WISATA LITERASI: WISATA YANG BERGIZI
WISATA LITERASI: WISATA YANG BERGIZI
(Bersama CRIS Foundation di Gondanglegi Malang)
Bagi saya, menulis itu lebih dari sekadar
hobi. Saya ingin berbagi dan punya amal jariyah melalui sebuah tulisan. Dengan
menulis, saya akan terus termotivasi untuk belajar dan membaca. Ya, membaca apa
pun saja. Tidak hanya membaca bertumpuk-tumpuk buku. Bahkan alam, lingkungan,
alam sekitar, kejadian hari ini, sejarah, hal-hal aktual, dan masih bayak lagi.
Memang, mungkin saya masih belum ahli. Tapi saya akan terus belajar dan melatih
skill saya.
Biasanya
saya sering sekali ikut lomba-lomba atau event menulis. Baik itu sastra maupun
ilmiah. Saya search informasi itu melalui instagram, facebook, dan
banyak sekali teman-teman yang share di grup WhatApp. Saya benar-benar
memanfaatkan hal ini untuk menguji kompetensi saya dalam dunia menulis.
Jadi,
banyak sekali hal yang memotivasi saya untuk menulis. Nah, beberapa minggu yang
lalu pada tanggal 1-3 Maret, Alhamdulillah saya tergabung sebagai peserta
“Wisata Literasi III” yang diselenggarakan oleh Center for Research and
Islamic Studies (CRIS). Awal mulanya, saya melihat informasi ini di Story
WhatsApp teman saya, Nadia Saphira Cahyani, yang merupakan anggota CRIS
Foundation. Saya langsung berteriak dalam hati “Wah, aku harus ikut!”. Tanpa
berpikir panjang lagi, saya langsung menjapri Nadia bahwa saya ingin ikut dan
meminta detail broadcast informasinya.
Syarat
dan ketentuan agar bisa mengikuti event “Wisata Literasi III” tersebut,
Alhamdulillah tidak begitu ribet njelimet. Diantaranya yang pertama adalah
harus memiliki minat dalam bidang penelitian dan literasi. Oh, tentu saya
sangat suka dan berminat sekali pada dunia research dan dunia membaca,
berpikir, menulis, serta berkreativitas. Yang kedua adalah wajib mengirimkan
tulisan minimal 200 kata tentang “Pentingnya Literasi” beserta biodata diri ke
email fahmiazhar617@gmail.com / ke No. WA 081347733800 a.n. Fahmi Azhar.
Alhamdulillah, saya mengerjakan dan membuat karya tulisan tersebut sejak 3 hari
sebelum hari pengumpulan karya. Nah, inilah yang terus memacu diri saya untuk
belajar, berpikir, membaca, dan menulis. Karena hidup tanpa adanya
tantangan-tantangan itu kurang asyik menurut saya. Lalu syarat yang ketiga
adalah pendaftarannya harus dilakukan dengan format: Nama, Universitas,
Fakultas, Jurusan, & Semester, ke No. WA Fahmi Azhar. Yang ini saya lakukan
bersamaan langsung saat menyetorkan karya.
Singkat
cerita, tanggal 23 Februari 2019 adalah hari terakhir pendaftaran sekaligus
pengumpulan karya. Saya mengirimkan karya saya sekitar pada jam 4 sore. Dan
tanggal 25 Febrari 2019 adalah pengumuman lolos. Pengumuman ini benar-benar
saya tunggu. Saya coba buka akun instagram CRIS pagi hari pada tanggal
tersebut, ternyata belum ada. Tapi tiba-tiba pada malam harinya, saat saya
membuka WhatsApp, saya telah masuk di grup “Peserta Wisata Literasi III”. Alhamdulillah,
saya senang kegirangan karena saya mendapatkan kesempatan mengikuti dan
tergabung dalam event ini. Yang paling membuat saya gembira dan semangat dari
event ini adalah bukan karena akan mendapatkan fasilitas kece seperti makan,
sertifikat, penginapan, dan transportasi. Tetapi nantinya saya akan bertemu dan
diskusi langsung dengan penulis-penulis keren, mendapatkan tambahan ilmu baru
tentang dunia menulis, serta juga akan mendapatkan teman baru.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Yaitu hari keberangkatan ke lokasi “Wisata
Literasi III” di Putukrejo Gondanglegi Malang pada tanggal 1 Maret 2019. Pada
jam 13.00 seluruh peserta diminta untuk berkumpul di masjid Ulul Albab UINSA. Karena
saya takut telat, jadi saya sudah prepare mulai dari sebelum dzuhur.
