WORKSHOP PERS MAHASISWA
Workshop Pers Mahasiswa
Di masa liburan semester 2 kuliah dulu, saya menemukan sebaran poster event Workshop Pers Mahasiswa yang diadakan oleh Sejuk. Kalau tidak salah, saya tak sengaja melihat WA story-nya Kak Ummal (salah satu mahasiswi KKN Internasional ke Belanda di tahun 2018, crew LPM Solidaritas UINSA, & merupakan awardee PBSB scholarship UINSA 2015). Saya awal kenal Kak Ummal di sebuah komunitas Sahabat Muda Surabaya. Saya pun tertarik untuk mengikutinya. Karena saya orangnya memang suka sekali terlibat dalam sebuah event, acara, dan kegiatan yang meliputi dunia literasi, pendidikan, dan kepemudaan. Prinsip saya, biar tidak nganggur, tidak banyak rebahan, dan agar waktu-waktu yang saya miliki tidak terbuang/terlewati secara percuma tanpa diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.
Event workshop tersebut dikhususkan bagi seluruh orang yang aktif/tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa di kampus seluruh Indonesia. Untungnya, saat itu saya merupakan bagian dari LPM Qimah di fakultas saya. Saya tak menyia-nyiakan kesempatan/peluang tersebut. Saya merasa bahwa peluang untuk belajar harus benar-benar diikuti, apalagi nanti akan tergabung belajar bersama seluruh mahasiswa yang berasal dari kampus berbeda-beda. Dan acara workshop tersebut pakai seleksi. Jadi, tak semua yang mendaftar itu diterima untuk mengikuti workshop tersebut. Ada yang ditolak dan ada yang diterima.
Jujur, saya mendaftarkan diri saya serta menyetor naskah esai dan CV saya di hari terakhir pendaftaran. Terakhir dikumpulkan jam 24.00. Saya baru mengumpulkannya sekitar jam 22.00/23.00. Bagi para pembaca, tolong jangan ditiru ya. Deadline hari terakhir memang memacu keras diri saya bergerak begitu cepat. Untung saja masih nututi. Kalau kebetulan kena sial (nau’udzubillah) akan ketinggalan atau bisa saja kesendat karena hal-hal yang tak diinginkan. Ah, pokoknya jangan sampai mengerjakan/melakukan apa-apa itu di deadline terakhir, bisa membuat tergesa-gesa, dan takutnya terjadi hal kegagalan yang tidak diinginkan. Saya pun belajar dari hal ini, sehingga saya selalu berusaha apa-apa dalam mengerjakan apa pun/menyetor tugas/naskah lomba dan lain semacamnya pokoknya jangan mepet deadline terakhir. Maksimal H-3 sebelum deadline.
Alhamdulillah berkas yang saya kirim melalui email berhasil terkirim dengan baik. Walaupun sebelumnya sedikit dibuat gelisah dengan rewelnya keberadaan sinyal di rumah yang agak susah. Ketika sukses terkirim, saya pun merasa lega. Serta berharap semoga saya bisa lolos seleksi/diterima untuk bergabung mengikuti acara workshop yang diadakan Sejuk tersebut.
Tak lama beberapa hari kemudian, saya mendapatkan balasan email, bahwa saya lolos/diterima untuk tergabung mengikuti workshop tersebut. Jujur, saya merasa senang waktu itu. Karena itu pertama kalinya saat kuliah saya mengikuti event di luar yang pakai mengajukan diri seperti itu. Event workshop tersebut di tahun itu kebetulan diadakan di Surabaya. Sebelum-sebelumnya pernah diadakan di Medan, Bogor, Jakarta, dan lain-lain.
Dalam balasan email tersebut pula saya mendapatkan tanggal waktu pelaksanaan beserta jadwal/rundown acara nanti di Surabaya. Acara workshop tersebut akan dilaksanakan di hotel 88 Surabaya. Saya senang sekali, karena itu adalah pertama kalinya saya memasuki sebuah hotel level Surabaya.
