DUA HARI DI KOTA GRESIK
Dua Hari di Kota Gresik
Ini adalah anugerah yang kedua kalinya dari Allah bagi diri saya. Bisa sampai di Kota Gresik. Pertama kali kaki berpijak di bumi Gresik adalah pada saat saya kelas 6 MI. Ziarah ke Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim bersama teman sekelas beserta para guru, di tahun 2010. Pada kesempatan yang ini, saya ikut ke rumah Yaniar dan menginap di sini selama dua hari, di bulan Januari 2017. Yaniar adalah teman perempuan sekelas saya di prodi Sastra Inggris. Kami sama-sama tinggal di asrama kampus dan kamar kami juga satu lantai, yaitu di lantai 3. Kami saling kenal dan berteman baik. Saya pernah bercerita padanya, kalau saya ingin sekali di liburan semester satu sowan ke Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim. Ternyata, rumah Yaniar di Gresik tidak jauh dari maqbarah kedua sunan. Ia mempersilahkan saya untuk ikut ke rumahnya dan akan diantar ke sana. Yaniar begitu welcome terhadap saya. Saya pun izin terlebih dahulu sama Ibu. Alhamdulillah, Ibu membolehkan saya untuk bersilaturahmi ke rumah Yaniar serta sowan ke Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim.
Waktu sampai di rumah Yaniar, kalau tidak salah di sore hari, Ibu dan Ayahnya nampak begitu ramah. Begitu pun juga dengan Yaniar. Duh, pokoknya saya benar-benar berterima kasih telah diterima kedatangan saya di sini, dua malam menginap, makan, mandi, dan shalat di rumah ini dengan segala kebaikannya terhadap diri saya. Malam harinya pun saya istirahat. Keesokannya, pagi-pagi sekali bersama Yaniar pergi ke Jalan Veteran, yang di samping jalannya ada semacam tugu bangunan dan ada tamannya juga serta ada tulisan Kota Gresik pula. Ya, untuk berfoto di sini. Sebenarnya kemarin saat perjalanan menuju rumah Yaniar, kami lewat sini. Saya melihat ke samping jalan, terlihat indah banget. Yaniar pun bilang, kalau saya akan diantar besok pagi-pagi ke sini. Selesai foto-foto dan melihat pemandangan di sini, kami balik lagi ke rumah Yaniar.
Sekitar jam 8 pagi, kami pergi ke Sunan Maulana Malik Ibrahim. Begitu sampai, saya pangling sekali. Terasa berbeda banget antara penglihatan mata saya 7 tahun yang lalu dan saat itu. Apalagi dulu waktu kecil itu pusing arah dan sampai di malam hari. Nah, pada kesempatan yang saat bersama Yaniar itu adalah di waktu siang hari. Jadi, ngerasa seperti ada perubahan. Dan memang, terlihat ada tembok berukir lukisan pemandangan di sebelah masjid. Sepertinya dulu itu belum ada.
Di Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim |
Seusai dari makam, Yaniar mengajak saya ke Alun-alun dekat situ. Keliling-keliling taman, tentunya juga tak lupa berfoto sebagai kenangan pernah singgah di situ. Tak lama kami di sini. Karena hari sudah semakin panas. Waktu juga sudah dzuhur. Kami pun kembali, mengambil sepeda motor Yaniar yang diparkir di dekat makam. Lalu pulang ke rumah Yaniar. Di hari itu kami hanya sowan ke Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sedangkan untuk sowan ke Sunan Giri, adalah pada keesokan harinya. Karena kata Yaniar nanti capek kalau langsung dijadikan satu hari. Tentu saya ikut apa kata Yaniar saja.
Singkat cerita, pada esok pagi harinya saya dan Yaniar pergi ke Sunan Giri. Berbeda dengan kemarin, kalau kemarin perjalanan kami menuju ke tengah kota, yang ini terasa seperti lebih ke daerah pegunungan. Jalanannya turunan-tanjakan. Sampai di Sunan Giri pun juga pangling. Karena dulu sampai di sini pada waktu malam hari. Dan kami pun menaiki tangga yang cukup banyak dan tinggi di sini, karena makam ada di atas sana. Sesampainya di atas, kami memilih tempat di luar saja untuk mengaji.
Di Makam Sunan Giri |
Setelah selesai, sebelum pulang, kami melewati kios-kios toko yang ada di situ. Di kesempatan itu, saya beli baju batik. Entah kenapa seperti sudah niat banget, kalau singgah di tanah para wali, pengen pulang membawa baju batik. Karena, yang saya jumpai di plaza-plaza dekat kampus itu jarang terlihat ada baju batik. Sedangkan orang yang jual baju di tanah makam para wali itu, terlihat banyak sekali baju-baju batik, seakan sudah menjadi khasnya. Tak hanya itu, kerajinan tangan, terus ada makanan dan jajanan khas pula. Saat saya menuruni tangga di Sunan Giri, sampingnya kan ada yang jual makanan dan jajanan khas, saya melihat ada jajanan unik tergantung berbungkus kertas putih seperti kulit jagung. Saya nanya ke Yaniar itu apa. Katanya namanya pudhak, makanan khas Gresik. Sehabis dari sini, siang harinya sekitar jam 2 siang, saya dan Yaniar balik ke asrama di Surabaya. Karena, saat itu Himaprodi kami, mau sambang teman yang sakit di Sidoarjo.
Alhamdulillah, keinginan untuk sowan ke Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim telah tercapai. Semoga, perjalanan ini barokah, menjadi sebuah recharge hati, akan terus menumbuhkan cinta pada para waliyullah dan ulama. Serta, tentu mau sekali diundang lagi oleh Allah untuk sowan kembali ke Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim.
Jujur keinginan yang tumbuh pada diri saya sejak saat itu, selama perjalanan kuliah ingin mengusahakan sowan ke bumi para wali songo. Alhamdulillah, dengan adanya teman-teman dan organisasi yang saya ikuti di kampus, satu persatu keinginan itu terwujud. Namun, hanya satu yang belum pernah sampai. Yaitu ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon Jawa Barat. Besar harapan saya, semoga suatu saat keinginan saya ini bisa terwujud. Semoga Allah, memberi saya kesempatan dan anugerah indahnya. Aamiin.
Catatan Hati Mahasiswi
Pulau Garam | 27 November 2020
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!