Sehabis shalat dzuhur langsung berangkat deh. Namun, ternyata masih belum ada
yang datang. Baru sekitar jam 2 siang, panitia dan para peserta yang lain sudah
rampung berkumpul di utara gedung Twin Tower. Tak lama kemudia, adzan ashar
berkumandang. Saya pun memilih untuk memenuhi panggilan-Nya terlebih dahulu
sebelum berangkat ke Malang. Seusai shalat, saya langsung kembali ke titik
kumpul tadi. Saat baru saja saya sampai, disitu saya melihat telah ada dua
sosok yang saya kira itu dosen, sedang berbincang-bincang bersama anak CRIS.
Karena saya penasaran, saya bertanya pada Nadia siapa sosok beliau tersebut.
Ternyata beliau adalah Ustadz Najih. Beliaulah Founder CRIS Foundation. Dan ada
satu lagi yang bersama Ustadz Najih. Saya belum bertanya siapa nama beliau ke
Nadia. Karena tiba-tiba Ustadz Najih mengajak beberapa peserta untuk berangkat
duluan bersama beliau. Nadia menunjuk saya dan dua teman lagi yang belum saya
tahu namanya. Tanpa harus berlama-lama, kami langsung menuju ke tempat parkir
mobil dan berangkat deh.
Selama
perjalanan, saya pun tahu bahwa sosok yang bersama Ustadz Najih tadi ternyata
beliau adalah Mas Arif. Dan dua teman yang bersama saya adalah Kak Muawana dan
Kak Mia. Di dalam mobil, Mas Arif mengatakan biasanya anak CRIS itu kalau melihat
dari tahun-tahun sebelumnya selalu menjadi Mahasiswa Terbaik baik di prodi atau
di fakultasnya bahkan di tingkat Universitas. “Wah, Masya Allah... Semoga nanti
saya juga salah satunya.” Ujar saya dalam hati. Saya merasa sungkan sekali
dalam mobil itu, pertama mungkin karena belum begitu kenal banget, kedua
mungkin karena sayanya saja yang malu-malu.
Sampai
di dekat Aloha Sidoarjo, ternyata Ustadz Najih dan Mas Arif menjemput seseorang
untuk ikut bersama kami. Beliau adalah bagian dari keluarga CRIS. Begitu Kakak
itu bergabung bersama kami di mobil, beliau memperkenalkan diri bahwa namanya
adalah Fathur Rozaq. Hingga terjadilah sesi perkenalan diantara kami semua.
Saat Kakak itu mengatakan bahwa namanya “Fathur Rozaq”, dalam hati saya
bertanya-tanya. “Kok sepertinya saya sudah pernah tahu nama beliau sebelumnya
ya, tapi tahu dari mana ya?”. Saya tidak menemukan jawabannya hingga Ustadz
Najih dan Mas Arif menjemput dua orang lagi di Pasuruan untuk bergabung bersama
kami. Mereka berdua adalah Mbak Limmah Sauda dan Mbah Ghofur. Saat itulah, saya
menemukan jawaban dari pertanyaan saya tadi. Saya ingat ternyata Kak Fathur
Rozaq dan Mbak Limmah Sauda nanti akan menjadi pemateri dalam acara Wisata
Literasi III ini. Ketika saya check Handphone saya, tepatnya di Grup
WhatsApp Peserta Wisata Literasi, disana Kak Fahmi Azhar mengirimi jadwal
kegiatan event ini beserta pematerinya. Wah, ternyata benar, saya semobil
dengan pemateri alias penulis yang super keren.
Perjalanan
pun berlanjut menuju kota Malang. Saya memilih untuk tetap tidak begitu banyak
bicara. Begitu pun kedua teman saya. Hingga akhirnya kami memilih untuk tidur
saja.
