KESAN KODE EHEM BERSAMA KELUARGA TPQ HIDAYATULLAH
KESAN KODE “EHEM” BERSAMA KELUARGA TPQ HIDAYATULLAH
(Silaturahmi, Ziaroh, Raker, Wisata)
(Silaturahmi, Ziaroh, Raker, Wisata)
Sudah sangat berniat dari hati. Pagi-pagi sekali. Mulai dari mandi sebelum subuh, shalat saat adzan subuh telah berkumandang, nyetrika baju, siap-siap, dan menyempatkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat. Lalu, dengan naik sepeda onthel kesayangan, saya berangkat ke Pondok Pesantren Al-Jihad yang berlokasi di belakang kampus saya. Berdasarkan broadcast yang saya baca di grup WA guru TPQ Hidayatullah, semuanya sudah harus berkumpul jam 05.30 pagi. Ya, hari Sabtu-Minggu, 06-07 Juli 2019 adalah agenda gathering/quality time bersama guru-guru TPQ Hidayatullah. Tempatnya bukan di Surabaya, tetapi di Gresik dan Lamongan.
Saya itu, bisa dikatakan termasuk orang yang berusaha untuk disiplin. Jadi saya paling tidak suka dan akan kecewa pada diri saya sendiri kalau saya telat dari jam yang telah ditentutakan. Jujur, sebenarnya saya semalaman tidak tidur karena menyelesaikan tulisan saya, jam 03.00 dini hari tulisan baru rampung, tetapi saya tidak menyempatkan diri saya untuk tidur karena saya ingat dan sadar bahwa saya harus berangkat ke Pesantren Al-Jihad sebelum jam setengah enam pagi. Ternyata, setelah saya tiba di depan Kantor Yayasan Al-Jihad sekitar jam 05.35, masih belum terlihat Ustadz-Ustadzah TPQ telah berkumpul. Saya pun berusaha menghubungi Ustadzah Fika dan Ustadzah Ani yang mondok di Al-Jihad. Ternyata, beliau semua baru selesai ngaji bersama Pengasuh Yayasan dan belum mandi untuk berangkat ke Gresik-Lamongan. Sekitar satu jam lebih saya menunggu. Semuanya baru siap dan berkumpul kurang lebih jam 07.00 pagi. Masya Allah, janjiannya jam 05.30 pagi tapi berangkatnya baru jam 07.00 lebih beberapa menit. Kalau kasusnya seperti ini, apakah saya yang terlalu rajin dan polos atau terjadi indicipliner dalam sebuah team agreement. Tidak apa-apa, semoga ke depannya, baik saya maupun semuanya akan lebih disiplin dan berkomitmen dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Alhamdulillah, Allah memberi saya hati yang tenang untuk menunggu saat itu.
Akhirnya, kami bersepuluh (Pak supir tidak dihitung) berangkat dan siap untuk melakukan perjalanan yang insyaAllah mengesankan. Siapa saja sepuluh orang itu? Mereka adalah Ustadz Amin (Kepala TPQ Hidayatullah), Ustadz Alwi (Divisi Kesantrian & Wali Kelas Ummi 5), Ustadzah Fika (Bendahara TPQ Hidayatullah & Wali Kelas Ummi Al-Qur’an Persiapan), Ustadzah Meme (Wakil Kepala TPQ Hidayatullah & Koordinator Divisi Kurikulum), Ustadzah Fatma (Wali Kelas Ummi 2), Ustadzah Ani (Wali kelas Ummi Al-Qur’an Pasca), Ustadzah Azizah (Wali Kelas Ummi Al-Qur’an Dasar), Ustadzah Ila (Wali Kelas Ummi Pra Tk B), Ustadzah Ica (Wali Kelas Ummi 1), dan saya sendiri (Wali Kelas Ummi Pra Tk C). Harusnya kami berjumlah 15 orang. Tetapi 3 orang (Ustadzah Nurul, Ustadzah Nia, dan Ustadzah Roudhoh) memilih stand by menunggu kami di rumahnya langsung, dan 2 orang yaitu Ustadz Yaul (Wali Kelas Ummi Malam) dan Ustadz Umam (Wali Kelas Ummi 6) tidak bisa ikut karena ada acara lain.
