SEJUTA MOTIVASI UNTUK BERPRESTASI DALAM EVENT UINSA CAMPUS EXPO (UCE)
“Menuju Peradaban Dunia”
Selama
saya hidup dan kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang
tercinta, baru pertama kali inilah saya berjumpa dengan event expo yang
diselenggarakan oleh kampus. Tahun-tahun sebelumnya tidak ada event seperti
ini. Jadi, sejauh yang saya tahu, baru kali ini pada bulan Maret 2019. Ya,
mungkin saja beberapa tahun sebelumnya pernah diadakan saat saya masih belum
kuliah disini.
Bagi
saya tidak menjadi persoalan sudah pernah diadakan beberapa kali atau tidak.
Justru malah bagus dengan adanya event expo ini, kampus UINSA akan
mempermudah adik-adik kelas akhir MA/SMA/SLTA dan sederajat serta masyarakat
sekitar untuk mendapatkan informasi tentang seperti apa dan bagaimana kampus
UIN Sunan Ampel Surabaya. Jika event ini baru pertama kali diadakan di
tahun 2019, tentu hal ini merupakan sebuah inovasi baru dan brilliant untuk
menyebarluaskan “Tentang UINSA” terhadap seluruh mahasiswa, pengunjung,
masyarakat sekitar, dan tamu-tamu yang berdatangan dengan menunjukkan khazanah
yang dimiliki oleh kampus.
Saya
tiba-tiba menjadi makhluk yang sangat kepo atas terselenggaranya UCE ini. Setelah
saya bertanya kepada beberapa senior yang masih aktif di kampus UINSA, ternyata
UINSA Campus Expo memang baru kali ini diadakan.
Baik, sebelum
saya berbagi pengalaman lebih jauh, barangkali ada yang belum tahu apa itu UCE,
saya akan mencoba untuk menjelaskannya melalui tulisan ini sejauh yang saya
tahu.
Apa itu UCE (UINSA Campus Expo)?
UCE merupakan sebuah acara expo/pameran
yang diselenggarakan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya untuk menunjukkan kualitas
dan prestasi kampus dalam rangka menyambut para asesor untuk akreditasi kampus
pada hari Jum’at, 08 Maret 2019. Namun acara expo tersebut berlangsung sejak
tanggal 6 sampai 10 Maret 2019 yang bertempat di Lobby Twin Towers UINSA setiap
jam 08.00-16.00 WIB.
Siapa saja Tim Asesor BAN-PT yang berkunjung
ke UINSA?
Tim Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT) di UIN Sunan Ampel Surabaya dianataranya adalah Prof. Dr.
Marwan Asri, MBA., Ph.D dari Universitas Gajah Mada, Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc
dari Institut Pertanian Bogor, Suparto, S.Ag., M.Ed, Ph.D dari UIN Syarif
Hidayatullah, Dr. Akhmad Rifai, M. Phil dari UIN Sunan Kalijaga, dan yang
terakhir adalah Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, M.Si dari Universitas
Padjajaran.
Kegiatan UCE diantaranya adalah Pameran Produk
Akademik, Pameran Fakultas & Unit Kerja, Sosialisasi Jalur Penerimaan
Mahasiswa (SNMPTN, SBMPTN, SPAN PTKIN, UM-PTKIN dan MANDIRI).
Ada juga kegiatan Konsultasi yang meliputi
Pemilihan Program Studi, Info Beasiswa, Layanan Kesehatan, Layanan Psikologi
(Deteksi karir dan konsentrasi), Layanan Konseling (Anak, Remaja, Keluarga,
Pendidikan, dan Karir), serta Layanan Bisnis dan Entrepreneur.
Dan yang paling menarik perhatian yaitu adanya
“Live Performance” seperti Talk Show (Best Practice), Pertunjukan
Teater, Seni Tari Budaya, Musik Akustik, Band dan Paduan Suara, Angklung
Kulintang, Sholawat Banjari, dan Simulasi Peradilan (Klinik Etik).
Kegiatan UCE tersebut kan berlangsung selama 5
hari, namun saya hanya sempat berkunjung 2 kali. Hal ini dikarenakan adanya
aktivitas lain yang saya lakukan serta juga karena saya tidak mendapatkan tugas
untuk menjaga stand. Sebenarnya ingin
sekali selalu ada dan menjadi bagian dalam acara UCE yang sangat keren tersebut
(bagi saya pribadi) mulai dari awal hingga akhir.