Hari Pertama di
Malang
(Jum’at, 01
Maret 2019)
Pas saya
bangun tidur, eh ternyata sudah sampai di Malang. Saya merasa seperti
melakukan Simsalabim Abrakadabara aja, hehe. Merem di Pasuruan, pas
melek tahu-tahu udah sampai di Malang. Seingat saya masih di sekitar daerah
Lawang. Belum sampai ke lokasi Wisata Literasi III di Gondanglegi. Tiba-tiba
saya diajak ngobrol sama Kak Rozaq dan Mbah Ghofur. Saya masih ingat betul,
saya itu ditanya apakah tahu sama lagu yang berjudul “Rewrite The Star”
dan juga ditanya apa arti judul lagu itu. Duh, Masya Allah sungkan banget saya di situ.
Sekitar
jam 8 malam, akhirnya kami pun sampai di tempat tujuan, yaitu di Kediaman Mbak
Fidausi Nuzula, Jln. KH. Syamsul Arifin RT 01 RW 01 Putukrejo Gondanglegi
Malang. Kami istirahat sejenak dan shalat Isya’ sambil menunggu rombongan peserta
yang lain beserta panitia datang. Dan saat semuanya telah datang, kami diajak
untuk makan malam bersama langsung oleh Tuan Rumah. Saya pun merasa sepertinya
kekeluargaan di CRIS itu erat sekali hubungannya. Wah, pokoknya saya sangat
bersyukur kepada Allah bisa tergabung dalam acara ini.
Seusai
makan malam, kami semua berkumpul dalam sebuah forum untuk Opening Event Wisata
Literasi III. Opening pun berlangsung, di dalamnya ada sambutan dari Kak Fahmi
Azhar sebagai Ketua panitia, sambutan dari Ustadz Najih selaku Founder CRIS
Foundation, serta sambutan dari Mbak Firdausi Nuzula selaku Tuan Rumah. Lalu
semua peserta Wisata Literasi III berkenalan satu per satu. Uniknya, dalam perkenalan
ini, kami harus menyebutkan tempat tanggal lahir. Dan itu dicatat sama salah
satu panitia. “Kenapa ya harus menyebutkan tetala? Apa mau dikasih surprise
saat Ulang tahun? Atau apa ya?” Aduh, saya penasaran sampai sekarang. Terakhir,
acara ditutup dengan doa oleh Mbah Ghofur. Saya bersama teman-teman langsung
menuju kamar untuk tidur, karena besok pagi akan akan belajar menulis seharian
penuh.
Hari Kedua di
Malang
(Sabtu, 02
Maret 2019)
Pagi-pagi banget, saya bangun untuk shalat
subuh lebih awal. Namun mandinya baru sekitar pada jam 7 pagi karena harus
mengantri dengan yang lainnya, hehe. Jam 8 pagi makan bersama. Lalu sekitar jam
setengah 9 masuk forum untuk belajar materi tentang menulis. Pematerinya adalah
Kak Fathur Rozaq dan Mbak Limmah Sauda yang dimoderatori oleh Kak Lukman.
Materinya adalah tentang “Pedoman Menulis Jurnal Akademik”. Wah, jujur ini
memang materi yang benar-benar cocok untuk saya yang sekarang tengah ada dalam
masa perjuangan Semester 6 yang sebentar lagi harus menulis proposal skripsi.
Pokoknya
saya ucapkan terima kasih sekali kepada Mbak Lim dan Kak Rozaq karena telah
menyalurkan ilmunya. Pertama Mbak Lim mengajari bagaimana “Cara Menulis
Jurnal”. Beliau mengatakan bahwa untuk menulis jurnal pertama-tama harus punya
alasan atau motivasi yang kuat tentunya. Dan dasar untuk menulis itu kita harus
membaca. Kata Mbak Lim, “Membaca itu untuk menulis & menulis itu untuk
membaca lagi.” Yang kedua, kita harus menentukan jurnal yang akan dituju.