Agenda perjalanan kami selama dua hari ini memiliki 6 destinasi untuk kami kunjungi. Jika ditanya dalam rangka apa perjalanan ini, jawabannya adalah silaturahmi, ziaroh, rapat kerja, dan berwisata bersama. Mengapa harus ada silaturahmi? Karena silaturahmi itu melebihi sebuah perasaan yang harus kita jaga. Hubungan baik itu harus diikat dengan sebuah tali. Nah, talinya adalah silaturahmi. Mengapa harus ada ziaroh juga? Tentu hal ini sangat penting dengan motivasi untuk tabarruk atau ngalap barokah dari Waliyullah. Rapat kerja adalah tujuan utama kami untuk membahas tata kelola dan pengembangan TPQ Hidayatullah kedepannya. Baru setelah itu ada bonus di akhir untuk have fun together di tempat wisata. Ya, inilah quality time kami kali ini.
Hari Pertama
(06 Jili 2019)
Ada 5 destinasi yang akan kami kunjungi, yaitu kediaman Ustadzah Nurul, Ustadzah Nia, Ustadzah Ica, dan Ustazah Roudhoh. Serta ke Sunan Giri. Banyak sekali cerita lucu, mengesankan, dan menarik selama perjalan kami.
(06 Jili 2019)
Ada 5 destinasi yang akan kami kunjungi, yaitu kediaman Ustadzah Nurul, Ustadzah Nia, Ustadzah Ica, dan Ustazah Roudhoh. Serta ke Sunan Giri. Banyak sekali cerita lucu, mengesankan, dan menarik selama perjalan kami.
Destinasi Pertama
(Kediman Ustadzah Nurul di Lamongan Kota)
Pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.00, sebelum kami berangkat, Ustadzah Nurul berpesan kepada kami semua untuk tidak sarapan pagi terlebih dahulu. Mungkin Ustadz-Ustadzah yang lain tidak menyempatkan untuk makan sebagaimana permintaan Ustadzah Nurul, tetapi saya tidak. Saya tetap menyempatkan makan walaupun sedikit sebelum bepergian. Disamping saya memang sebelumnya tiak tahu bahwa Ustadzah Nurul berpesan seperti itu, saya juga meminimalisir praduga yang masih belum pasti bahwa nanti akan dijamu dengan hidangan masakan. Tiba di rumah Ustadzah Nurul, ternyata beliau sudah menantikan kedatangan kami bersama suami dan keluarga beliau. Batin saya, Alhamdulillah saya diberi kesempatan oleh Allah untuk silaturahmi ke sini. Oh iya, Ustadzah Nurul ini adalah guru di TPQ Hidayatullah yang aktif mengajar hingga sekarang. Beliau adalah Wali kelas Ummi 4. Dan beliau sekarang lagi hamil sudah 9 bulan, sebentar lagi akan melahirkan.
(Kediman Ustadzah Nurul di Lamongan Kota)
Pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.00, sebelum kami berangkat, Ustadzah Nurul berpesan kepada kami semua untuk tidak sarapan pagi terlebih dahulu. Mungkin Ustadz-Ustadzah yang lain tidak menyempatkan untuk makan sebagaimana permintaan Ustadzah Nurul, tetapi saya tidak. Saya tetap menyempatkan makan walaupun sedikit sebelum bepergian. Disamping saya memang sebelumnya tiak tahu bahwa Ustadzah Nurul berpesan seperti itu, saya juga meminimalisir praduga yang masih belum pasti bahwa nanti akan dijamu dengan hidangan masakan. Tiba di rumah Ustadzah Nurul, ternyata beliau sudah menantikan kedatangan kami bersama suami dan keluarga beliau. Batin saya, Alhamdulillah saya diberi kesempatan oleh Allah untuk silaturahmi ke sini. Oh iya, Ustadzah Nurul ini adalah guru di TPQ Hidayatullah yang aktif mengajar hingga sekarang. Beliau adalah Wali kelas Ummi 4. Dan beliau sekarang lagi hamil sudah 9 bulan, sebentar lagi akan melahirkan.
