DRAMA CARI BUKU REFERENSI
Drama Cari Buku Referensi
Ketika mendapatkan tugas kuliah, tentu membutuhkan buku referensi untuk mengerjakan semua tugas makalah, paper, jurnal, esai, dan lain sebagainya. Buku referensi tersebut bisa dicari melalui online dalam format PDF atau bisa mencarinya di di perpustakan. Bisa saja tanpa harus mencari sendiri di internet atau di perpustakaan, tetapi langsung diberikan soft file/e-book oleh dosen pengampu di masing-masing mata kuliah. Ini lebih enak dan mempermudah mahasiswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya.
Berdasarkan rekam jejak pengalaman kuliah saya dulu, saya telah mengalami mencari buku referensi secara mandiri di internet, mencari di perpustakaan, dan ada pula dosen di beberapa mata kuliah tertentu langsung memberikan e-book untuk dibaca. Alhamdulillah, rata-rata semua dosen memberikan e-book. Hanya ada beberapa saja yang tidak, sehingga membuat saya harus mencarinya sendiri di internet, di perpustakaan, togamas, gramedia, bahkan sampai beli di luar.
Pengalaman mencari referensi buku/text/naskah di internet biasanya pada mata kuliah literature. Seingat saya seperti di mata kuliah Classic Literature, Romantic Literature, dan Comparative Literature. Juga di mata kuliah lainnya seperti Speaking for Formal Interaction dan Paragraph Writing. Nah, tetapi meskipun dosen di mata kuliah tertentu tersebut tidak memberikan langsung buku referensi, beliau telah mengarahkan dengan memberi Basic Course Outline (BCO) atau standar kompetensi apa saja yang akan dipelajar selama satu semester dan di BCO tersebut biasanya ada petunjuk referensi yang bisa kita klik linknya. Ada juga dosen yang langsung memberikan power point dari buku referensi yang beliau punya dan telah beliau baca, beliau begitu baik hati sekali telah merangkumkannya menjadi poin-poin penting ke dalam bentuk PPT.
Pada beberapa mata kuliah sastra, saya pernah sampai harus membeli buku di Market Place Buka Lapak sebagai bahan untuk presentasi. Karena buku tersebut merupakan karya sastra berupa novel, judulnya Frenkenstein. Sebenarnya saya beli terjemahannya. Jujur, saya dulu belum kuat membaca dan memahami betul-betul karya sastra berbahasa inggris setebal 400-500 halaman. Sedangkan jadwal untuk presentasi mendapatkan giliran di minggu ke-2/3 kalau tidak salah.
Mungkin gampangnya, saya bisa membaca rangkuman power point yang ada di internet. Tetapi saya termasuk mahasiswa yang cukup rewel dan kurang puas apabila belum sepenuhnya membaca karya sastranya. Jadi, saya ingin tahu secara runtut dari awal sampai akhir. Membaca summary di internet tidaklah cukup untuk betul-betul mengetahui secara penuh.
Jujur sejujur-jujurnya, tugas anak sastra itu bukan main. Walaupun tugas utamanya adalah membaca. Apalagi yang dibaca buku/karya satra berbahasa inggris. Saya sebagai orang Indonesia mengakui dan sadar bahwa bahasa inggris memanglah bukan bahasa sehari-hari saya. Maka dari itu, diperlukan dedikasi waktu yang cukup ekstra untuk membaca buku/karya sastra berbahasa inggris. Serius. Bukan main-main.
Mungkin, di sastra indonesia cukup lebih mudah untuk memahami karya sastra indonesia karena memang menggunakan bahasa indonesia. Jadi, untuk seluruh mahasiswa yang kuliah di sastra inggris, saya benar-benar mengapresiasi atas segala effort-nya yang telah bersusah dan berjerih payah untuk membaca dan memahami karya sastra berbahasa inggris.
Pernah pula saya saat kuliah dulu mencari buku referensi sampai ke Perpusda Surabaya & Sidoarjo. Yang di Perpusda Sidoarjo, saya mencari buku referensi untuk bahan presentasi di mata kuliah Bahasa Indonesia. Saya kesana bersama teman kelas dan teman sekelompok saya. Sampai saya punya kartu anggota sebagai pustakawan di Perpusda Sidoarjo.
Dan pengalaman berkunjung ke Perpusda Surabaya, sebenarnya dulu itu niatnya jalan-jalan sama teman-teman saya. Kami ke Monkasel (Monumen Kapal Selam) & Bee Cafe. Tetapi, biar tidak dikatakan hanya keluyuran saja dan agar ada sedikit faedahnya, saya mengajak untuk mengunjungi Perpusda Surabaya juga. Pokoknya seinget saya, kami di Perpusda Surabaya itu hanya baca-baca buku saja dan lihat-lihat koleksi, bukan bermaksud untuk pinjam karena ada tugas presentasi. Yah, maklum lah ya, karena waktu itu masih berstatus mahasiswa semester awal mungkin ya. Jadi, kami masih senang togetherness with friends. Ya, hanya sekali itu saja. Saya 4 tahun di Surabaya hanya 1 kali pernah berkunjung ke Perpusda Surabaya di waktu itu. Ah, untuk para pembaca, mohon cerita saya ini diambil baiknya ya. Yang kurang baik tolong jangan ditiru.
Alhamdulillah tidak terlalu sulit dalam mencari buku referensi saat kuliah dulu, kami (anak sastra inggris) lumayan dipermudah oleh dosen-dosen kami dengan diberi e-book oleh beliau sebagai bahan referensi untuk presentasi. Ya, walaupun sebenarnya saya seringkali merasa belum puas membaca e-book, bukan bentuk cetak asli. Sehingga, saya pun kadang harus mencetak beberapa e-book yang diberikan dosen itu sendiri. Biaya cetaknya lumayan cukup menguras isi dompet juga.