Part I
Pertama
kali saya berkunjung, yaitu pada hari pertama sekitar jam 15.00 bersama Alvi. “Wow,
Amazing!” teriak dalam benak saya ketika memasuki ruangan expo.
Berdasarkan survey saya sendiri, terdapat 23 deretan booth/stand yang
telah didesign begitu menarik. Ingin tahu ada stand apa saja? Tenang, akan saya
sebutkan satu per satu.
1) Stand Fakultas
Adab dan Humaniora
2) Stand Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat
3) Stand Fakultas
Dakwah dan Komunikasi
4) Stand Fakultas
Dakwah dan Komunikasi (Khusus Dakwah TV)
5) Stand Fakultas
Syari’ah dan Hukum
6) Stand Fakultas
Sains dan Teknologi
7) Stand Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam
8) Stand Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
9) Stand Fakultas
Psikologi dan Kesehatan
10) Stand Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan
11) Stand Pascasarjana
UINSA
12) Stand Perpustakaan
UINSA
13) Stand
International Office
14) Stand AAKK
(Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama)
15) Stand AUPK
(Biro Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan)
16) Stand PUSBIS
(Pusat Pengembangan Bisnis)
17) Stand Klinik
UINSA
18) Stand Pusat
Ma’had Al-Jami’ah UINSA
19) Stand SPI
(Satuan Pemeriksa Intern)
20) Stand LP2M
(Lembaga Pelatihan dan Pengabdian Masyarakat)
21) Stand LPM
(Lembaga Penjamin Mutu)
22) Stand PUSTIPD
(Pusat Sistem Teknologi Informasi dan Pangkalan Data)
23) Stand Pusat
Pengembangan Bahasa
Dari sekian banyak
stand tersebut, tidaklah semuanya dikunjungi oleh saya. Hanya beberapa stand
saja yang berhasil membuat saya terpesona sehingga hati saya seperti
ditarik-tarik untuk datang dan join ke stand tersebut. Sedangkan stand yang
lain hanya saya lihat satu persatu dari depan. Karena capek juga diri saya
kalau harus mendatangi dan nanya-nanya disana satu per satu. Tapi jujur tidak
ada stand yang jelek di mata saya. Stand-stand yang saya kunjungi itu
sebenarnya dikarenakan adanya relasi yang lebih dekat antara saya dengan
stand/penjaga stand tersebut. Tidak mungkin kan saya melewatinya begitu saja.
Nanti saya dikira tidak menjaga silaturahmi, hehe.
Stand AAKK (Biro Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama)
Stand pertama yang saya kunjungi adalah stand AAKK. Mengapa? Disitu saya mendaftarkan
diri untuk mengikuti PIONER 2019. Dari puluhan lomba yang ditawarkan, saya
memilih untuk mengikuti lomba “Puitisasi Al-Qur’an”. Soalnya dulu saat MA, saya
pernah mewakili Kabupaten Sumenep (Maaf sama sekali tidak bermaksud sombong)
dalam ajang AKSIOMA ke tingkat Provinsi di cabang lomba “Cipta Puisi Kandungan
Al-Qur’an”. Sayangnya, saat itu saya belum berhasil ikut mengharumkan Kota
kelahiran saya tersebut. Nah, kali ini, agar bisa menjadi perwakilan kampus
UINSA untuk bersaing ke Tingkat Provinsi, kampus akan mengadakan seleksi
terlebih dahulu bagi setiap mahasiswa/i yang daftar. Harapan besar saya, tentu
semoga saya bisa lolos seleksi hingga menjadi perwakilan kampus untuk
berkompetisi di ajang prestasi ini. Lebih-lebih juga berkontribusi untuk
mengharumkan nama kampus UINSA.
Di stand AAKA tersebut, ada Bu Yuli dan satu
lagi partner beliau yang saya tidak tahu namanya. Saya kenal sama Bu Yuli,
karena beliau merupakan Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni UINSA. Sebagai
anak Bidikmisi, tentu saya ber-Ibu kepada beliau. Sering sekali dalam
event-event AMBISI (Aliansi Mahasiswa Bidikmisi) Bu Yuli kami undang untuk
memberikan sambutan. Bahkan kemarin dalam acara PENABARA (Pengenalan Anggota
Baru AMBISI), beliau kami hadirkan sebagai “Pemateri” disamping memberikan
sambutan. Hal yang paling membuat saya bahagia, saya dipilih oleh tim panitia
PENABARA menjadi “Moderator” Bu Yuli saat memberikan materi. Iyalah, seketika
hati saya tumbuh seribu macam bunga karena selangkah lebih dekat secara
langsung dengan sosok orang Rektorat yang hebat seperti Bu Yuli.