Pada link website yang memuat nama-nama peserta yang lolos untuk mengikuti workshop Sejuk, saya pun mengecek siapa saja yang lolos. Ternyata para pesertanya benar-benar mahasiswa yang berasal dari banyak LPM kampus seluruh Indonesia. Ada yang dari Jakarta, Jogja, Riau, Bali, Bandung, Malang, Makasar, dan yang lainnya. Saya pun tambah senang lagi. Karena pasti nantinya akan kenal dan berteman dengan mereka semua.
Di deretan nama yang lolos, saya menemukan nama seorang mahasiswi yang berasal dari kampus yang sama dengan saya. Dia adalah Jihan dari LPM universitas di kampus, yaitu LPM Solidaritas. Saya pun mencarinya melalui grup WA Pers Mahasiswa UINSA. Alhamdulillah, ternyata saya menemukannya. Jihan merespon saya di grup. Saya pun menjapri dia langsung karena saya ingin barengan ketika mau ke hotel 88.
H-1 acara workshop, saya yang waktu itu ada di kampung halaman, berangkat ke Surabaya. Keesokannya saya berangkat ke hotel 88 bersama Jihan dan beberapa teman yang lolos juga yang berasal dari Jogja & jakarta. Mereka sudah datang tadi malam dan menginap di kost-nya Jihan.
Sampai di hotel, kami pun mendatangi bagian administrasi untuk check-in kamar. Satu kamar diperuntukkan untuk 2 orang. Saya sekamar dengan Mbak Dilla yang berasal dari Makassar. Ternyata Mbak Dilla juga jurusan sastra inggris, sama seperti saya.
Pas masuk kamar hotel, saya cukup dibuat terpukau dengan interiornya. Bersih, indah, nyaman, minimalis, unik, dan pokoknya saya suka. Jujur, saya ingin mengatakan lagi. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki, memasuki, dan menginap di sebuah hotel. Sebelumnya tidak pernah sama sekali? Sebenarnya pernah dulu ikut Ibu jemput tetangga yang baru datang berhaji di salah satu hotel di Sumenep. Tetapi itu kan tidak menginap. Hanya di luar dan di lobinya pula. Tidak sampai masuk ke kamarnya. Dan itu pun cuma sebentar. Kamar hotel untuk orang yang baru datang berhaji di Sumenep dan hotel 88 di Surabaya ini tentu sangat berbeda. Ya, dari segi interior bangunannya dan yang lainnya.
Acara workshop di hotel 88 berlangsung selama 3 hari. Kebanyakan mendapatkan materi dan mendapatkan tugas serta dikerjakan pula di hotel. Malam harinya tidur di kamar hotel. Aduh, kasurnya empuk banget, pakai seprei bed cover lagi. Kamar mandinya, AC-nya, cerminnya, TV-nya. Hm, pokoknya terkesan cukup mewah. Gratis lagi. Dibayarin oleh pihak Sejuk.
Makan juga di hotel. Tiga kali dalam sehari. Menu makanannya juga enak-enak. Lengkap. Bisa milih. Minumnya juga bermacam-macam, ada kopi, es buah, dan lain sebagainya. Pokoknya Alhamdulillah banget saya diberikan kesempatan oleh Allah untuk tergabung dalam acara tersebut.
Materinya keren. Salah satu narasumbernya adalah bule/orang luar negeri. Karena Sejuk itu juga bekerjasama dengan FNF Fahrenheit Jerman. Orientasi materi workshop Sejuk itu tentang keberagaman. Ya, tentang bagaimana hidup, bersikap, dan mengambil tindakan di dalam sebuah negeri yang plural, majemuk, dan memiliki bermacam agama/kepercayaan seperti Indonesia ini. Juga, tentang bagaimana hidup damai dan rukun dalam sebuah negeri multikultural ini. Serta materi lainnya seputar keberagaman yang tentunya ada sangkut pautnya dengan dunia pers, mewartakan keberagaman, menulis berita, dan jurnalistik.