Jurnal apa yang menjadi sasaran kita ketika kita ingin menyetor karya kita ke
media. Tak kalah pentingnya yang ketiga adalah “Make Time to Write” (Membuat Waktu
untuk Menulis). Dan yang keempat adalah kita harus bisa memanfaatkan atau
menggunakan Media sosial sebagai lahan kita untuk menulis. Benar-benar
memotivasi apa yang disampaikan oleh Mbak Lim. Jujur saya sejak MTs suka
menulis. Tapi lebih suka menulis Puisi atau bidang sastra yang lain. Baru pas
kuliah saya harus menggarap banyak tulisan ilmiah seperti makalah, paper, dan
yang lainnya. Sehingga saya memang harus lebih banyak belajar bagaimana membuat
tulisan ilmiah, meriset, dan meneliti yang kemudian harus disusun menjadi
sebuah tulisan jadi yang baik.
Kemudian
materi dilanjutkan oleh Kak Rozaq. Beliau mengajari kami bagaimana cara
menyusun atau menggarap jurnal. Banyak sekali dan luas yang beliau sampaikan.
Saya mencatat beberapa poin-poin pentingnya saja. Pertama-tama beliau mengajari
kami bagaimana “Cara Membuat Pendahuluan/Introduction”. Hal yang harus ditulis
dalam Pendahuluan diantaranya adalah Signifikansi, kita harus membuat landscape/awal
mula/latar belakang yang membuat topik yang kita angkat itu menjadi penting.
Lalu dilanjutkan dengan Hipotesis, artinya kita harus memiliki landasan
akademik, menunjukkan kajian terdahulu, dan menampilkan fakta-fakta. Kemudian
juga harus ada Kajian Pustaka, yang mana tugas kita adalah harus mencari
perbedaan dan mencari posisi/gap kita. Cara mencari referensi untuk kajian
pustaka sangat mudah. Bisa browsing langsung di google scholar
dan ketik variabel yang mendekati. Dan yang terpenting dalam pendahuluan itu
harus ada reng-rengan/Outline. Kedua, Kak Rozaq mengajari kami “Cara Membaca
Jurnal yang Baik”. Kata beliau kita harus mengamati judulnya untuk pertama
kali. Lalu membaca pendahuluan jurnal tersebut secara terperinci. Dan membaca
hasil penelitian. Nah, ketiga komponen tersebut sudah cukup untuk membantu kita
dalam menulis. Ketiga, Kak Rozaq menganjurkan kami disamping membaca tulisan
ilmiah, kita juga harus membaca sastra. Sebagaimana yang Cak Nun katakan, bahwa
“Sastra adalah prasyarat kemanusiaan”. Sumpah, materi ini benar-benar bisa jadi
bekal untuk saya dalam menggarap proposal skripsi nanti.
Seusai
Mbak Lim dan Kak Rozaq menjelaskan materi, dilanjut dengan sesi tanya jawab. Salah
satunya saya juga ikut bertanya. Singkat cerita, semua pertanyaan pun telah
terjawab. Dan dilanjut dengan materi selanjutnya oleh Pak Chafid wahyudi,
M.Fil.I tentang “Kiat Merangkai Tulisan Populer”. Saya lupa beliau dimoderatori
oleh siapa, hehe. Ternyata Bapak Chafid itu merupakan salah satu dosen di
Fakultas Ushuludin di kampus UINSA. Alhamdulillah pokoknya, di sini saya bisa
meraup ilmu-ilmu baru dan dapat refresh motivasi untuk selalu menulis.
Adzan
dzuhur pun berkumandang. Materi dari Pak Chafid pun sudah selesai. Saya bersama
teman-teman shalat dzuhur lalu diajak makan siang bersama oleh panitia di rumah
Mbak Firda. Kemudian materi tentang “Panduan Menulis di Media Massa” oleh Mbak
Lim dan Kak Rozaq dilaksanakan di ruang tamu rumah Mbak Firda. Karena yang kami
tempati sebelumnya dipakai anak-anak TPQ belajar. Jadi sebenarnya rumah Mbak
Firda di lantai 2 itu yang menjadi tempat penginapan dan forum belajar kami,
merupakan sebuah TPQ. Jam masuk TPQ tersebut mulai dari ba’da dzuhur hingga
ashar. Kembali lagi ke cerita saat Mbak Lim dan Kak Rozaq mengajari kami
tentang dua menulis yang kedua kalinya, kami diberi dua jurnal berbahasa
inggris untuk dibaca. Tidak dibaca semuanya, hanya Introductionnya saja, lalu
dibahas dan diteliti bersama-sama.