Sumpah, di stand ini saya melihat pajangan dan
deretan Piala, prestasi dari mahasiswa/i dari berbagai fakultas. Tak hanya
piala, medali emas, perak dan perunggu juga ada, yakni prestasi PIONER
tahun-tahun sebelumnya.
Merinding
dan terkesima sekali saya melihatnya. Ayolah Siti, kamu harus bisa ikut
berkontribusi mengharumkan nama kampus, dalam benak saya. Ya, tentu. Siapa yang
tidak ingin berprestasi. Siapa yang tidak ingin membuat orang tua kita sampai
menangis karena prestasi-prestasi kita. Mungkin harus berkali-kali saya
ucapkan, harapan terbesar saya, semoga Allah memberikan saya kesempatan untuk
mengharumkan nama kampus UINSA, tercinta.
Stand Pusat Ma’had Al-Jami’ah
Seusai regist lomba PIONER 2019, saya
pun bersama Alvi berkunjung ke stand Ma’had Al-Jami’ah. Nah, stand yang satu
ini beserta orang-orang di dalamnya bukan hanya dekat lagi dengan saya. Ma’had
Al-Jami’ah merupakan tempat tinggal/rumah saya yang kedua. Beserta orang-orang
di dalamnya, istilah kerennya “We are Big Family, We are One”. Jadi,
mulai saya awal kuliah sampai sekarang, Alhamdulillah saya masih bisa dan
bertahan serta memilih mengabdikan diri untuk tinggal di Ma’had Al-Jami’ah Only
and One. Saat itu di stand ada Ustadz Bahtiyar Rifa’i (Koordinator Pesma
& Pesmi Ma’had Al-Jami’ah), Ustadz Ibnus Shofi (Musyrif Pesma), Ustadz
Luthfi (Dulunya juga merupakan Musyrif Pesma, sampai sekarang beliau tetap
mengabdi di Kantor Pusat Ma’had Al-Jami’ah, namun saya kurang tahu beliau
menjabat sebagai apa, hehe, maaf saya belum update informasi lebih
banyak tentang Ustadz Luthfi), terus juga ada Ustadzah Ulfa dan Ustadzah
Fathimah (Musyrifah Pesmi). Untuk mengabadikan moment, tentu kami tidak lupa
untuk foto bersama. (Ciee.. Cekrekk).
(Dari Kiri) Ustadz Shofi, Saya, Alvi, Pak Irfan, Ustadz Luthfi, Ustadz Bahtiyar |
Saya kasih tahu ya, di lemari stand ini, kami
pajang kitab-kitab yang kami kaji setiap malam selasa, rabu, dan kamis.
Diantaranya adalah kitab Fathul Qorib Mujib, Risalah Ahlussunnah, dan Tafsir
Yasin. Tak hanya itu, ada buku “Tabarruk” yakni buku pegangan mahasantri ketika
ada kegiatan istighosah, tahlil, yasinan, baca Ratibul Haddad, baca surat
pilihan seperti Al-Waqi’ah, Al-Kahfi, dan Al-Fathu. Terus juga ada buku
“Qoimah”, buku absensi/penilaian kehadiran para mahasantriwan dan
mahasantriwati dalam keistiqomahannya shalat berjama’ah subuh dan isya’ di
masjid. Again, pada layar LCD yang menempel di dinding stand bagian
depan, diputar video profil Ma’had, dan kegiatan-kegiatan di Ma’had seperti
kultum, olahraga bersmaa, pengembangan minat dan bakat, festival pesantren,
muhadhoroh, dan masih banyak lagi.
