PESAN KEPALA SEKOLAH

 

Pesan Kepala Sekolah

    Saya jadi teringat pesan kepala sekolah MA saya dulu (Kiai A. Dardiri Zubairi): “Setelah lulus, kemana pun kalian, intinya jangan pernah berhenti belajar. Yang mau meneruskan kuliah, kuliah lah yang benar. Jangan hanya mencari gaya hidup. Bagi yang setelah ini nikah, bagi saya tidak masalah. Intinya jangan berhenti belajar. Belajar dari sekitar dan peka dengan keadaan. Sebatas mencari ilmu saja tidak cukup. Harus belajar mengamalkan dan mothola’ah kembali.”

    Lalu, saya teringat kehidupan saya di asrama saat sekamar dengan Ustadzah Heni, Ustadzah Mila, dan Ustadzah Fatimah. Beliau semua sebelum berangkat ngajar kelas Ma’had sore belajar terlebih dahulu. Kitabnya pasti dimuthola’ah dulu. Begitu juga sebelum mengisi kajian Fathul Qorib ba’da isya’ atau kajian praktek fiqih ba’da subuh, pasti selalu belajar terlebih dahulu sebelumnya. Jadi, kalau mahasiswa (seperti saya) masuk kelas tanpa belajar dulu, pantaskah disebut kuliah?

    Flashback masa kecil, dulu saat saya ngaji di langgar. Untuk pindah ke kitab lain, guru saya mengharuskan 1 kitab hatam 3 kali. Setiap kalimat dalam 1 kitab, harus hafal murodnya untuk naik ke kalimat-kalimat selanjutnya. Sekarang masih hafal semua? Waduh, sudah banyak yang lupa murodnya. Kenapa? Karena tidak dimuthola’ah lagi.

    Saya pun juga melirik pada program di TPQ tempat saya belajar bersama anak-anak. Pak kepala mengharuskan setiap guru untuk tadarus (membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid yang benar) seusai pembelajaran di hari tertentu (2 kali seminggu). Ternyata, untuk apa? Agar tidak berhenti belajar, meningkatkan kualitas bacaan, dan memoles diri agar terus lebih baik.

    Gus Mus juga berdawuh: “Semakin banyak ilmu, semakin kita harus banyak belajar”. Iya ya, ternyata kita memiliki tugas untuk memuthola’ah kembali semua yang kita pelajari & memperkaya/menambah apa yang kita pelajari dengan banyak referensi lain. Dan jangan heran, apabila misalnya pernah menemui saya tergabung di kelas-kelas online-offline, ikut lomba ini itu, join ini itu, atau menjadi peserta apa pun. Tidak lain, karena diri saya masih merasa ternyata masih banyak hal yang belum saya pelajari dan harus belajar kembali.

Sumenep, 07 Mei 2020

 

Comments

POPULAR POST