GROW TOGETHER WITH AL-QURAN




GROW TOGETHER WITH AL-QUR’AN
(Tausiyah Motivasi Bersama Ustadz H. Masruri M.M)

            Tidak perlu ditanyakan kembali seberapa penting Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari kita. Kitab suci Al-Qur’an yang Allah turunkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW ini sungguh sangat luar biasa. Ya, Al-Qur’an adalah cahaya petunjuk, pedoman hidup, pesan suci, dan mutiara hikmah. Allahummarhamna bilqur’an. Aamiin.

            Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas panjang lebar tentang Al-Qur’an sebagaimana pelajaran di sekolah, tetapi saya akan berbagi cerita tentang mutiara motivasi yang saya dapatkan dalam acara “Fusilat Akbar Ummi Surabaya” di Masjid Al-Hikmah Surabaya ditambahi sekelumit perjalanan hidup saya bersama Al-Qur’an. Namun, jika pembaca ingin belajar Ilmu Al-Qur’an secara lengkap, bisa mencari guru untuk belajar kitab-kitab yang membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an seperti At-Thibyan, Ulumul Qur’an, Tarikh Tasyri’ul Qur’an, Ayatul Ahkam, Tafsir Al-Jalalain, dan masih banyak lagi. 

            Judul tulisan ini saya ambil dari judul “Tausiyah Motivasi” hari ini (Ahad, 30 Juni 2019) yang disampaikan oleh Ustadz H. Masruri M.M yang mana beliau merupakan Direktur Ummi Foundation.
-----

            Pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.30, saya sudah siap dengan kostum serba hijau untuk berangkat ke kos Mbak Ila dan Mbak Fatma (Teman-teman Mengajar di TPQ Hidayatullah). Kemarin kami sudah janjian untuk berangkat bersama ke lokasi “Fusilat Akbar”. Diantara kami bertiga hanya Mbak Fatma lah yang memakai seragam batik Ummi berwarna hijau. Saya dan Mbak Ila masih belum punya. Kenapa? Karena Mbak Fatma itu lebih awal dari kami berdua mengajar di TPQ Hidayatullah. Sedangkan saya sama Mbak Ila masih terhitung sebagai guru baru. Belum genap satu tahun kami mengajar di TPQ. Kata Pak Kepala TPQ, seragam untuk kami masih dalam proses penjahitan. Padahal, untuk menghadiri acara “Fusilat Akbar” diharuskan memakai seragam batik Ummi tersebut. Oleh karena itulah, saya memilih untuk memakai dress serba hijau. Untung saya punya baju warna hijau meskipun masih belum punya baju batik Ummi. Pikir saya, paling tidak warnanya sama-sama bangsa hijau meskipun bajunya tidak sama. 

            Singkat cerita, Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga dan tidak telat tiba di Masjid Al-Hikmah meskipun tadinya ada sedikit kendala saat memesan transportasi Grab Car. Para jama’ah yang datang masih dapat dihitung dengan jari. Kalau tidak salah, kurang lebih saat itu sudah jam 08.00. Kami bertiga pun masuk ke dalam masjid dengan membawa selembar kertas kecil masing-masing yang diberikan oleh panitia di meja registrasi bertuliskan Juz Al-Qur’an serta halamannya yang harus kami baca.

            Beberapa menit kemudian, “Khotmil Qur’an” pun dimulai. Saya mendapat bagian untuk membaca Juz 5 mulai dari halaman 92-101. Setelah itu, kira-kira hampir jam 09.00, dilanjut dengan membaca Surat Ad-Dhuha sampai Surat An-Nas bersama-sama yang mana dipimpin oleh para pengurus Ummi Surabaya. Para jama’ah dari seluruh lembaga TPQ se-Surabaya pun telah memenuhi ruangan Masjid Al-Hikmah. Masya Allah, luar biasa sekali. Betapa saya sangat bersyukur kepada Allah karena diberi kesempatan untuk berkumpul dalam sebuah majelis yang berisi para pecinta Al-Qur’an. Ini adalah kali pertama saya mengikuti acara ini. Jadi wajar saja kalau saya sangat terharu dan merasakan first impression

            Hal yang tak kalah membuat saya kagum setelah “Fusilat Akbar” ini dibuka oleh MC, yakni pada saat pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Adik kecil yang masih duduk di bangku RA lah yang tampil melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan nada rost. MC juga mengabarkan bahwa si malaikat kecil ini telah meraih prestasi terbaik pertama tingkat Jawa Timur dalam cabang Tartilul Qur’an. Luar biasa sekali. Siapa ya orang tua dari adik itu? Tanya saya dalam hati. Pasti orang tuanya sangat bahagia karena telah dikarunia seorang anak laki-laki yang pandai membaca Al-Qur’an di usia sedini itu. Dan sangat manusiawi sekali, dalam benak saya berdoa saat itu juga, semoga kelak saya dikarunia anak-anak yang sholih sholihah dan luar biasa seperti itu. Sejenak, saya langsung teringat pada Musa, pemenang juara pertama di “Hafidz Indonesia” yang hafal 30 Juz Al-Qur’an di usia 6,5 tahun. Siapa yang tidak ingin dikaruniai anak seperti ini. Ya Allah, saya ingin sekali. Sungguh, saya sangat kagum sama Adik mungil itu mulai dari membaca ta’awudz hingga tashdiq