Well, ingin tinggal di Ma’had Al-Jami’ah nanti
ketika kuliah di UINSA? Recommended sekali pokoknya dari saya. Why
not? Bagi saya pribadi, Ma’had Al-Jami’ah merupakan tempat yang cocok untuk
menanam atau memberikan pondasi dan dasar yang kuat dari sisi agama. Contoh
saja, di Ma’had kita dibina setidak-tidaknya sempatkanlah untuk selalu berjama’ah
subuh yang tentunya kita harus bisa bangun lebih pagi dan juga berjama’ah
Isya’. Kan ada pepatah mengatakan, kalau kita kesiangan bangun tidur, rezeki
kita akan keduluan dipatuk ayam. The importent one, tugas Allah, harus
lebih diutamakan dari pada tugas dosen. That’s the point. Usaha tanpa
doa itu sia-sia. For me, we always need Allah in everything of our daily
life. Ya, lingkungan Ma’had mendukung spiritual kita. Misalnya ada mahasantri
yang tidak datang ke Masjid beberapa kali dan dia pun tidak berhalangan untuk
shalat, tentu akan ditanyakan, mengapa tidak shalat berjama’ah ke Masjid? Sibuk
apa? Dan setiap harinya, setiap musyrif-musyrifah dan Dewan Mahasantri akan
membangunkannya untuk shalat subuh setiap pagi.
Lalu, kalau tinggal di Ma’had Al-Jami’ah,
seluruh Mahasantri wajib mengikuti aturan. Saya yakin, setiap instansi atau
lembaga dimanapun itu, pasti memiliki aturan atau kebijakan masing-masing.
Aturan itu dibuat untuk apa? Tentu untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Aturan itu dibuat tidak hanya untuk lembaga itu sendiri tetapi untuk “melindungi”
dan demi kebaikan orang-orang yang ada di lembaga tersebut. Contoh salah satu
aturan di Ma’had adalah setiap mahasantri harus sudah ada di dalam asrama
paling lambat jam 21.00. Jika masih ada mahasantri yang belum balik ke asrama
melebihi jam tersebut apalagi sebelumnya tidak izin, tentu para pengurus
bertanya-tanya dan khawatir sebenarnya anak ini ada dimana? Sama siapa? Lagi ngapain?
Sebagai pengurus di Ma’had Al-Jami’ah, tentu kami memiliki rasa tanggung jawab
karena telah dititipi anak orang. Kalau terjadi apa-apa bagaimana? Kami tidak
ingin hal-hal buruk, jahat, dan negative terjadi pada mahasantri semuanya. (Na’udzubillah)
Baik mahasantri Putra maupun Putri. Begitu juga para orang tua di rumah
tentunya yang pasti menginginkan anak-anaknya baik-baik saja dan tidak
kenapa-kenapa.
Sekadar share pengalaman pribadi, saat
saya belajar di Pare bulan Januari yang lalu, ada kasus pembegalan HP yang
terjadi di Jl. Brawijaya menimpa salah satu anak yang sedang belajar di Pare
(Saya tidak tahu siapa dia). Kejadian itu, terjadi sekitar jam 02.00 pagi. Hal
ini dikarenakan anak tersebut tidak balik ke asrama di instansinya pada Jam
21.00. Sama, rata-rata di Pare itu peraturannya setiap anak sudah harus berada
di asrama masing-masing maksimal jam 9 mlam. Dari sini, kita bisa menyimpulkan,
sekali lagi, peraturan itu dibuat tidak hanya untuk nama baik instansi
tersebut, tetapi untuk kemaslahatan dan kebaikan bersama. Na’udzubillah
sekali, mudah-mudahan kejadian di Pare itu tidak terjadi lagi baik di Ma’had
Al-Jami’ah khususnya dan dimanapun. Bisa
dijadikan pembelajaran untuk kita semua. Dan cukuplah kejadian diatas menjadi
cerminan mengapa Ma’had Al-Jami’ah meminta semua mahasantrinya untuk sudah
berada di dalam asrama maksimal jam 21.00. Jadi, berkali-kali saya ulangi
disini, peraturan itu dibuat semata-mata untuk “melindungi” dan membantu
mahasantri semua fokus belajar dan kuliah di UINSA.
Sepertinya cerita saya terlalu melebar, tapi
mudah-mudahan kita semua pandai mengambil hikmah dan hal positif di dalamnya.
Lalu, saya akan kembali pada pembahasan awal tentang UINSA Campus Expo.
Lanjut, pada stand berikutnya.