Ketika jeda materi di siang atau malam hari ada coffee break-nya. Beh, pokoknya ini the first experince banget bagi saya ngerasain acara ada coffee break-nya semacam ini. Awalnya, saya kurang tahu coffee break itu apa/seperti apa saat baca jadwal/rundown acara. Pas di sini, oh ternyata seperti ini toh coffee break. Jadi, coffe break itu semacam istirahat sejenak setelah mendapatkan satu materi dengan minum kopi/teh serta jajanan/kue untuk kemudian lanjut pada materi selanjutnya. Really, it is a new culture for me that I know in my life. And it’s good.
Sebenarnya saya masih setengah hati dalam menyukai dunia wartawan/mewartakan sesuatu seperti menulis berita, walaupun saya mengakui bahwa berita itu sangat penting. Tidak ada wartawan, sepertinya tidak ada berita berkeliaran sampai ke telinga kita sesuai fakta di lapangan. Karena jujur, saya jauh lebih suka dunia sastra dan karya sastra. Tetapi saya rasa, dunia jurnalistik juga penting untuk saya pelajari dalam hidup ini. Dari situ pula, saya bisa belajar untuk berpikir kritis akan suatu hal dan keadaan. Saya rasa ini cukup penting dalam hidup. Makanya saya mau belajar dan ikut bergabung dalam workshop ini. Karena bagi saya, menciptakan karya sastra tanpa research di lapangan pun pasti tidak akan begitu berkualitas.
Di hari terakhir event workshop, kami tidak lagi mendapatkan materi. Tetapi kami mendapat tugas untuk praktek langsung ke lapangan. Yaitu, kami diajak untuk mendatangi sebuah tempat penghayat di Surabaya. Tugas kami adalah mencari informasi seluas-luasnya, menggalinya, dan mewawancarai orang-orang di tempat itu. Lalu dijadikan sebuah tulisan seperti berita/esai beserta video dokumentasi/rekam jejaknya. Ya, mirip dan hampir persis pembuatan berita seperti di TV lah pokoknya. Untunglah, kemarin kami juga diberi materi bagaimana cara membuat video juga.
Kami mengerjakan tugas tersebut tidak secara individu, tetapi dibagi ke dalam sebuah kelompok-kelompok. 1 kelompok terdiri dari 4-5 orang. Seingat saya, saya sekolompok dengan Kak Dian dari LPM Mercusuar di UNAIR dan beberapa teman lainnya. Setelah tugas tersebut selesai dikerjakan menjadi karya tulis dan video, semuanya ditampilkan dan dipresentasikan di meeting room hotel.
Ya, itulah rangkuman cerita pengalaman saya dulu saat mengikuti workshop yang diadakan oleh Sejuk. Saya tentu mau lagi jika ada event workshop semacam seperti itu atau yang lainnya yang bisa menambah wawasan saya serta membuat saya banyak belajar lagi. Karena jujur senang sekali, bisa mengenal banyak teman dari sabang sampai merauke dan berasal dari banyak kampus di Indonesia. Bahkan impian saya malah ingin sekali mendapatkan kesempatan tergabung dalam event ke luar negeri. Baik itu workshop, short course, competition, conference, atau reward dari menang lomba, dan yang lainnya. Tentunya yang dibayarin/scholarship. Jika Allah menganugerahkan yang lebih, misal jalan-jalan, liburan, honey moon, sangat Alhamdulillah sekali. Wah, sepertinya saya mulai halu. Tetapi, bagi saya sebuah impian yang besar itu akan memacu untuk bergerak dan selalu berusaha serta berjuang tak henti-henti.
Catatan Hati Mahasiswi
Surabaya | 05 April 2021
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!