ENTAR MAJANG
Setiap kali datang langit jum’at
Kami memang sudah terbiasa mengadakan kompolan
Untuk menyampaikan sehimpun maha rindu sukma
Kepada teman sekawan, kepada saudara
Sebagai kerabat dekat, melebihi sebuah persahabatan
Ya, langit jum’at dengan sinar bulan
Sebagai penerang sesuatu yang sedang kami musyawarahkan
Sebagai penerang dalam menyusuri lorong jalan perbincangan
Sebagai cahaya yang teduh dan penuh sahaja
Dari kompolan itu lah
Esok harinya, kami pergi majang dengan bekal mengedepankan hati nurani
Dan membuang duri-duri hati
Agar tak ada luka
Tak ada duka dan kecewa
Di atas perahu yang kami tumpangi
Mula-mula, kami biarkan jala menyelami lautan
Mencari ikan-ikan
Yang sudah kami harapkan dengan banyak doa
Bersama sehimpun suara hati yang indah
Terus kami cari meski biru lautan akan menjadi hitam
Di tengah perjalanan,
Tiba-tiba ada yang lebih kami perhatikan
Sebuah lajangan yang sedang bermain-main di udara
Seakan rasa kebersamaan kami pun mengapung di udara
Di tengah perjalanan pula,
Tiba-tiba ada kalengbusbus
Sesuatu yag datang melebihi apa yang kami kira
Atas nama cinta untuk Madura,
Kami kembali merapikan hati yang terpintal-pintal
Hingga larut malam
Ada sesuatu yang kami temukan melebihi apa yang kami kira pula, sepatu emas kami temukan bersama ikan-ikan
Dalam jala yang kami selamkan
Semoga perjalanan majang menjadi hal yang kami tekuni
Tidak berhenti sampai di sini.
Sumenep, 19 Maret 2014
[1] Meraih Juara 2 dalam Lomba Cipta & Baca Puisi bertema “Kearifan Lokal” Se-Madura di Acara Aryaseda II yang diselenggarakan oleh Universitas Wiraraja Sumenep
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!