Stand FAHUM
Lanjut menjelajah, saya dan Alvi mendatangi
stand FAHUM (Fakultas Adab dan Humaniora). Ya, Fakultas kami tercinta. FAHUM
is our big family also. Why? Di FAHUM kan ada tiga prodi, yaitu Bahasa dan
Sastra Arab (BSA), Sastra Inggris (SI), dan Sejarah Peradaban Islam (SPI). Nah,
saya itu anak SI Angkatan 2016 sedangkan Alvi anak BSA Angkatan 2017. Di situ,
kami bertemu Pak Joko (Staff Bagian Akademik FAHUM), Hotimah (Duta Sejarah
Peradaban Islam 2017 serta dia merupakan teman seangkatan saya di AMBISI), dan
juga ada Ustadzah Marwah (Salah satu mahasiswi terpilih untuk mengikuti Program
Student Exchange ke Timur Tengah serta dulunya beliau merupakan Dewan
Mahasantri di Ma’had Al-Jami’ah, hafidzah pula). Benar-benar keren banget kan
mereka semuanya. Tinggal saya ini yang harus berusaha dan berusaha lagi serta
mencoba dan mencoba lagi semaksimal mungkin untuk menjadi mahasiswi terbaik dan
mengharumkan nama kampus.
Oh ya, mungkin dalam benak kalian
bertanya-tanya siapa Duta BSA dan SI? Jawabannya tidak ada. Karena Himpunan
Mahasiswa Prodi BSA maupun SI tidak mengadakan ajang pemilihan Duta Prodi dalam
Program Kerjanya. Kalau ada, tentu saya sudah pasti ikut. Hehe.
Di lemari stand FAHUM terdapat banyak sekali
manuskrip, kitab-kitab sejarah kuno, dan tentunya beberapa sertifikat prestasi
serta bebrapa piala yang dipajang. Seperti biasa, untuk mengabadikan moment,
kami pun foto bersama di sini.
Mungkin, teman-teman bertanya apakah diantara
deretan cenderamata serta piala tersebut ada milik Siti? Jujur, tidak ada. Lalu
selama di UINSA apakah Siti tidak pernah menorehkan prestasi? Jujur, pernah.
Prestasi apa? Dulu saya pada saat Semester 1 menjelang Semester 2, saya Juara 2
Lomba Cipta Puisi Competition of Cendekia (COC) 2016 Tingkat Nasional “Karya
Pemuda untuk Indonesia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya, hadiahnya uang pembinaan dan sertifikat
juara. Dan juga Juara 2 Lomba Murottal Al-Qur’an dalam ajang IQMA Mencari Bakat
yang diselenggarakan oleh Ikatan Qori’-Qori’ah Mahasiswa UINSA, yang mana
pialanya sudah saya bawa pulang ke rumah.
Pada tahun 2017 & 2018 saya belum berhasil
menorehkan prestasi lagi, entah kenapa, mungkin belum rezeki. Atau mungkin juga
dikarenakan saya memilih fokus pada tugas kuliah dan kegiatan organisasi. Tapi
sebenarnya itu bukan alasan ya, Hik’s, mungkin saya ini yang harus
banyak belajar lagi dan introspeksi diri agar lebih berusaha dan mencoba lebih
baik lagi dan lagi. Sungguh, harapan terbesar dan terdalam saya, semoga saya
bisa menorehkan prestasi lagi serta ikut mengharumkan nama kampus UINSA dan
tentu memberikan topik bahagia ketika berkomunikasi bersama Emma’ melalui
telepon. Amiin Amiin ya Rabbal ‘Alamiin.
So, dengan kehadiran UCE ini, terbukti memberikan sejuta
motivasi bagi saya pribadi dan untuk semua orang untuk berprestasi. Ya, saya harus
terus mencoba menggali potensi diri lagi dan lagi. Tidak putus asa dan tidak
berhenti untuk berjuang serta berusaha lebih baik lagi.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 16.00,
stand sudah harus tutup semua, maka saya dan Alvi pulang ke asrama. Yeah,
That’a All, rekaman cerita saya saat berkunjung ke UCE pertama kali.
Part II
Lanjut, Kali kedua saya datang ke UCE, yaitu
pada hari terakhir / hari penutupan sekitar jam 10.00 pagi. Kali ini berbeda,
tidak bersama Alvi lagi, tetapi bersama Ustadzah Mila dan Indah. Pada kesempatan kali
ini sepertinya lebih seru, karena ada 6 stand yang saya datangi. Stand apa
sajakah itu? Let’s follow me!
