KERINDUAN YANG HARUS DITABUNG DI DUNIA

 

Kerinduan yang Harus Ditabung di Dunia

    Terihitung sejak 29 Maret 2018. Ditinggalkan oleh orang terkasih, seperti kehilangan tiang penyanggah. Timpang sebelah. Orang yang belum pernah merasa kehilangan, tidak akan pernah merasakan hal ini.

    Hidup dan perjuangan harus terus berlanjut. Meski telah pincang sebelah. Dan meyakini, bahwa skenario Allah adalah yang terbaik. Allah Maha Tahu masa depan, sedangkan diri ini tidak.

    Tidak pernah terbayangkan kerinduan yang harus ditabung, untuk memanen sebuah pertemuan kelak. Sebab, ini bukan lagi tentang pertemuan di dunia, tetapi tentang pertemuan di akhirat nanti. Orang yang belum pernah merasa kehilangan, tidak akan pernah merasakan hal ini.

    Sebenarnya banyak sekali yang harus ditabung, bukan hanya kerinduan yang dirasa begitu mendominasi jiwa. Kerinduan dalam makna lainnya perlu diimplementasikan dalam hidup selama nafas masih terus berhembus. Seperti perbuatan lainnya serta hal-hal lain yang terbaik juga harus ditabung. Agar kelak bisa langsung bertemu, berkumpul, dan bersatu utuh kembali. Serta agar tidak mencelakakan orang terkasih. Sebab, ini bukan lagi tentang pertemuan di dunia, tetapi tentang pertemuan di akhirat nanti. 
 
    Ayah, anak perempuanmu ini selalu berdoa, semoga Ayah diberikan tempat yang aman, nyaman, tentram, dan bahagia di sisi Allah. Semoga anak perempuanmu ini menjadi manusia yang baik, agar tidak mengalirkan dosa untukmu di sana. Anakmu tak mau Ayah menanggung perbuatan buruk yang dilakukan anakmu ini.  
 
    Ayah, semoga anakmu ini dan Ibu akan selalu berjuang dengan sabar dan tabah untuk menjalani jatah hidup kami di dunia ini, serta melakukan yang terbaik di atas bumi. Hingga, kita dipersatukan kembali pada suatu hari nanti, di tempat yang abadi. 
 
    Ayah, telah kusaksikan di depan mataku, sampai menusuk hatiku, sampai air mata berguguran menjadi puisi. Bahwa mati adalah hal yang pasti. Setiap yang bernyawa pada akhirnya pasti akan mati. Bahwa waktu sangat terbatas. Bahwa hidup di dunia begitu cepat dan sebentar. Benar kata Ayah, kita harus selalu berbuat baik, sebab kita belum tahu umur kita sampai di hari esok. Sebab, kita tak pernah tahu kapan maut akan datang menghampiri. 
 
    Jika ditanya seperti apa rasanya ditinggalkan oleh orang terkasih di dunia, dan seperti apa merinduinya setiap hari. Jawabannya adalah tak terhingga. Selalu hadir di hati, meski tak ada di depan mata. Segala kenangan membekas, selalu teringat, tak kan pernah hilang dari hati. Segala wasiatnya memotivasi untuk menempuh hidup ini. Ya, pada hakikatnya dirimu tak pernah pergi Ayah, jiwamu tetap ada, Ayah pun selalu di hati kami. Tapi, rindu yang menyelimuti hati, begitu melekat, karena tak dapat bertemu secara nyata seperti hari-hari sebelumnya. Maka, berjumpa dalam mimpi selalu kami nanti, sebagai salah satu obat rindu. Serta mengirimkan doa-doa untukmu, telah menjadi kewajiban setiap hari. Orang yang belum pernah merasa kehilangan, tidak akan pernah merasakan hal ini. 
 
    Ayah, diri ini sangat beryukur, sebab memiliki sosok Ibu yang begitu setia padamu. Ia adalah wanita surgaku dan bidadari duniaku. Sekelumit pun Ibu tak pernah punya keinginan untuk menikah lagi. Sebab, ia ingin kita nanti dipersatukan dan bersama lagi, di alam keabadian nanti. 
 
    Ayah, diri ini belajar dan takjub akan Ibu. Bahwa, menikahi seseorang yang hidup di dunia, harus menikahi takdir wafatnya pula (agar tak ada perceraian yang menyakitkan hati). Sebab, seseorang yang menjadi kekasih hati dan kita cintai sepenuh hati, adalah sosok manusia yang pasti mati. Dan, menikahi seseorang, berarti harus ikhlas sepenuh hati apabila kehilangan dirinya di dunia, karena belum tahu siapa yang nanti akan pergi duluan, bisa jadi ditinggal atau malah meninggalkan. Tapi, siapa pun yang ditinggalkan, harus berjuang dengan segenap jiwa melakukan yang terbaik agar berkumpul di surga, selamanya. Meski tak mudah untuk dijalani, butuh perjuangan untuk menerima semuanya, maka cita-cita berkumpul di surga harus jadi impian paling tertanam di dalam hati. Sebab, hidup yang abadi adalah di akahirat nanti. 
 
    Ayah, selama nafas ini masih terus berhembus, diri ini akan berusaha untuk selalu menjaga dan berbakti pada Ibu. Jujur, diri ini, sangat cemas apabila Ibu sakit, takut untuk kehilangannya. Takut, sangat takut sekali, Ayah. Maka, diri ini selalu berdoa agar Ibu diberikan kesehatan, umur panjang, dan bahagia. Sebab jiwa dan hati tak akan mampu untuk merasai sakitnya kehilangan lagi. Sebab sakitnya, begitu sakit tak terhingga merasakan sosok terkasih harus pergi dari dunia ini. Semoga Ibu, akan selalu dikaruniai kesehatan, berumur panjang, dan kebahagiaan. Aamiin, Aamiin, ya Rabbal ‘Alamiin. 
 
    Ayah, segala kasihmu berjejak di ubun-ubun yang dulu selalu kau tiup seusai shalat fardhu.

    Ayah, sampai jumpa, pada suatu hari nanti. Al-faatihah.

Sumenep, 07 Mei 2020

Comments

POPULAR POST