MENULIS BAGI SITI


MENULIS BAGI SITI
“Menulis itu Siti, dan kalau tidak menulis itu bukan Siti”

Membaca itu untuk menulis dan menulis itu untuk membaca lagi. Serta menulis itu untuk bertanya dan bertanya itu untuk menulis lagi. Baik menulis tulisan ilmiah maupun tulisan sastra.

Menulis itu mudah, cukup siapkan pena dan buku, lalu menulislah. Atau buka laptop, lalu menulislah. Bahkan pada selembar daun maupun tisu, kita bisa menulis sesuatu disana. Terkadang tangan kita pun bisa kita tulisi sesuatu atau catatan ide untuk menulis.

Tak perlu terlalu jauh mencari ide untuk menulis, membaca keadaan dan lingkungan sekitar serta belajar dari pengalaman bisa dijadikan bumbu-bumbu untuk menulis.

Cara menulis itu sangat mudah. Hal terpenting adalah harus punya alasan dan motivasi. Kalau Siti sendiri termotivasi dari beberapa para penulis dan sosok yang berpengaruh di dunia ini.

Diantaranya adalah; Pertama, Ali Bin Abi Thalib RA. “Ikatlah ilmu dengan menulis”. Kedua, Imam Al-Ghazali. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” Ketiga, Pramoedya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah.” (Rumah Kaca, Hal. 352). Keempat, Helvy Tiana Rosa. “Menulis itu peduli. Menulis itu mencintai.” Kelima, Seno Gumira Ajidarma. “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah dimana. Cara itulah yang bermacam-macam dan disanalah harga kreatifitas ditimbang-timbang.” Keenam, J.K. Rowling. “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.” Ketujuh, Stephen King. “Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya. Orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan mimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya.”

Dan masih banyak lagi para penulis di tanah air dan penulis di dunia yang menginspirasi Siti untuk menulis yang masih belum Siti sebutkan satu persatu di sini.

Pernah, suatu ketika, Siti merasa kehilangan semangat untuk menulis. Saat Siti vakum tidak menulis beberapa bulan, Siti merasa ada hal yang hilang dari jiwa. Karena rasa yang sangat tidak nyaman ini, Siti menghubungi beberapa Guru menulis Siti saat MTs-MA dulu. Siti curhat kepada beliau kesulitan Siti dalam menulis hingga akhirnya Siti diberi pencerahan dan masukan untuk kembali menulis. Beliau mengatakan pada Siti bahwa Pramoedya Ananta Toer selama berada dalam jeruji besi penjara masih tetap menulis, lalu apa alasan Siti sehingga kekurangan motivasi untuk menulis.

Sejak MTs-MA, Siti suka sekali menulis sastra. Sastra itu passion Siti. Maka dari itu, Siti ingin terus menggali potensi dan belajar lebih.

Namun proses menulis Siti tidaklah selalu berjalan mulus. Dari sisi dedication, hard work, hard think, discipline, disappoinment, sacrifice, failure, dan persistence semuanya hadir dalam aspek asam garam hidup Siti.

Dulu, saat Siti kelas 2 MA, ada salah satu Guru yang kontra (Siti tidak akan menyebut nama beliau dan tidak akan memberitahu siapa beliau secara detail) dan berkomentar negatif karena Siti suka menulis “Puisi”.

Saat itu, Siti berpikir, apa salah Siti menulis karya sastra seperti “Puisi”? Padahal Siti tidak menulis ujaran kebencian ataupun hal yang menyalahi HAM, SARA, maupun agama. Dan terlintas pula dalam benak Siti saat itu, mengapa beliau mengomentari ketidaksukaannya terhadap “Puisi” kepada Siti di depan semua anak-anak di kelas? Percaya atau tidak, nyaris Siti mau meneteskan air mata. Nafas terasa tidak stabil di tenggorokan. Ya, siapa yang tidak sedih jika tidak disukai oleh seseorang karena passion kita ada di bidang ini, lalu dibanding-bandingkan dengan passion yang lain. Ini bukan saya orangnya terlalu baper terhadap sesuatu atau tidak, namun kondisinya saat itu benar-benar membuat saya malu diantara sekian banyak teman-teman kelas yang menyaksikan saat itu.

Jujur, Siti ingin sekali mengatakan pada beliau, namun Siti tidak bisa mengatakannya karena takut tidak menghormati beliau, bahwa Siti itu memanglah bukan manusia sempurna. Ya, I’m not a perfect human in this world. Setiap orang memiliki kelebihan di bidang masing-masing dan pasti punya kekurangan.

Apapun yang beliau katakan di depan Siti saat itu, Siti anggap sebagai salah satu hal yang “menguji” proses menulis Siti. (Anak baik memang kata Emma’ :) )

Skill masing-masing orang itu berbeda-beda, beragam, dan banyak macamnya. Ada yang panda menulis, public speaking, story telling, speech, spelling bee, matematika, melukis, olahraga, bernyanyi, bermain alat musik, ada yang hafidz-hafidzah 30 juz, ada yang suaranya merdu melantunkan shalawat, dan masih banyak lagi.

Memang ada orang yang multitalent, memiliki lebih dari satu keahlian. Tapi sebenarnya kalau ditelisik lebih dekat, masih tetap ada kekurangan yang ia miliki. Kita bisa mengamati orang-orang atau sahabat di sekitar kita sendiri. Sekali lagi, human is not God. Only God as the perfect one ever.
Itu, salah satu tantangan menurut Siti dalam proses menulis, yang Alhamdulillah Siti bisa melewatinya dengan hati yang mencoba untuk tegar dengan hal itu.

Hingga sekarang, mulai Siti kuliah, Siti tidak hanya menulis karya Sastra. Siti juga menulis karya ilmiah seperti makalah, essay, jurnal, dan di semester 6 ini sedang berproses menulis proposal skripsi. Bagi Siti Sastra dan Ilmiah itu sama-sama merupakan hal yang sangat penting dalam menulis.
Menulis beberapa buku sebelum Siti kembali ke sisi Allah, merupakan salah satu cita-cita besar dalam hidup Siti. Kenapa? Karena Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: amal jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh-sholehah yang mendoakannya.” (H.R. Muslim)

Siti ingin sekali menjadi salah satu sosok yang bisa menginspirasi dunia dan seisinya ini menjadi lebih baik melalui tulisan. Bagi Siti tulisan juga bisa menjadi media untuk berkenalan dan bersilaturahmi dengan seluruh manusia di bumi Allah.

Ya, menulis itu untuk mencintai.

Surabaya, 07 Maret 2018

Comments

POPULAR POST