Stand Ma’had Al-Jami’ah
Stand
ini tentu selalu menjadi pilihan utama untuk didatangi pertama kali. Karena
kami menganggap bahwa ini adalah stand big family. Barangkali kita bisa
ikut bantu jaga walaupun tidak ditugasi. Jadi, kemana pun kami menjelajahi
beberapa stand yang lain, titik tumpunya pasti kembali ke stand Ma’had kami. Saat
itu, yang ada di stand diantaranya adalah Ustadz Ibnu Shofi (Termasuk sosok
yang menurut saya dedikasinya sangat luar biasa buat Ma’had sebagaimana Ustadz
Bahtiyar), serta ada Munir dan Akbar (Dewan Mahasantri Pesma). Dengan ekspresi yang penuh riang
gembira, kami merasa senang dapat berjumpa dan berkumpul di sini.
Stand FEBI (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam)
Sebenarnya,
saat kami baru sampai di stand Ma’had, beberapa detik kemudian di depan stand
FEBI (lokasinya sangat dekat dengan stand Ma’had, posisinya saling
berhadap-hadapan), sangat ramai sekali karena didatangi banyak pengunjung. Apa
yang membuatnya sangat memikat hati pengunjung? FEBI itu memiliki Game Kuis.
Yang menang mendapatkan merchandise. Di stand FEBI tersebut, ada sahabat
saya. Namanya Syarif (Teman seangkatan di AMBISI). Nah, dia ini paling heboh
yang mengajak para pengunjung untuk join bermain Game Kuis FEBI.
Begitu dia melihat saya, dia langsung mengajak saya untuk join. Tidak
hanya saya sih yang diajak, Ustadzah Mila juga.
Finally,
saya memilih untuk join bermain Game itu. Kebetulan kondisi Siti saat
itu memang lagi suka Kepo, hehe. Alright, saya bermain Game itu
menggunakan Smartphone Ustadz Shofi, karena syarat buat main Game
itu harus tersambung dengan internet. Kebetulan saat itu saya lagi tidak punya Quota
internetan, Wkwk. Untung ada Ustadz Shofi yang baik hati. Sebelum bermain Game,
juga diwajibkan follow 4 akun instagram FEBI, yaitu @kopsyarma_uinsa,
@griyaderma_uinsa, @bss_uinsa, dan @gis_uinsa. Enaknya lagi, saya follow
akun tersebut memakai Smartphone-nya Syarif, hehe. So, You
know everyone, instructor kami itu untuk bermain Game, ya Syarif
itu. Skill public speaking dan komunikasinya memang T-O-P. Dia semacam
presentasi terlebih dahulu dan memberikan explanation tentang UINSA dan
FEBI. Awalnya saya tidak mengerti kenapa dia pakai ada acara presentasi di awal
sebelum bermain Game. Tanpa bertanya kepada siapa pun, saya langsung
menduga bahwa apapun yang dia katakan saat itu bener-bener harus diperhatikan
baik-baik karena kunci jawaban Game itu adalah apa yang dia sampaikan.
Yang
paling membakar semangat saya yaitu bisikan-bisikan Ustadz Shofi yang mendarat
ke telinga saya langsung. Kata beliau dengan nada bergurau “Jangan sampai
kalah / Jangan sampai gak menang, nanti malu-maluin”. Lebih dari satu kali
beliau berkata seperti itu pada saya. “Jleb, is it possible if I become the
winner?” dalam benak saya. Ya, saya tidak tahu. Bermain saja belum. Seusai
Syarif presentasi, game pun dimulai. Game itu terdiri dari 10 kuis berupa
pertanyaan yang harus dijawab dengan tangkas dan cepat. Awal-awal menjawab saya
tidak termasuk kategori peserta yang cepat menjawab walaupun jawaban saya itu
benar. Lanjut pertanyaan, saya masuk kategori 5 besar tercepat dan benar.