Sekitar
jam 4 sore, materi pun selesai. Saya bersama teman-teman shalat ashar lalu
sekalian istirahat sejak sambil menunggu adzan maghrib. Kalau tidak salah ingat
setelah itu kami makan malam bersama, kemudian shalat isya’, dan lanjut materi
lagi. Seharian ini memang difulkan untuk fokus belajar menulis oleh panitia.
Oke,
materi yang pertama adalah tentang “Menulis Sastra” yang disampaikan oleh Kak
Fauzi yang dimoderatori oleh Mas Arif. Saat itu beliau membawa buku antologi
puisi beliau untuk CRIS. Isi puisi dalam antologi beliau itu spesial
dipersembahkan untuk istrinya. Cocok sekali materi ini dengan saya. Saya sangat
menyukai dunia sastra terutama menulis puisi. Alhamdulillah bisa termotivasi
dengan perjalanan beliau dalam menulis. Karena saya banyak sekali menjumpai
kegagalan atau kekalahan ketika ikut lomba kompetisi puisi. Intinya saya harus
terus membaca-menulis, membaca-menulis, dan seperti itu tanpa berhenti untuk
berkarya.
Lanjut,
materi yang kedua adalah dari Mbak Ananing Nur Wahyuli tentang “Enjoy Menulis
di Media Sosial” yang dimoderatori oleh Kak Maqdis. Enak sekali pokoknya cara
Mbak Ananing dalam menyampaikan materinya. Apalagi diawal kami diajak untuk
bermain game terlebih dahulu untuk melatih fokus. Siapa yang tidak fokus, nanti
dicoret mukanya pakai bedak Baby, hehe. Setelah Ice Breaking sejenak
tersebut yang dihandel sendiri sama Mbak Ananing, beliaupun mempresentasikan
materinya dengan santai. Dari penjelasan Mbak Ananing yang saya tangkap
diantaranya adalah, yang pertama harus menemukan alasan mengapa kita menulis.
Alasannya beragam, bisa apa saja. Misalnya berbagi info (to inform),
menyampaikan pesan (to transfer meaning), memaknai realita (to interprete
reality), dan masih banyak lagi. Yang kedua, menulis di sosial media adalah
pengeras suara gagasan kita. Yang ketiga, menulis itu merupakan organisasi ide,
sehingga kita memerlukan data-data. Biasanya Mbak Ananing itu katanya menulis
di blog pribadi. Topik yang diangkat sangat beragam. Biasanya beliau mengangkat
dari alam sekitarnya seperti di desa beliau. Selama proses beliau menulis,
beliau mengatakan bahwa ketika kita sering menulis dan tulisan kita dibaca di
media oleh banyak orang, lalu ketika kita vakum menulis, maka akan
dipertanyakan atau bahkan dirindukan oleh para readers tulisan kita. Beliau
share halaman blognya pada kami. Saya sepertinya menjadi orang pertama yang
penasaran saat itu. Karena saya langsung search di smartphone saya. Wah,
benar sekali. Banyak sekali tulisan Mbak Ananing disitu. Saya jadi terinspirasi
untuk istiqomah menulis juga dalam mengelola blog pibadi saya.
Mantap
sekali pokoknya di CRIS ini. Saya mendapatkan tambahan ilmu-ilmu baru, motivasi
baru, semangat baru, dan inspirasi baru dalam menulis. Seharian full dikasih
gizi materi tentang dunia menulis. Ya, semacam perbaikan gizi agar tulisan kita
semakin berkualitas dan berkelas.
Seusai
materi dari Mbak Ananing. Kami masih tetap ada di dalam forum untuk berdiskusi
terkait pengelolaan Website CRIS. Dalam website tersebut terdapat 6 rubrik,
diantaranya adalah rubrik kajian, opini, agenda, tafsir/hadist, Sastra, dan
tokoh. Semua peserta Wisata Literasi III yang telah menjadi anggota baru CRIS
ditanyai satu per satu ingin mengelola di rubrik yang mana sesuai passionnya. Saya
pribadi memilih rubrik sastra. Karena sejak MTs saya selalu bersentuhan dengan
sastra khususnya puisi. Pembagian pengelola rubrik pun finish. Dan
tibalah waktu untuk merajut mimpi hingga dini hari.