Saat kami dipersilahkan memasuki rumah Ustadzah Nurul, di ruang tamu nampak telah tersedia berbagai jajanan. Beberapa saat setelah kami duduk, tiba-tiba ada suara “ehem” dari Ustadz Amin. Lebih dari satu kali terdengar suara “ehem” dari beliau. Saya tidak paham dan saya kira juga tidak ada apa-apa. Barulah saat Ustadz Amin mengulang bersuara “ehem” ditambah menyebut nama saya “Mbak Ramlah”, saya menoleh pada beliau. Beliau memberikan kode melalui mimik wajah beliau agar saya menuangkan teh ke gelas yang kebetulan memang pada saat itu letak tehnya berdekatan dengan saya. Tanpa berpikir panjang lagi, saya langsung menuangkan teh ke gelas dan memberikannya kepada para Ustadz-Ustadzah. Kata Ustadzah Azizah, mulai detik itu saya harus belajar untuk peka dan paham apa arti kode “ehem” Ustadz Amin. Sungguh ini adalah hal yang lucu dan mengesankan yang pernah saya alami. Sebenarnya kode “ehem” sudah terjadi sejak ada di dalam Elf, yaitu ketika Ustadzah Fika membagi-bagikan permen dan snack.
Alhamdulillah, di rumah Ustadzah Nurul kami diajak sarapan pecel dengan lauk yang bermacam-macam. Entah kenapa, saya ternyata kebanyakan mengambil nasi. Mau tidak mau harus dihabiskan, karena siapa juga nanti yang akan makan sisa saya, dan menyisakan makanan di piring juga mubadzir. Meski badan saya kurus, kalau sama makanan jangan ditanya. Perut saya suka laper. Tapi tetap saja, belum gemuk. Hidangan Ustadzah Nurul benar-benar membuat perut saya menjadi kenyang. Sepertinya nanti akan tidur pulas di dalam Elf, kata saya dalam hati.
Banyak sekali hal yang menjadi topik cerita selama disini. Membuat kami tersenyum hingga tertawa bersama. Dari hati saya, terima kasih banyak atas sambutan baik dan jamuannya. Semoga di waktu dan kesempatan yang lain bisa silaturahmi lagi ke sini.
Destinasi Kedua
(Sunan Giri Gresik)
Ini adalah ke empat kalinya saya diberi kesempatan berziaroh ke sini oleh Allah. Pertama kali, waktu saya masih kecil, saat kelas 6 MI bersama teman-teman dan para guru Madrasah Al-Huda. Kedua, saat semester 1 dulu bersama Yaniar, teman saya di Sastra Inggris, saya silaturahmi ke rumahnya dan rumah dia dekat dengan Sunan Giri. Ketiga, bersama para Musyrif-Musyrifah dan seluruh teman-teman Dewan Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA, di masa liburan semester 5 saya kemarin.
(Sunan Giri Gresik)
Ini adalah ke empat kalinya saya diberi kesempatan berziaroh ke sini oleh Allah. Pertama kali, waktu saya masih kecil, saat kelas 6 MI bersama teman-teman dan para guru Madrasah Al-Huda. Kedua, saat semester 1 dulu bersama Yaniar, teman saya di Sastra Inggris, saya silaturahmi ke rumahnya dan rumah dia dekat dengan Sunan Giri. Ketiga, bersama para Musyrif-Musyrifah dan seluruh teman-teman Dewan Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA, di masa liburan semester 5 saya kemarin.
