BELAJAR BERSAMA ANANDA

 

Belajar Bersama Ananda

    Tahun lalu, adalah tahun pertama saya merasakan ramadhan di TPQ Hidayatullah. Berjumpa wajah-wajah pelangi yang imut dan lucu. Ketika saya disuruh Pak Kepala mengisi materi tentang puasa untuk ananda tercinta, jleb rasanya. Saya pun memikirkan konsep yang asik dan tidak membosankan, mulai dari materi yang ringan dan pas untuk seusia mereka, tepukan tangan untuk ice breaking, dan tebak-tebakan.

    Sebelum ada di depan ananda, saya membuat kerangka dulu. Belajar dari youtube dan praktek ngomong-ngomong sendiri seolah di depan ada mereka. Wkwkwk. Tahun ini, meski berhadapan dengan pandemi covid-19, belajar tetap berlanjut. Melalui sistem daring. Setiap hari, selalu saya dengar voice note ngaji mereka. Selalu saya lihat video ngaji pula. Dan selalu ada agenda untuk video call ngaji bersama mereka.

    Belajar via online, menyentuh sekali perasaan saya sebagai seorang perempuan. Ternyata benar ya, “Al-Ummu Al-Madrasatul Ula”, yaitu “seorang Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Yang mana, mereka di rumah ngaji bersama Ibunya. Ditemani, didampingi, dan diajari Ibunya sendiri.

    Saya, bukanlah siapa-siapa untuk mereka. Saya hanya bisa mengevaluasi dari rekaman yang orang tua mereka setorkan kepada saya. Tetapi pada hakikatnya, belajar yang sebenarnya adalah bersama Ibu mereka. Di rumah.

    Saya hanya bisa sekadar ikut membantu saja. Kalau ada yang salah, ikut membantu mengoreksi. Tetapi sebenarnya, peran utama yang dibutuhkan di situ adalah koreksi dari sosok Ibu. Jadi, akan percuma saya mengoreksi, tapi tidak disampaikan pada ananda.

    Yang paling membuat saya ingin menangis, adalah ketika anak-anak lulus tes munaqosyah dan naik jilid. Tetapi sebenarnya, yang luar biasa adalah Ibunya di rumah. Yang selalu mendampingi mereka ngaji. Walau sibuk WFH (Work from Home), atau masih tetap kerja ke luar. Masih sempat ada waktu untuk membimbing mereka mengaji.

    Dan, yang membuat saya bertanya, ketika hanya terdengar peran Ayah yang mendampingi ananda. Tak terdengar sama sekali peran Ibunya. Ke mana ya Ibunya? Lebih parah lagi, untuk ngaji online saja, peran orang tua tak ada respon. Apakah tak sempat untuk meluangkan waktu menemani ananda mengaji meskipun hanya sebentar saja?

 

Sumenep | 23 Mei 2020

Comments

POPULAR POST