yang pada saat itu saya pun masih belum tahu siapa nama beliau. Saat itulah, saya tahu bahwa penerima beasiswa Bidikmisi di kampus, ada organisasinya atau komunitasnya, bernama Aliansi Mahasiswa Bidikmisi yang disingkat menjadi AMBISI. Yang mana, ketua umum AMBISI pada saat itu di tahun 2016 adalah Kak Ahmad Zulal Abu Main (yang dipanggil akrab Kak/Mas Abu). 
 
    Sebelum acara berakhir, Kak Abu diberikan kesempatan berbicara dan menyampaikan suatu hal kepada kami, yang kemudian beliau meminta kami untuk mengacungkan tangan mewakili penerima beasiswa Bidikmisi di fakultas masing-masing agar nanti merangkul yang lain, untuk dicatat nomer HP-nya untuk dibuatkan group WA penerima beasiswa Bidikmisi angkatan 2016, sebagai wadah untuk silaturahmi dan komunikasi bersama. Entah kenapa saya bisa berani saat itu, tiba-tiba mau mengangkat tangan mewakili penerima beasiswa Bidikmisi di fakultas saya, Fakultas Adab dan Humaniora. 
 
    Singkat cerita, group WA penerima beasiswa Bidikmisi angkatan 2016 pun telah dibuat. Yang mana sebelumnya saya telah mencari nomer HP teman-teman AMBISI di fakultas untuk dibuatkan group WA AMBISI fakultas. Kalau tidak salah ingat, nomer WA teman-teman pun saya setorkan ke Mbak Ay (pengurus AMBISI dari Divisi Kaderisasi), meminta saya mencari nomer teman-teman AMBISI fakultas, untuk dimasukkan ke group WA AMBISI seuniversitas angkatan 2016. Di group WA inilah, terjalin silaturahmi dan komunikasi di antara kami. 
 
    Banyak hal, informasi, kabar, update kegiatan AMBISI, wejangan dari Kak Abu, dan masih banyak lagi lainnya, yang dishare di group WA AMBISI 2016. Melalui informasi di group WA inilah, saya mulai mengikuti kegiatan di AMBISI. Karena, kami semua diajak oleh kakak-kakak senior kami untuk nimbrung bersama. Pada acara pelantikan Kak Abu sebagai ketua umum AMBISI periode 2016-2017, saya belum bisa datang. Entah saya lupa ada halangan apa saya saat itu sehingga tidak bisa ikut. 
 
    Kemudian, saya pun ikut pada kegiatan lainnya, di kegiatan AMBISI Jalan-Jalan Sehat ke Taman Bungkul. Waktu itu saya bareng Ela, teman seasrama dari prodi Sistem Informasi yang juga penerima beasiswa Bidikmisi. Di kegiatan inilah, awal pertama kali saya nimbrung dan berkecimpung langsung bersama kakak senior dan beberapa teman AMBISI seangkatan. Jadi, the first time join itu, pada kegiatan ini, di bulan Desember 2016. Saya lupa, dulu ke Taman Bungkulnya jalan kaki atau naik angkot. Yang jelas, kalau pulangnya kami naik angkot. Di Taman Bungkul kami keliling-keling jualan es teh. Di tawarkan ke orang-orang yang ada di Taman Bungkul. Saya jalannya bersama Ela dan Afifah. Afifah juga penerima beasiswa Bidikmisi seangkatan saya, tapi saya sudah lupa dia dari prodi apa. 
 
    Hari minggu di Surabaya itu adalah hari CFD (Car Free Day), banyak mahasiswa tak hanya dari kampus saya, tetapi juga dari kampus-kampus lain ikut meramaikan Taman Bungkul. Ada yang jualan es juga, bahkan ada yang menawarkan untuk ikut seminar di kampusnya. Serta masih banyak lagi yang lainnya. Kalau tidak salah, ini adalah kali kedua saya ke Taman Bungkul. Pertama kali ke Taman Bungkul itu diajak Mbak Ririn, teman seasrama saya yang berasal dari Nganjuk dan anak prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA). 
 
    Nah, kegiatan jalan-jalan ke Taman Bungkul di AMBISI itu, merupakan salah satu proker dari Divisi Olahrga. Saat ikut jalan-jalan bersama AMBISI pertama kali itu, masih belum banyak teman-teman dan kakak senior yang saya kenal. Waktu itu, baru tahu sama Kak Ay, Kak Abu, dan Kak Ridwan. Selainnya masih belum kenal. Tapi Kak Abu berhalangan ikut saat itu. Bahkan, teman-teman yang saya kenal di saat itu pun yang juga ikut ke Taman Bungkul baru Ela dan Afifah. Sebenarnya ada teman laki-laki AMBISI seangkatan yang juga ikut, tapi saya belum kenal. Yang tahu itu, sama Jauhar saja, dia anak SPI, sefakultas dengan saya, waktu itu dia juga ikut ke Taman Bungkul. Tapi, saya belum kenal banget. 
 
    Intinya, saat saya tahu kalau penerima beasiswa Bidikmisi di UINSA itu ada komunitasnya, saya langsung berkeinginan untuk aktif di dalamnya. Mengikuti kegiatannya dan mengenal banyak teman di situ. Jujur, selama nimbrung di AMBISI saat kuliah, mulai dari awal sampai sekarang sudah lulus, yang saya rasakan adalah bukan hanya menemukan banyak teman, tetapi juga sosok keluarga dengan segala cerita dan kisahnya yang amat sangat inspiratif, serta memotivasi kuliah dan menjalani hidup di Surabaya. Apalagi dari Pak Ketum, yaitu Kak Abu, beliau begitu sering memotivasi kami di group WA dengan tulisan-tulisannya. Sesuai dengan lirik lagu Mars AMBISI, bahwa ketidakmampuan tidak akan menjadikan kita berhenti berjuang menggapai impian dan keterbatasan bukanlah sebuah penghalang untuk mewujudkan mimpi-mimpi. Jargon AMBISI yang sangat menonjol adalah “The Dreams Will Come True”. Sampai saya pun punya buku khusus untuk menuliskan deretan impian-impian saya di situ.

 

Catatan Hati Mahasiswi

Pulau Garam | 26 November 2020

Comments

POPULAR POST