Pada kesempatan ziaroh kali ini, saya baru tahu bahwa ada Sunan Prapen yang berlokasi di sebelah baratnya Sunan Giri. Alhamdulillah ya Allah, saya hanya bisa banyak bersyukur dan berterima kasih yang tak pernah cukup dalam bentuk kata-kata kepada Allah atas kesempatan baik untuk menyambung hati dan ngalap barokah di bumi para walinya Allah.
Destinasi Ketiga
(Kediaman Ustadzah Nia di Manyar Gresik)
Ustadzah Nia (Wali Kelas Ummi Pra TK A) juga sudah sangat menantikan kedatangan kami, saat kami turun dari Elf, beliau ternyata sudah menunggu untuk menyambut kami. Begitu kami memasuki rumah beliau, MasyaAllah sudah tersedia bermacam-macam jenis jajanan dan kue yang tertata sangat rapi di atas hamparan karpet permadani. Sudah layaknya acara pertunangan gitu.
(Kediaman Ustadzah Nia di Manyar Gresik)
Ustadzah Nia (Wali Kelas Ummi Pra TK A) juga sudah sangat menantikan kedatangan kami, saat kami turun dari Elf, beliau ternyata sudah menunggu untuk menyambut kami. Begitu kami memasuki rumah beliau, MasyaAllah sudah tersedia bermacam-macam jenis jajanan dan kue yang tertata sangat rapi di atas hamparan karpet permadani. Sudah layaknya acara pertunangan gitu.
Cukup lama kami berada di rumah Ustadzah Nia, karena kami semua shalat dzuhur di sini. Tentu kami harus antri dan bergantian untuk ke kamar mandi. Baik untuk berwudhu, pipis, dan hajat yang lainnya.
Saat kami mengantri untuk ke kamar mandi yang ada di ruang belakang, kami pun baru tahu bahwa di belakang rumah Ustadzah Nia terdapat lahan tambak yang sangat luas. Saya suka melihatnya. Pemandangan yang cukup indah dan berbeda dari desa saya. Ternyata mata pencaharian di lingkungan Ustadzah Nia rata-rata adalah budidaya tambak. Kalau di desa saya bukan tambak, tapi lahan persawahan yang ditanami padi atau kebun kelapa dan tegalan.
Seusai kami shalat, di ruang tamu telah tersedia hidangan masakan yang kelihatannya enak sekali. Dan benar, saat kami menikmati hidangan tersebut, masakannya benar-benar delicious and yummy. Tapi saya tidak makan banyak-banyak, karena kasihan perut saya yang sebenarnya masih merasa kenyang. Untuk menghargai jamuan beliau, tentu haruslah tetap makan walau sedikit.
Ustadzah Ani dan Ustadz Alwi sangat menikmati masakan kepiting yang tersedia. Lucu sekali saya melihatnya. Apalagi saat Ustadz Alwi mengatakan bahwa beliau sudah sangat lama tidak makan masakan kepiting. Hanya dulu waktu masa kecilnya pernah sekali. Dan baru kali ini Alhamdulillah bisa makan masakan kepiting yang enak sekali.
Tidak di dalam Elf, di rumah Ustadzah Nurul, drama kode “ehem” masih terus berlanjut hingga berada di sini. Saya pun langsung reflek memperhatikan dan menebak apa kira-kira maksud “ehem” Ustadz Amin. Tidak hanya Ustadz Amin yang menggunakan kode “ehem”, Ustadz-Ustadzah yang lain pun juga mengikutinya, begitu pula saya. Baik itu menginginkan makanan tertentu atau menuangkan es melon dan yang lainnya.
Destinasi Keempat
(Kediaman Ustadzah Ica di Panceng Gresik)
Sampai di rumah Ustadzah Ica, kami semua sudah merasa capek dan lelah. Kami sampai di rumah beliau sekitar jam 4 sore. Ustadzah Ica mempersilahkan kami untuk duduk di ruang tamu dan beliau mengambil jajanan, buah, dan kue untuk kami. Kemudian terjadilah drama kode “ehem” dari Ustadz Amin yang bermaksud menginginkan bantal untuk rehat. Untunglah Ustadzah Ica langsung bisa menangkap artinya.