Melihat wajah Ustadz Shofi yang menyaksikan saya sedang bersaing menjawab kuis
bersama peserta yang lain, saya jadi ingat bisikan beliau kepada saya, hehe. Deg-degan
banget saya saat itu sampai tangan gemetter, really. Pertanyaan demi
pertanyaan saya jawab dengan berusaha untuk lebih cepat, hingga akhirnya
membawa saya berada di peringkat ke-3, lalu naik lagi ke peringkat 2. And, saya
sama sekali tidak menyangka. The last kuis, membuat saya menjadi
pemenang pertama dengan skor tertinggi. Skornya saya lupa berapa. Secara
refleks, saya berteriak dan loncat when I have known that I’m the first
winner.
Mengesankan,
benar-benar tidak menyangka that today is my day. Ketiga pemenang dari
kuis itu diberi merchandise. Saya mendapatkan booknote dan pen.
Yang Juara 2 dapat gantungan kunci, sedangkan yang Juara 3 dapat pen.
Saya tidak kenal sama orang yang menjadi jura 2&3 tersebut, pokoknya
laki-laki semua. Tidak sempat yang mau kenalan, hehe. Well, seperti hal biasa
yang sering dilakukan, untuk mengabadikan momen tersebut, tentu harus take
foto bersama. Buat stand FEBI, Aduh seru abis pokoknya.
Stand International Office
Stand
ini merupakan stand yang saya incer sejak awal untuk bertanya-tanya tentang KKN
International. Saat itu yang jaga di stand ini ada Kak Aul dan Teh Yeni. Saya
sangat kenal dan akrab dengan kedua perempuan cantik tersebut. Kak Aul adalah
senior saya di Sastra Inggris, sedangkan Teh Yeni adalah senior saya di Pesmi
Ma’had Al-Jami’ah. Mereka berdua merupakan Ambassador of UINSA dari 6
Mahasiswa yang terpilih untuk melaksanakan KKN International ke Belanda pada
tahun 2018.
Di stand
ini, saya tidak begitu lama berkunjung. Hanya melihat-lihat foto-foto KKNI yang
terpajang di sana. Pertanyaan-pertanyaan mengenai KKNI sudah saya kepo-kepoin
melalui chat WhattsApp terhadap Kak Aul dan Teh Yeni. Jadi saya di stand ini
hanya nanya-nanya foto-foto yang ini dan itu foto dimana. Serta mengingatkan
mereka agar tiak lupa untuk mengabari saya ketika Recruitment KKNI telah
dibuka.
Sedikit
curhat, KKNI menjadi salah satu impian terbesar saya sejak saya masih berstatus
Mahasiswa Baru. Informasi ini saya dapat dari event PENABARA 2016 yang mana
salah satu materinya adalah KKN International. Ternyata senior saya di AMBISI
ada yang lolos untuk melaksanakan KKNI ke Thailand.
Harapan
terbesar saya, semoga saya nanti terpilih dan lolos untuk melaksanakan KKNI.
Amiin ya Allah. Semoga tahun ini dibuka lagi KKNI ke Eropa. Jadi sekarang saya
masih belum tahu negara mana saja yang dibuka untuk KKNI karena masih belum ada
pengumuman apa-apa. Em, ya Allah. Sungguh mudah-mudahan Allah memberikan saya
kesempatan untuk ini. Ini adalah impian saya. Emma’ saya pun juga telah begitu
mendukung impian saya ini. Amiinn Amiinn ya Rabbal ‘Alamiin.
Stand FAHUM (Fakultas Adab dan Humaniora)
Berikutnya,
saya bersama Munir ke stand FAHUM. Saya ke sini lagi juga dikarenakan ajakan
Munir. Munir itu mahasiswa SPI angkatan 2017. Saya akrab dengan Munir karena
Munir pernah meminta saya untuk mengajarinya B. Inggris, serta dia juga
merupakan Adik Dewan Mahasantri di Ma’had yang paling ngegemesyin
menurut saya.
Di stand
ini kami pun juga tidak terlalu lama, cukup melihat manuskrip dan foto-foto Student Exchange ke Timur Tengah yang
terpajang di sana. Sangat memotivasi. Yeah, memang setiap sudut-sudut dan
seluruh isi stand UCE ini menginspirasi banyak hal pada kami untuk menjadi
mahasiswa yang lebih baik, lebih berkontribusi, dan berprestasi.
Stand FPK (Fakultas Psikologi dan Kesehatan)
Saya ke
stand ini karena diajak sama Indah, Ustadzah Mila, Munir dan Akbar, untuk ikut
tes konsentrasi. Tes konsentrasinya adalah saya harus menulis garis yang
berbentuk bintang dengan pulpen yang memang digunakan untuk mendeteksi
konsentrasi saya. Jadi saya mengikuti garis yang berbentuk bintang tersebut
dengan melihat gambarannya di kaca. Jadi tidak boleh melihat langsung.