            Setelah beberapa sambutan selesai, barulah berlanjut pada sesi “Tausiyah Motivasi” oleh Ustadz H. Masruri M.M. Beliau pun menyampaikan bahwa judul materinya adalah Grow Together with Al-Qur’an atau Tumbuh Bersama Al-Qur’an baik dari sisi akhlak, hati, dan perilaku. Sangat senang bisa bertemu langsung dan mengambil hikmah-hikmah motivasi yang beliau sampaikan. Bukan Titi namanya kalau tidak mencatat atau menulis poin-poin materi sebagai tambahan ilmu. Alhamdulillah, ada beberapa hal yang berhasil saya catat:

Yang pertama, keunggulan menjadi guru Al-Qur’an itu tidak akan pernah ada yang namanya pensiun. Benar sekali apa yang Ustadz Masruri dawuhkan ini. Tidak ada batasan usia untuk menjadi Guru Al-Qur’an. Memang beda dengan PNS. Contoh saja, Guru Al-Qur’an saya dulu di kampung itu sudah sangat sepuh sekali, beliau adalah Kiai Haji Abdul Halim. Betapa berkah usia beliau didedikasikan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada santri-santrinya. 

Yang kedua, tentang makna hadits “Khoirukum man ta’allamal Qur’aana wa ‘Allamahu (HR. Bukharo No. 5027)”. Artinya, sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. (The best of you are the one who learn Qur’an & teach it). Bismillah, semoga dengan jalan menjadi Guru di TPQ, dapat membuat saya menjadi sosok hamba yang terus bertambah baik, mendapat barokah Al-Qur’an, serta menjadi amal jariyah atau investasi yang sangat berarti untuk akhirat saya. Apalagi saya memiliki Ayah yang sudah meninggal dunia. Jika pahala mengajar di TPQ juga mengalir ke Ayah, saya berdoa semoga Ayah diberikan tempat yang aman, nyaman, tenteram, bahagia, dan diampuni dosa-dosanya. Jangan ditanya betapa sedihnya saya kehilangan sosok Ayah. Beliau lah yang membimbing saya mulai semenjak saya masih kecil menghafalkan Ayat Kursi, Doa Keselamatan Dunia-Akhirat, dan masih banyak lagi. Harapan saya tentunya, semoga Allah akan selalu menuntun saya di jalan Al-Qur’an, terus belajar dan mengajarkannya, sehingga menjadi jembatan yang terbentang untuk berjumpa dan berkumpul kembali dengan Ayah saya di kehidupan mendatang. 

Yang ketiga, menjadi Guru Al-Qur’an itu merupakan amal yang tidak akan pernah terputus. Ustadz Masruri memberikan contoh bahwa anak beliau mengerjakan amalan baik sebelum tidur berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh guru Al-Qur’annya, yaitu berwudhu terlebih dahulu sebelum tidur. Ajaran baik, jika diamalkan oleh banyak orang, maka pahalanya juga mengalir pada yang mengajarkan. 

Yang keempat, penguatan akhlak mulia itu adalah dengan cara rendah hati. Orang rendah hati akan sulit berkata buruk. Dan salah satu cara untuk melembutkan hati adalah dengan Al-Qur’an. Masya Allah, semoga diri saya dan kita semua dijauhkan dari segala macam penyakit hati dengan cara terus istiqomah bersinggungan dengan Al-Qur’an dan berkumpul bersama para pecinta Al-Qur’an.  

            Ya, itulah empat poin yang disampaikan oleh Ustadz Masruri yang sangat berarti bagi saya. Sebenarnya beliau juga menginformasikan hal-hal terkait perkembangan santri yang belajar dengan metode Ummi dari beberapa tempat di Indonesia. Kata beliau Kota Surabaya menduduki peringkat keenam ditinjau dari perkembangan banyaknya santri yang belajar Al-Qur’an menggunakan metode Ummi. Peringkat pertama adalah Kota Bekasi dan kedua adalah Kota Bandung. Sungguh, saya sangat heran dan tidak menyangka sama sekali bahwa perkembangan santri Ummi di Kota Bekasi itu sangat pesat.  