(Kediaman Ustadzah Ica di Panceng Gresik)
Sampai di rumah Ustadzah Ica, kami semua sudah merasa capek dan lelah. Kami sampai di rumah beliau sekitar jam 4 sore. Ustadzah Ica mempersilahkan kami untuk duduk di ruang tamu dan beliau mengambil jajanan, buah, dan kue untuk kami. Kemudian terjadilah drama kode “ehem” dari Ustadz Amin yang bermaksud menginginkan bantal untuk rehat. Untunglah Ustadzah Ica langsung bisa menangkap artinya.
Diantara jenis buah-buahan yang Ustadzah Ica hidangkan untuk kami seperti semangka, jeruk, dan mangga, hanya satu yang saya tidak ketahui itu jenis buah apa. Ustadzah Fika memberi tahu saya bahwa ternyata buah itu adalah kentang. Tapi bagi saya aneh, bentuknya kecil-kecil dan kulitnya berwarna hitam. Semacam ubi jalar sepertinya, bentuknya mungil, aneh, tapi nampak lucu. Saya pun mencoba memakannya. Saya kira rasanya manis, ternyata tidak. Biasa saja, tapi enak untuk dijadikan cemilan.
Disini beberapa Ustadzah memilih untuk mandi dan shalat ashar. Lalu shalat maghrib saat adzan telah berkumandang. Seusai shalat, Masya Allah diajak untuk makan malam terlebih dahulu di sini sebelum berangkat ke rumah Ustadzah Roudhoh. Hidangannya nampak sangat lezat, ada udang, gurame, apa lagi ya saya lupa. Jujur, diantara semua lauk yang dihidangkan, saya hanya memilih menikmati nasi dan lauk udang saja. Sumpah masakan udangnya sangat enak sekali. Masya Allah, sudah ke empat kalinya saya makan dalam sehari. Bukan hanya saya yang suka dengan masakan udangnya, Ustadz-Ustadzah yang lain juga. Memang benar dan sangat Alhamdulillah bahwa silaturahmi itu mendatangkan rezeki yang tanpa disangka-sangka dan tanpa diminta-minta.
Destinasi Kelima
(Kediaman Ustadzah Roudhoh di Paciran Lamongan)
Sekitar jam 7 malam lebih kami sampai di rumah Ustadzah Roudhoh (Wali Kelas Ummi 3). Mungkin tidak usah saya ceritakan lagi karena sama seperti sebelum-sebelumnya, selalu saja ada hidangan kue dan buah untuk kami di ruang tamu. Bahkan, saat kami baru saja sampai, langsung Ustadzah Roudhoh dan keluarganya mengeluarkan hidangan masakan agar kami makan malam. Untuk kali ini, kami benar-benar sangat merasa kenyang. Jadi kami meminta pada Ustadzah Roudhoh bahwa kami memilih untuk makan setelah selesai Rapat Kerja saja. Entah itu jam 9/10 malam nanti.
(Kediaman Ustadzah Roudhoh di Paciran Lamongan)
Sekitar jam 7 malam lebih kami sampai di rumah Ustadzah Roudhoh (Wali Kelas Ummi 3). Mungkin tidak usah saya ceritakan lagi karena sama seperti sebelum-sebelumnya, selalu saja ada hidangan kue dan buah untuk kami di ruang tamu. Bahkan, saat kami baru saja sampai, langsung Ustadzah Roudhoh dan keluarganya mengeluarkan hidangan masakan agar kami makan malam. Untuk kali ini, kami benar-benar sangat merasa kenyang. Jadi kami meminta pada Ustadzah Roudhoh bahwa kami memilih untuk makan setelah selesai Rapat Kerja saja. Entah itu jam 9/10 malam nanti.