Pada
kesempatan pertama, konsentrasi saya untuk menyelesaikan garis dalam bentuk
bintang itu hampir 3 menit dengan 3 kesalahan. Lalu pada kesempatan kedua, saya
bisa menyelesaikannya dengan waktu hanya 1 menit 14 detik tanapa ada kesalahan
sama sekali. “Wih, Amazing”, dalam hati.
Kata si
Kakak Psikolog di stand ini, konsentrasi saya masih terbilang sangat bagus.
Cuma kurang PD di awal saja. Oke, Nice experience that I have gotten here.
Stand PUSBIS (Pusat Pengembangan Bisnis)
Penjelajahan stand pun berlanjut, saya bersama
4 brothers and sisters tersebut berkunjung ke stand PUSBIS. Di sini banyak
sekali produk-produk, marchandise, souvenir, dan handmate a la UINSA. Ada
pulpen kren, yang sempat saya pegang dan melihat kualitasnya, harganya hanya
Rp. 7.500. Ya, keren buat menyentuh layar Smartphone atau menulis sebuah
tulisan serta mengapit. Sekarang saya nyesel tidak beli saat itu. InsyaAllah
nanti akan beli di UINSAMART.
Seperti biasa, saya bersama Indah dan Ustadzah
Mila foto bersama di stand PUSBIS sambil memegang atau mengenakan salah satu
produk UINSA. Ada gelas, totebag, topi, tempat minum, dan masih bnayak lagi.
---
Setelah
capek menjelajah beberapa stand, kami pun kembali ke stand Ma’had Al-Jami’ah
untuk ikut membantu menjaga stand. Sebenarnya saya masih di ajak lagi sama 4
brothers and sister itu untuk ikut ke stand Ushuluddin. Karena disana ada
layanan pijat untuk merefresh otak. Tapi saya memutuskan untuk tidak ikut,
lebih memilih untuk jaga di stand Ma’had. Kebetulan, saat saya jaga, tiba-tiba
ada 2 siswi dari Bangkalan yang bertanya-tanya cara agar bisa tinggal di Ma’had
ketika kuliah di UINSA nanti.
Saat jam
sudah menunjukkan sekitar hampir pukul 2 siang, saya bersama Indah dan Ustadzah
Mila memutuskan untuk pulang. Kasihan Ustadzah Mila belum shalat dzuhur pada
saat itu. Sedangkan saya dan Indah melama-lamakan diri untuk tetap stay di
UCE karena pada saat itu kami berdua lagi dalam keadaan ‘udzur untuk
shalat. Sebenarnya saya dan Indah
menantikan acara Closing UCE pada jam 2 siang. Awalnya kami meminta agar
Ustdzah Mila shalat di gedung Twin Tower, tetapi beliau tidak mau. Finally,
kami memutuskan untuk pulang ke Pesmi. Sebenarnya sayang sekali tidak mengikuti
sampai acara selesai. But, very nice experience and so inpirated my self
especially.
Dari
event UINSA Campus Expo ini, saya pribadi bisa belajar banyak hal, bahwa
kebangkitan untuk lebih baik harus dimulai bukan dari luar kita, tetapi dari
dalam diri kita. Allah telah menyiapkan potensi akal, otak, dan imajinasi untuk
mengkreasikan seluruh anugerah-Nya. Kita harus memompa keberanian dan proses
kreasi kita demi mendayagunakan semua komponen yang telah disediakan Allah SWT
kepada manusia. Serta dari event ini, mengajari saya agar lebih menguatkan tujuan
hidup saya. Bermula dari impian, keinginan, harapan, dan cita-cita hingga
bergerak ke peta pemikiran, rasionalisasi pascaimajinasi, visualisasi, kemudian
didukung oleh semangat yang terus menggelora sehingga melahirkan keyakinan.
InsyaAllah,
semoga Allah mengijabah mimpi-mimpi saya yang telah melangit, dan memberikan
jalan kemudahan agar saya lebih gigih untuk untuk membumikan diri dalam
memberikan berkontribusi. Amiin.
Surabaya, 13 Maret 2019
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!