SUSAH SENANG BERSAMA AMBISI

 


Susah Senang Bersama AMBISI

    Jujur, saat kuliah di awal semester, saya termasuk salah satu mahasiswi yang tertarik untuk aktif mengikuti banyak organisasi. Mulai dari tingkat prodi, fakultas, hingga universitas. Rasanya pengen diikuti semua organisasi, UKM, dan komunitas yang ada di kampus. Nampaknya ini dan itu penting semua. Kalau tidak salah ada 7 komunitas yang saya ikuti di kampus saat semester 1-4.

   Ternyata setelah dijalani, butuh yang namanya pemabagian/managemen waktu. Apakah pernah bersamaan jadwal kumpul/rapatnya? Iya. Sampai saya jadi galau sendiri, ketika harus memilih. Ikut kumpul di sana atau di situ. Wkwkwk.

    Akhirnya, saya putuskan untuk mengeliminasi beberapa komunitas yang saya ikuti. Dan memilih beberapa pula untuk tetap saya pertahankan. Tentu saya tidak asal mengeliminasi. Melalui tahap pertimbangan yang matang. Sampai saya galau semalam suntuk merenung berpikir.

    Jadi, saya eliminasilah komunitas yang tidak begitu mementingkan shalat. biasanya kan kumpul barengnya setelah ashar, ada yang belum berhenti saat adzan maghrib berkumandang. Bahkan, saya pernah disuruh bolos pada kegiatan ngaji kitab ba’da maghrib di asrama. Astaghfirullahal’adzim. Kalau ingat hal itu, miris dan sedih.

    Kemudian dari faktor beradaptasi bersama teman-teman di komunitas itu. Ternyata saya kurang cocok dengan teman yang suka ngafe, ngopi, dan ngefloat. Kenapa? Ya ampun, tahu sendiri kan, kalau saya itu anak Bidikmisi. Nongkrong ke luar pasti butuh pengeluaran uang yang tak sedikit.

    Pernah, saya membaca tulisan Kak Abu (Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Bidikmisi UINSA 2016), bahwa ada anak Bidikmisi itu yang makannya nasi sama dua gorengan. Satu gorengan di waktu siang, satunya lagi untuk makan malam. Hati saya langsung bergumam, kok benar sekali tulisan itu, karena jujur saya pribadi pun telah mengalami sendiri hal seperti itu. Biasanya saya beli dadar jagung ke Ibu penjual gorengan yang datang ke asrama. Atau beli tahu dan tempe goreng, kadang tempe  kecap halus, dan sayurnya pakai sop, di kantin samping asrama. Itu saja sudah sangat Alhamdulillah. Dan Kak Abu pula yang sering mengingatkan agar rapat di AMBISI sudah harus berhenti saat adzan maghrib berkumandang. Malah lebih baik kata beliau sebelum adzan maghrib diusahakan harus sudah bubar.

    AMBISI (Aliansi Mahasiswa Bidikmisi), adalah organisasi yang saya pertahankan dan terus saya ikuti. Entah kenapa, saya merasa bersalah kalau tidak aktif di sini sebagai penerima beasiswa Bidikmisi di kampus.

    AMBISI mengajari saya untuk menuliskan semua impian dan berusaha mewujudkannya dengan segala keterbatasan, memberi saya makna apa itu susah dan apa itu bahagia. Menguatkan saya untuk berjuang di tanah rantau. Banyak orang-orang inspiratif di sini dengan latar belakang hidupnya. Duh, pokoknya di sini saya dapat kenal banyak teman yang kisah hidupnya Subhanallah, tetapi prestasinya Masya Allah luar biasa.

 

Catatan Hati Mahasiswa Bidikmisi

Sumenep | 30 Juni 2020

           

Comments

POPULAR POST