BELAJAR JURNALISTIK BERSAMA LPM QIMAH

 

Belajar Jurnalistik Bersama LPM Qimah

    Komunitas menulis saat kuliah adalah yang paling saya cari dan ingin saya ikuti. Saya ingin terus berkomunitas dalam proses menulis saya. Agar saya bisa belajar banyak hal dari teman-teman di komunitas menulis. Seperti saling support menulis, mengikuti kompetisi menulis, dan semacamnya.

   Di dunia kampus itu, komunitas menulis yang paling populer adalah LPM (Lembaga Pers Mahasiswa). Baik di tingkat fakultas maupun di tingkat universitas. Saya tidak menemukan sebuah komunitas menulis yang fokusnya itu benar-benar ke puisi seperti saat sekolah dulu. Sebenarnya, saya pernah baca dan mendengar bahwa di lingkungan UIN Sunan Ampel itu ada komunitas Tikar Merah, yang kalau tidak salah, fokus dalam dunia sastra atau kepenulisan puisi. Karena, saya pernah menemukan seorang penyair yang entah saya lupa namanya, di antologi puisi “Ketam Ladam Rumah Ingatan”, sebuah antologi puisi penyair muda madura, saat saya membaca biodatanya, ia aktif di komunitas Tikar Merah UINSA. Tetapi, selama kuliah saya tak pernah berjumpa dengan keberadaan komunitas tersebut.

    Saya pun memutuskan untuk masuk di LPM Qimah. Ia adalah lembaga pers mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora. Sebenarnya ada LPM di tingkat universitas, tetapi saya lebih memilih di fakultas. Karena menurut pemikiran saya saat itu, biarlah saya mengikuti komunitas lainnya untuk yang tingkat universitas.

    Saya daftar dan masuk di LPM Qimah pada saat saya masih berstatus mahasiswa baru atau lebih tepatnya pada saat saya semester satu. Kakak senior saya membuka stand pendaftarannya di depan fakultas. Awalnya saya bertanya-tanya terlebih dahulu seperti apa LPM Qimah itu. Ternyata di LPM Qimah itu tak hanya fokus pada bidang pemberitaan saja, namun jika para crew/anggota LPM mempunyai minat di bidang sastra juga tidak apa-apa, bisa masuk di LPM. Bahkan, yang mempunyai keahlian mendesign atau melayout pun juga boleh sekali untuk bergabung di sini.

    Pada saat saya mendaftarkan diri, ternyata juga dimintai menunjukkan karya. Saya pun membawa beberapa karya tulisan saya dan karya puisi saya yang telah terkumpul dalam sebuah buku antologi puisi bersama saat sekolah MTs dulu. Lalu, saya mengikuti Diklat Jurnalistik Dasar (DJD) yang diadakan oleh LPM Qimah. Diklatnya bertempat di Ketintang, tak jauh dari kampus, tepat berada di belakang gedung Jawa Pos.

    Selama dua hari saya mengikuti DJD, banyak sekali ilmu kepenulisan tentang jurnalistik dan cara berpikir kritis yang saya dapatkan di sini dari para senior-senior dan alumni LPM Qimah yang telah menjadi orang-orang hebat. Ada yang menjadi dosen, ada yang bergiat di majalah AULA, ada yang menjadi wartawan di Radar Surabaya, dan masih banyak lagi. Seharian full saya mendapatkan materi. Lalu, di hari berikutnya turun ke lapangan untuk mencoba praktek meliput berita.

   Saya bersama kelompok turlap saya keliling-keliling daerah ketintang, hingga menemukan Instansi Kebun Sayur didekat tempat diklat. Di situlah, kami mencoba menggali informasi untuk diliput. Serta wawancara kepada pemiliknya. Setelah data informasi kami dapatkan dilapangan. Kami pun balik ke basecamp untuk menyusun data yang masih mentah tersebut menjadi sebuah berita yang utuh. Dan di hari itu pula, kami diajari ilmu layout menggunakan corel draw. Jadi, setelah berita selesai disusun, lalu didesain seperti tampilan majalah atau koran. Pokoknya DJD ini benar-benar memberikan jalan pencerahan dalam hal kepenulisan.

   Pada saat DJD, saya sangat tak menyangka akan menjadi peserta DJD terbaik saat itu. Saya mendapat sebuah reward buku tentang menulis dari kakak senior yang menjadi panitia saat itu. Duh, tidak menyangka.

    Selama saya berada di Qimah, biasanya kami itu kumpul setiap hari Rabu sore, untuk membicarakan keberlangsungan LPM, atau mengadakan kajian untuk meningkatkan lagi pengetahuan tentang kepenulisan bersama kakak-kakak senior. Membuat buletin pun menjadi agenda kami. Sebelum akhirnya membuat media cetak seperti tabloid dan majalah.

    Selama berada di Qimah pula, saya merasakan pengalaman mewawancarai banyak orang. Pernah mewawancarai ketum UKM IQMA, PSM UINSA, dan bahkan pernah mewawancarai Prof. Ali Mufrodhi, yang pada saat itu beliau menjabat sebagai Warek III. Agenda wawancara kami dibagi-bagi menjadi beberapa tim, siapa saja yang harus menggali berita ini, dan siapa yang harus menggali berita itu.

    Namun, di pertengahan saya kuliah, kalau tidak salah saat semester 4-5 saya merasa saat itu terlalu banyak komunitas di kampus yang saya ikuti. Sampai akhirnya kurang begitu aktif di LPM Qimah. Kadang nimbrung, kadang tidak. Tidak seaktif pada saat semester awal-awal dulu. Lalu, pas di semester-semester atas, mulai semester 6 saya pun ikut nimbrung lagi. Saya tak peduli akan dibilang apa, tetapi tentu sebenarnya saya dari awal sudah niat banget, bahwa saya ingin tetap aktif dalam komunitas menulis.

    Saya mengucapkan terima kasih, untuk Kak Anzdi, Pak PU LPM Qimah di masa saya mengikuti LPM Qimah, yang selalu berbagi banyak hal dalam dunia kepenulisan serta momotivasi saya dan teman-teman semua untuk terus menulis dan berkarya.

    Harapan saya, semoga LPM Qimah, akan terus berkiprah dalam mengembangkan dan menghidupkan jurnalistik di lingkungan kampus, terutama bagi fakultas. Dan semoga selalu berperan penting dan memiliki posisi dalam mewartakan seputar kampus menjadi suguhan berita yang aktual, informatif, dan eksklusif. Salam Persma!

 

Catatan Hati Mahasiswa

Pulau Garam | 01 Desember 2020  

           

           

Comments

POPULAR POST