Hari Ketiga di Malang
(Minggu, 03
Maret 2019)
Seperti sebelumnya, saya bangun pagi untuk shalat subuh.
Dan bersih-bersih diri mulai sekitar jam setengah 7 pagi. Lalu diajak sarapan
pagi bersama panitia. Alhamdulillah saya sangat berterima kasih sekali kepada seluruh
panitia terutama panitia yang menjadi tim konsumsi. Terima kasih atas
masakannya yang sangat enak sekali. Terima kasih atas makan pagi, siang, dan
malamnya. Jujur saya tidak pernah merasa kelaparan sekalipun. Perut selalu
kenyang. Camilan dan makanan ringannya yang disediakan selama belajar menulis,
juga mensupport untuk terus belajar. Terima kasih, karena saya merasakan
atmosfir kekeluargaan di sini. Ketika jam makan tiba, panitia menggelar kertas
nasi untuk makan bersama. Jadi kami
makannya tidak berpisah-pisah dalam bungkus/wadah yang berbeda. Menurut saya,
ini adalah salah satu cara untuk mencipta hubungan emosional diantara kami
semua melalui setiap suap nasi dari wadah/bungkus yang tidak terpisah-pisah.
Bahkan, Mbak Lim yang memilih untuk berpuasa selama acara ini, juga ikut
membantu menyiapkan makan untuk semua peserta. Sebagaimana kata Mas Deni,
direktur CRIS, bahwa beginilah menurut beliau idealnya sebuah
komunitas/organisasi. Tidak ada strata kepentingan individualistik. Yang ada
hanya belajar dan berjuang untuk menggali potensi serta mengembangkan
organisasi. Yang kemudian diikat dalam satu nomenklatur “Keluarga”. Sehingga
beliau dan semuanya sepakat, tidak ada kata Alumni, Senior, dan Demisioner.
Hanya punggawa, yang berarti orang yang lebih dulu di komunitas CRIS ini.
Mmm... agenda hari ini bukan lagi belajar materi tentang
menulis di dalam forum, tetapi materi yang telah didapat kemarin di salah satu
destinasi wisata terbaik di malang. Jadi setelah serius, fokus, dan berpikir
terus, kami dibawa untuk merefresh dan menyegarkan pikiran dengan cara melihat
indahnya alam yang hijau. Wisata yang menjadi destinasi kami adalah wisata
Sumber Maron. Saya sangat penasaran seperti apa wisata Sumber Maron itu. Saya
pun menjawab pertanyaan saya itu dengan cara search di google. Ternyata, Sumber
Maron adalah Wisata Air Terjun. Sekitar jam 9 pagi, kami pun berangkat ke
lokasi wisata memakai mobil Mbak Firda dan Mas Arif. Saya tergabung dalam
rombongan mobil Mbak Firda. Dan saya tidak menyangka karena Kak Maqdis lah yang
mengendarai mobil Mbak Firda dan membawa kami ke lokasi wisata. Wah keren, Kak
Maqdis yang semalam terpilih sebagai Direktur CRIS yang baru ternyata bisa bawa
mobil. Belajar dari mana ya, hehe.
Beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai juga di
lokasi wisata Sumber Maron. Tak lama kemudian, teman-teman yang lain dalam
rombongan mobil Mas Arif pun datang juga. Untuk masuk ke dalam, ternyata ada
karcisnya. Per orang Rp. 5000. Wah enak, menurut saya ini murah banget. Lebih
enak lagi, saya tidak bayar sendiri, tetapi dibayari oleh pihak CRIS. Begitu
memasuki area air terjun di dalam, sumpah indah sekali. Sudah seperti surga
dunia. Terdapat sungai-sungai yang airnya mengalir sangat jernih. Pepohonan dan
sawah yang hijau disampingnya membuatnya semakin tampak indah.