            Semoga di kesempatan yang lain, saya bisa menyempatkan kembali diri saya ini untuk meraup ilmu tentang Al-Qur’an di sebuah majelis yang seperti ini bersama para pecinta Al-Qur’an. Hati saya sangat tersentuh dengan Al-Qur’an. Jika ada orang membaca Al-Qur’an dengan nada yang indah dan tajwid yang benar, saya itu sangat senang mendengarnya. Salah satu contoh adalah menonton Hafidz Indonesia pada saat bulan Ramadhan. Bukan hanya saya yang suka, Ibu saya pun juga sangat suka. Dan hal baik apa pun yang berhubungan dengan Al-Qur’an, saya pasti terharu. 

Saya sering kali dibuat terharu oleh teman-teman saya di Surabaya yang sudah hafidz-hafidzah. Karena banyak sekali hal positif yang memotivasi. Diantaranya kelebihan para Ahlul Qur’an itu yang saya ketahui dari wejangan Ustadzah Fathimah (Salah satu musyrifah saya di Pesantren Mahasiswi Ma’had Al-Jami’ah UIN Sunan Ampel Surabaya) adalah bisa memberikan syafaat kepada 10 anggota keluarganya yang mana mereka semuanya tela ditetapkan untuk masuk neraka. Kemudian, mayat orang yang Ahlul Qur’an itu tidak akan dimakan ulat. Serta bisa memberikan mahkota kemuliaan untuk kedua orang tuanya kelak di akhirat. Dan PR seumur hidup seorang hafidz-hafidzah adalah muroja’ah yang mana mereka harus meluangkan waktunya setiap hari untuk membaca Al-Qur’an. 

Sejak kelas 2 MA, saya mulai menghafalkan Juz 30. Hal ini dikarenakan saya sungguh-sungguh sangat termotivasi oleh “Hafidz Indonesia” dan siswi-siwi MTs Nasy’atul Muta’allimin yang mana pada saat itu kepala sekolahnya adalah Bapak Anas mengharuskan seluruh siswa/siswi MTs Nasy’atul Muta’allimin harus hafal Juz 30 atau yang biasa disebut Juz ‘Ammah. Saya menghafalkan Juz 30 selama bulan ramadhan full. Alhamdulillah dalam waktu 1 bulan bisa hafal. Dan merasakan sendiri muroja’ahnya sangat Masya Allah. Minta bantuan doanya, semoga saya bisa meluangkan lebih banyak lagi waktu saya untuk terus-menerus menambah hafalan saya hingga hatam. Karena saat kuliah banyak sekali alasan kegiatan organisasi dan tugas-tugas kuliah yang membuat saya menjadi orang yang sok sibuk. Semoga saya dan kita semuanya, baik yang sudah hafal Al-Qur’an maupun yang masih belum hafal dijadikan orang yang Ahlul Qur’an / pecinta Al-Qur’an oleh Allah serta bisa mengamalkan isi dan ajaran Al-Qur’an. Amiin ya Rabbal ‘Alamin.

            Kemudian, saya pun punya impian dan doa, semoga kelak jodoh saya / pendamping hidup saya termasuk orang yang Ahlul Qur’an. Tidak hafal 30 Juz Al-Qur’an tidak apa-apa. Berjodoh dengan lelaki yang sudah hafal 30 Juz Al-Qur’an, ya tentu Alhamdulillah sekali. Yang penting, ia merupakan sosok yang mencintai Al-Qur’an dan mengamalkan ajaran-ajaran baik Al-Qur’an. Tentu memiliki impian hal ini tidak salah bukan. Bukankah pertimbangan yang harus didahulukan dari sisi agamanya. Impian ini muncul bukan karena saya merasa orang yang pandai Al-Qur’an. Tetapi justru saya harus banyak belajar dan dibimbing untuk lebih mencintai Al-Qur’an, mengalahkan hawa nafsu saya sendiri, dan memberi banyak hal baik terhadap orang lain. 

            Ya, semoga saya dan kita semuanya akan dijadikan orang yang terus-menurus mencintai Al-Qur’an, belajar Al-Qur’an, mengajarkannya, mengamalkannya, dan memanfaatkannya kepada banyak orang. Semoga hari-hari kita selalu bersama Al-Qur’an dan dikumpulkan dengan orang-orang yang mencintai Al-Qur’an. 

            Sebagaimana acara “Fusilat Akbar” yang diadakan pada hari Ahad, 30 Juni 2019 ini. Weekend saya dan orang-orang yang hadir di masjid Al-Hikmah ini menjadi hal baik karena diisi dengan membaca Al-Qur’an dan meraup motivasi yang berkenaan dengan Al-Qur’an. Semoga, di Weekend-weekend saya selanjutnya terus terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Amiin ya Allah.

Surabaya, 30 Juni-02 Juli 2019


Comments

POPULAR POST