SAMUDERA AIR MATA



Samudera Air Mata[1]

 

Kelak, perasaanmu adalah samudera air mata

Pabila kata-katamu merupakan minuman keras yang mencabik-cabik dada

Lalu kau meludahi cinta Allah dengan sengaja

Sampai matahari mencatatmu sebagai orang yang terusir dari cahaya

Sampai matahari menggorengmu di dapur mahsyar dengan minyak goreng yang dipanaskan dari jahannam

Sampai matahari berhasil mengubahmu menjadi hidangan yang telah lama ditunggu oleh para setan

 

Nikmatilah, ternyata racikan kata-katamu sendiri mengirimkan luka yang tidak sederhana

Dan rasa kepedihan yang mengulek-ulek tubuhmu hingga kulit-kulit beserta dagingnya mengelupas dan berserakan

 

Bahkan, pabila setiap gerak dan langkahmu menuju jalan yang terbuat dari pecahan-pecahan piring

Kemudian pecahan-pecahan itu kau lemparkan ke lubang Rahmat-Nya

Maka ketajamannya akan mengiris-iris kakimu sendiri

Saat meniti jembatan neraka

Dan menghardikmu untuk menginap di kedalaman panasnya air mata

Selama waktu yang tidak akan pernah bisa aku hitung dengan angka

 

Jangan sesekali kau berharap, ada aroma surga yang membuat hidungmu jatuh cinta

Karena harum surga hanya untuk orang-orang yang kata-katanya tercipta dari kelezatan kalimat-kalimat

Yang rasanya tidak akan pernah menua dalam hidangan cahaya

 

Dan saat ini, ada air mata hatiku yang selalu memutar tasbih

Seperti peredaran matahari dan bulan

Seperti pergantian siang dan malam.

 

Sumenep, 19 Februari 2015


[1] Meraih Juara 1 dalam Lomba Cipta Puisi Kandungan Al-Qur’an seleksi Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA) Se-Kabupaten Sumenep

 

Comments

POPULAR POST