Sebelum saya menikmati pemandangan dengan foto-foto hehe,
panitia mencari tempat atau gazebo yang bisa dijadikan tempat untu evaluasi
terakhir atau presentasi abstrak yang panitia minta pada peserta sejak sebelum
hari keberangkatan ke Malang. Akhirnya kami menemukan gazebo yang pas untuk
kita tempati. Sebelum evaluasi akhir, kami semuanya memesan minum terlebih
dahulu. Sambil lalu menunggu minuman datang, panitia memulai sesi evaluasi
akhir terhadap karya seluruh peserta. Satu per satu dari kami semua mempresentasikan
karya abstrak yang telah kami buat dari makalah/tulisan ilmiah kami yang
terbaik. Beragam sekali karya teman-teman saya dalam forum, rata-rata semuanya
berhubungan dengan Al-Qur’an dan Islamic Studies.
Tiba pada giliran saya, saya pun mempresentasikan bahwa
judul dari karya saya adalah “A Multimodal Analysis of Muslim Woman
Representation in Zoya Hijab Television Advertisement”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peran seorang muslimah direpresentasikan dalam iklan
televisi hijab Zoya dalam penampilan fisik, pekerjaan, dan perilaku serta untuk
menginterpretasikan makna apa yang bisa disimpulkan dari representasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan analisis multimodal sebagai prosedur penelitian yang
berbasis pada teori tata bahasa visual milik Kress dan Van Leeuwen (2006) dan
tata bahasa sistemik fungsional milik Halliday (1994). Analisis multimodal
merupakan teori untuk melihat banyak mode berbeda yang digunakan orang
untuk berkomunikasi satu sama lain dan untuk mengekspresikan diri. Analisis
multimodal mempertimbangkan bagaimana teks dideskripsikan oleh mode komunikasi
seperti gambar, video, dan suara dalam kombinasi dengan kata-kata untuk membuat
makna. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis
deskriptif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengungkap representasi
seorang muslimah dalam iklan televisi hijab Zoya melalui multimodal. Temuan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa walaupun mode visual sedikit lebih dominan daripada mode
verbal, keduanya memiliki peran yang penting dalam membangun imej tentang
muslimah. Muslimah digambarkan cantik dengan memakai hijab baik untuk remaja,
dewasa, maupun orang tua. Semua muslimah digambarkan anggun dan menawan dengan
memakai hijab. Muslimah direpresentasikan secara positif. Mereka tetap bisa
beraktifitas normal dengan memakai hijab, baik di sekolah maupun di kantor,
baik sebagai seorang ibu rumah tangga, model, aktris, murid, wanita karir, dan
bos. Serta mereka tetap berprestasi dengan memakai hijab. Karya ini saya
tulis pada Semester 5 di mata kuliah Research Method on Linguistics.
Setiap kali kami presentasi, diberi masukan dan komentar
oleh Kak Rozaq dan beberapa Kakak panitia yang laki-laki. Presentasi demi
presentasi dari semua peserta pun selesai. Panitia memberikan waktu bebas pada
kami untuk menikmati pemandangan di lokasi wisata. Tanpa berpikir lama, saya
langsung mengajak Kak Muawana untuk turun ke bawah di dekat sungai buat take
foto. Ternyata teman-teman yang lain beserta panitia memutuskan untuk
bermain air dengan menaiki ban besar. Wah, saya pun dan Kak Muawana lari
menemui mereka. Tentu kami juga ingin bergabung dan ikut bermain air di sungai
dengan menaiki ban besar. Walaupun pada awalnya saya tidak ingin basah-basahan,
akhirnya tergoda juga tidak ingin melewatkan keseruan ini. Hm, kenapa Kakak
panitia tidak bilang ya sebelum kami berangkat kesini bahwa kita semua akan
basah-basahan di aliran sungai air terjun. Oke tidak papa meskipun saya tidak
ada baju buat ganti. I decided to join this challenge!
Kami pun langsung menuju ke grais start sungai
dengan membawa ban besar masing-masing. Awalnya saya kira ban besar itu berat,
ternyata tidak. Dibantu petugas/penjaga di garis start serta kakak-kakak
supermennya CRIS kami pun mebuat barisan di atas air untuk berpetualang di atas
ombak sungai. Seru sekali pokoknya challenge ini. Saya dan teman-teman
perempuan lainnya sampai teriak-teriak gitu pas berada di tengah ombak yang
semakin besar. Tapi sangat menyenangkan. This is my first experience.
