SAMUDERA AIR MATA
Kelak, perasaanmu adalah samudera air mata
Pabila kata-katamu merupakan minuman keras yang mencabik-cabik dada
Lalu kau meludahi cinta Allah dengan sengaja
Sampai matahari mencatatmu sebagai orang yang terusir dari cahaya
Sampai matahari menggorengmu di dapur mahsyar dengan minyak goreng yang dipanaskan dari jahannam
Sampai matahari berhasil mengubahmu menjadi hidangan yang telah lama ditunggu oleh para setan
Nikmatilah, ternyata racikan kata-katamu sendiri mengirimkan luka yang tidak sederhana
Dan rasa kepedihan yang mengulek-ulek tubuhmu hingga kulit-kulit beserta dagingnya mengelupas dan berserakan
Bahkan, pabila setiap gerak dan langkahmu menuju jalan yang terbuat dari pecahan-pecahan piring
Kemudian pecahan-pecahan itu kau lemparkan ke lubang Rahmat-Nya
Maka ketajamannya akan mengiris-iris kakimu sendiri
Saat meniti jembatan neraka
Dan menghardikmu untuk menginap di kedalaman panasnya air mata
Selama waktu yang tidak akan pernah bisa aku hitung dengan angka
Jangan sesekali kau berharap, ada aroma surga yang membuat hidungmu jatuh cinta
Karena harum surga hanya untuk orang-orang yang kata-katanya tercipta dari kelezatan kalimat-kalimat
Yang rasanya tidak akan pernah menua dalam hidangan cahaya
Dan saat ini, ada air mata hatiku yang selalu memutar tasbih
Seperti peredaran matahari dan bulan
Seperti pergantian siang dan malam.
Sumenep, 19 Februari 2015
[1] Meraih Juara 1 dalam Lomba Cipta Puisi Kandungan Al-Qur’an seleksi Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA) Se-Kabupaten Sumenep
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!