Loh, di perpustakaan kampus memangnya tidak ada? Sangat sedikit sekali ketersediaan buku-buku referensi untuk jurusan sastra inggris. Apalagi karya sastra inggrisnya. Saya hanya menemukan beberapa saja, seperti Waiting for Godot, History of Western Civilization, dan beberapa buku lainnya. Tetapi jujur, tidak lengkap. Saya sudah sering sekali ke perpustakaan kampus untuk eksplor buku referensi prodi sastra inggris. Pada akhirnya buku referensi yang terpakai untuk presentasi di bidang linguistics maupun literature itu adalah e-book yang diberikan oleh dosen pengampu langsung.
Tetapi buku referensi di bidang linguistics, ketersediaannya di perpustakaan kampus cukup lebih banyak koleksinya daripada yang di bidang literature. Jika di bidang literature saya menemukan 30% buku referensi yang tersedia, untuk yang bidang linguistics saya menemukan 50% ketersediaannya. Saya ingat dulu sangat terbantu dengan menemukan/adanya buku referensi di perpustakaan kampus untuk bahan presentasi Advanced Structure & Basic Structure. Ya, memang cukup banyak buku tentang sturucture/grammar di sana.
Ada juga buku-buku di perpustakaan kampus versi bahasa indonesianya, yang menurut saya cukuplah untuk membantu memperkaya wawasan, serta cukup relete juga dengan beberapa mata kuliah di sastra inggris. Contohnya seperti buku Teori Sastra, kalau di sastra inggris itu Theory of Literature. Tetapi tetap, yang benar-benar lengkap itu di versi bahasa inggrisnya. Terkadang saya malah harus meng-compare baca yang bahasa inggris dan yang berbahasa Indonesia. Sampai pernah bingung ketika ada sedikit perbedaan. Bahasa kerennya, yang original memang lebih berkualitas daripada yang KW. Contoh saja, membaca buku Semantics/Pragmatics/Discourse yang berbahasa Inggris dan yang berbahasa Indonesia tentu berbeda kandungan isi. Karena ada yang memang khusus bahasa Indonesia dan ada yang khusus bahasa inggris. Jadi, saran saya e-book dari dosen benar-benar harus dimanfaatkan. Dan dosen yang telah berbaik hati memberi buku referensi, mempermudah mahasiswa dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya.
Jadi jangan heran apabila banyak mahasiswa sastra inggris jarang mengujungi perpustakaan kampus. Karena koleksi/ketersediaan buku referensi untuk prodi sastra inggris itu masih terbilang terbatas dan sedikit. Besar harapan saya, semoga suatu saat buku referensi untuk jurusan sastra inggris akan bertambah banyak koleksinya.
Oh iya, sebenarnya di ruangan prodi sastra inggris itu ada mini library. Tetapi saya baru akhir-akhir semester mengetahui kalau di situ ada mini library yang bisa dipinjam dan dibaca oleh mahasiswa sastra inggris. Saya kira itu buku-buku dosen. Dan di fakultas sebenarnya juga ada perpustakaan, tetapi perpustakaan fakultas saya (setahu saya) jarang buka. Ketika saya lewat di depannya tutupan terus dan tidak ada orang. Yah, mungkin saya juga termasuk mahasiswa yang yasudahlah pakai referensi e-book dari dosen. Karena memang, ada beberapa dosen yang memberikan e-book itu sesuai dengan BCO dan semua standar kompetensi/chapter yang harus dipresentasikan ada di situ semua. Jadi, daripada keluyuran kemana-mana, kan mending memanfaatkan yang sudah ada di depan mata.
Tetapi tetap, saya cukup prihatin dengan teman-teman sastra inggris yang mengambil skripsi literture, kalau tidak salah dalam peraturannya harus memiliki buku cetak asli karya sastranya yang berbahasa inggris untuk dianalisis. Iya sih, saya setuju. Karena kalau cuma baca e-booknya seperti kayak masih kurang gitu. Nah, sedangkan di perpustakaan itu, duh jarang sekali ada karya sastra/novel berbahasa inggris. Sehingga mungkin mereka harus beli di luar, mencarinya entah dimana, atau pinjam di perpustakaan kampus lainnya.
Benar, sekarang zaman memang sudah canggih dan sangat berkembang. Tetapi bagi saya pribadi, keberadaan buku cetak tak akan pernah mampu dikalahkan oleh adanya e-book/buku digital. Jujur, saya pribadi lebih enak dan lebih nyaman baca buku itu yang cetak, bukan yang e-book.
Ya, begitulah sekelumit pahit getir, asam manis, dan jerih payah pengalaman saya dalam proses mencari, menemukan, dan mendapatkan buku referensi untuk bahan tugas presentasi, pembuatan makalah, paper, dan sebagainya.
Untuk seluruh mahasiswa, baik mahasiswa sastra inggris maupun yang non-sastra inggris, untuk mendapatkan referensi manfaatkan segala hal yang ada. Internet, eyang google, google scholar, e-book dari dosen, perpustakaan prodi-fakultas-kampus, perpusda, perpustakaan kampus lain, togamas, gramedia, market place, dan lain sebagainya, untuk mendapatkan buku/text/naskah yang dibutuhkan dan diperlukan. Jangan pernah bilang tidak menemukan referensinya. Karena setiap ilmu pengetahuan pasti ada sumber referensinya. Hanya saja kita yang perlu untuk mencarinya. Nikmati saja, karena itu bagian dari proses.
Catatan Mahasiswi
Surabaya | 04 April 2021
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!