Kebanyakan teman-teman masih belum kapok kalau hanya main sekali. Jadi kami
semuanya mengulangi kembali sekali lagi. Pertama kali nyoba naik ban besar ini,
saya itu takut tenggelam. Eh, ternyata sungainya tidak dalam. Pas nyoba kedua
kalinya saya dan Nadia memberanikan diri berpetualang berdua. Ya Ampun, saya jadi
teringat, kalau Asma Nadia karena Literasi bisa bermain salju di Eropa, saya
masih bermain air di Malang karena Literasi, hehe. Ya, semoga suatu saat nanti
saya bisa mengikuti event Literasi lagi ke Luar Negeri, Amiin.
Badan sudah basah kuyup semua. Waktu juga sudah
sangat siang. Jadi, kami harus segera kembali ke rumah Mbak Firda untuk
berkemas-kemas pulang ke Surabaya. Saya kembali ke rumah Mbak Firda bersama
rombongan mobil Mas Arif. Sehingga saya sampai di rumah Mbak Firda lebih awal
dan bisa mandi lebih awal pula. Tak lupa untuk shalat dzuhur, lalu sekalian
menunggu ashar tiba. Ba’da ashar tepat untuk terakhir kalinya, kami berkumpul
di forum untuk acara Penutupan bersama Tuan Rumah, yakni bersama Mbak Firda
beserta suami. Penutupan Alhamdulillah berjalan lancar. Dan, Waktu pulang pun
tiba. Saya bersama Mbak Ananing, Kak Rozaq, Kak Muawana, Saroh, Tata, dan Titin
ikut pulang bersama mobil Mas Arif. Sedangkan peserta yang lain pulang bersama
Panitia dengan naik Bis.
Selama perjalan pulang, saya mengambil kesempatan dengan
banyak mengobrol dan cerita-cerita serta nanya-nanya dengan Mbak Ananing.
Banyak sekali hal yang baru saya tahu dari cerita-cerita Mbak Ananing. New
knowledge, new motivation, and new inspiration again in my life.
Alhamdulillahirabbil’alaimn, saya pokoknya bersyukur sekali bisa tergabung
dalam event.
-----
Jujur,
sebenarnya saya sudah lama bermimpi agar bisa ke Malang. Ya, semuanya berawal
dari sebuah mimpi dalam hati saya. ketika saya menginginkan suatu hal, yang
saya lakukan adalah “Mengimpikan, Menuliskan, Mengusahakan, dan Mendoakannya”.
Sebenarnya saya pernah berencana untuk silaturahmi ke rumah Nadia di Malang bersama
beberapa teman di Asrama. Namun, tidak jadi karena ada kendala. Begitu pula, saya
pernah berencana untuk silaturahmi ke rumah family bersama Ibu di Malang
juga. Namun, masih belum jadi yang mau kesana karena beberapa kendala pula.
Tapi, kalau Allah sudah ingin mengabulkan mimpi saya, ternyata Allah kasih saya
kesempatan untuk tergabung dalam event Wisata Literasi ini bersama CRIS
Foundation. Cara Allah memang indah untuk mengabulkan impian hamba-hambanya.
Saya itu
termasuk orang yang tidak suka jika pergi kemana-mana hanya buat jalan-jalan
atau senang-senang tanpa ada manfaatnya atau tanpa ada nilai edukasinya. Jadi
bisa berwisata di Sumber Maron ini, saya anggap bonus dari tujuan utama untuk
belajar literasi.
Ya,
mungkin hanya sedikit ini, cerita saat Wisata Literasi III bersama CRIS
foundation yang bisa saya bagikan. Semoga bisa bermanfaat. Mohon maaf apabila
ada salah kata, karena saya masih dalam proses belajar menulis dan masih sangat
pemula. Terakhir, saya betul-betul berterima kasih kepada seluruh panitia dan
keluarga besar CRIS Foundation atas semua kebaikannya dan telah
menyelenggarakan event literasi ini.
Terima kasih atas hembusan ilmu-ilmunya CRIS Foundation sehingga memotivasi diri saya untuk selalu membaca, membaca, membaca, dan menulis.
Surabaya, 27 Maret 2019
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!