AIR MATA DI LANGIT SENJA



Air Mata di Langit Senja
; untuk Ayah yang meninggalkan jejak

Hari kamis di kuncup senja yang temaram semerah darah
Saat cahaya jingga tersisa sebias di dahan-dahan cemara
Engkau pamit ke rumah keabadian tanpa semburat kata-kata

Kita yang jauh, engkau di bawah langit Madura, aku di bawah langit Surabaya
Sudah sejak hari kemarin dadaku didatangi mendung yang tak mampu kupahami

Tiba-tiba, angin terhempas ke telingaku membawa kabar duka

Menatap langit senja, aku menunduk
Hujan deras pun pecah dari mataku
Merusak kuncup-kuncup bunga yang baru saja tumbuh di bibir

Secepat kilat petir yang melukai hati
Aku pergi untuk memelukmu dengan sayap-sayap senyap merpati

Dengan rindu yang bergumuruh, aku mencium tanganmu yang terakhir kali

Jiwaku yang tak henti-henti menangis di bahu petang
Meratapi kenangan dan lukisan impian di langit yang kujanjikan untukmu
Runtuh menjadi doa-doa yang mendesah di kening sajadah

Dengan kerendahan hati yang belajar untuk mengikhlaskan
Dan kesedihan yang melebihi jeritan air mata

Kurendam amarah di kedalaman lautan dadaku

Disini, aku mengenangmu dengan mendekap biru rindu
Segala kasihmu berjejak di ubun-ubun yang dulu selalu kau tiup seusai shalat fardhu
Meguatkan perjalananku yang yang masih butuh waktu.

Surabaya, 26 September 2019

*Puisi ini menjadi 100 Besar Karya Puisi Terbaik pilihan Prosastra.id, dan terkumpul dalam Antologi Puisi Bersama "Jejak Aksara" 2019. 



Comments

  1. Coba bikin konten di youtube sis, isinya karya2 sishi.. Kedengarannya menarik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah buat video audio gitu atau pemandangan terus dikasi kata-kata gitu yaaa...?

      Delete
    2. Video audio.. . So disana video gitu, trs real yg baca puisi itu titi gitu lo, astya pribadi pengen denger titi pas baca puisinya gitu

      Delete

Post a Comment

Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!

POPULAR POST