SELALU BUTUH UNTUK MENJADI GELAS KOSONG

 

Selalu Butuh untuk Menjadi Gelas Kosong

    Diri ini, selalu butuh untuk belajar. Dari siapa pun. Di mana pun. Kapan pun. Dan apa pun, selama itu masih hal yang baik, kenapa harus tidak. Sebagaimana yang dikatakan oleh K.H.Musthofa Bisri, bahwa “Semakin banyak ilmu, semakin kita harus banyak belajar”. Jika berhenti belajar, pasti tidak ada hal baru yang akan memacu diri ini untuk melanjutkan kehidupan ini.

    Sungguh, senang sekali saya tadi malam bisa belajar puisi bersama Bapak Bahauddin, dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) di UIN Sunan Ampel Surabaya yang berasal dari Sumenep. Sama sekali tak menyangka bahwa saya akan belajar dengan sosok penulis dari tanah kelahiran saya. Beliau didatangkan ke Pesmi oleh penanggungjawab kegiatan ekstrakurikuler “Pena Mahasantri”.

    Puisi-puisi beliau terkumpul dalam banyak antologi bersama, salah satunya di antologi Festival Sastra Majapahit pada tahun 2010. Tidak hanya itu, puisi beliau juga pernah dimuat di Majalah Sastra Horison oleh Bapak Jamal D. Rahman, beberapa tahun silam.

     Diri saya membatin, ke mana saja saya selama ini, selama kuliah kok baru sekarang bertemu dengan beliau. Hal penting yang sangat terekam saat belajar bersama beliau tadi malam, bahwa “Untuk menulis puisi itu, kita harus banyak mengkonsumsi membaca puisi setiap hari. Membaca itu mutlak, tidak bisa ditawar. Dan puisi itu adalah rasa, kita harus merasakannya agar puisi yang kita cipta terlahir jujur”.

   Pertemuan dan pembelajaran yang singkat bersama Pak Baha’ di ektra Pena Mahasantri, meninggalkan kesan yang membuat saya semakin tidak menyesal telah mencintai puisi selama ini. dan memilih puisi menemani perjalanan hidup saya.

     Salam ta’dzim kepada beliau, saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas kehadirannya dan telah berbagi perihal puisi. Semoga saya bersama teman-teman Pena Mahasantri bisa belajar lagi pada kesempatan lain. Aamiin.

Surabaya, 15 Maret 2020