Sekitar jam 8 malam, kami start untuk Raker bersama. Banyak sekali hal yang di bahas. Mulai dari laporan pertanggungjawaban, evaluasi tahun ajaran sebelumnya, dan tata kelola TPQ untuk ke depannya berdasarkan kepengurusan yang baru. Sampai saya ngantuk-ngantuk dan Ustadz alwi juga kasihan bolak-bolik ke Kamar Mandi karena sakit perut.
Saya lupa jam berapa Raker ini selesai, pokoknya sudah sangat malam. Seusai Raker, barulah kami menikmati hidangan masakan Ustadzah Roudhoh. Alhamdulillah, sangat disyukuri, sudah kelima kalinya saya makan seharian. Bagi saya, ini adalah makan malam versi pengantar tidur nyenyak.
Hari Kedua
(07 Juli 2019)
Entah merajut mimpi apa saya semalam, sehingga membuat saya bangun lebih awal. Jam 4 pagi saya sudah bangun dan langsung mandi. Mendahului Ustadz-Ustadzah yang lain. Saya juga paling awal sudah ganti baju dan siap untuk agenda selanjutnya.
(07 Juli 2019)
Entah merajut mimpi apa saya semalam, sehingga membuat saya bangun lebih awal. Jam 4 pagi saya sudah bangun dan langsung mandi. Mendahului Ustadz-Ustadzah yang lain. Saya juga paling awal sudah ganti baju dan siap untuk agenda selanjutnya.
Pagi-pagi sekitar jam 6 pagi, saya, Ustadzah Nia, Ustadzah Ila, dan Ustadzah Meme keliling kampung untuk mencari obat entrostop untuk Ustadz Alwi sekalian jalan-jalan menghirup udara pagi di Paciran.
Kasihan sekali Ustadz Alwi itu, bukan hanya bolak-balik ke Kamar Mandi tapi kata beliau juga muntah-muntah sejak semalam. Tapi setelah minum entrostop, Alhamdulilah cukup membantu.
Sebelum kelanjutan Rapat Kerja (yang semalam belum selesai) di mulai, saya bersama Mbak Roudhoh dan ustadzah Ica menyempatkan untuk jalan-jalan sebentar ke arah selatan rumah Ustadzah Roudhoh dan ke pasar. Dekat sekali pasarnya dari rumah beliau. Tidak capek ditempuh dengan jalan kaki. Unik sekali pasarnya, bersebelahan dengan danau dan tambak.
Sekitar jam setengah sembilan, kami baru memulai Raker lagi. Mengefikskan hal-hal yang masih belum fiks semalam. Masukan, saran, komentar, dan segala macam untuk kebaikan TPQ Hidayatullah ke depannya.
Selesai Raker, kami pun semua bersiap-siap untuk menuju destinasi terakhir. Apakah itu? Wisata Bahari Lamongan. Lokasinya tidak jauh dari rumah Ustadzah Roudhoh, paling sekitar sepuluh menitan kalau saya tidak salah memprediksi.
Jujur dan sangat jujur sejujur jujurnya, ini adalah pertama kali saya berlibur atau berwisata ke sebuah tempat sejenis Wisata Bahari lamongan. Sebelumnya tidak pernah sama sekali. Hanya pernah mendengar saja, bahwa di Lamongan ada WBL, di Malang ada Jatim Park, di Sumenep ada WPS. Baru di kesempatan kali ini saya mendapatkan kesempatan quality time seperti ini. Saya berdoa, semoga keluarga TPQ Hidayatullah semakin solid seterusnya. Alhamdulillah sekali, untuk masuk ke WBL ini, saya tidak membayar sendiri tiket masuknya, tetapi baik saya dan semuanya ditanggung oleh lembaga TPQ.
Kami pun memasuki Gate dan siap untuk berjelajah bersama-sama. Ada 48 macam wahana/fasilitas yang tersedia. Namun tidaklah semua wahana kami datangi. Hanya beberapa saja yang sesuai dengan keinginan kami.
Pertama, kami memasuki Rumah Kucing. Di dalamnya terdapat banyak sekali jenis kucing. Bulunya bermacam-macam. Ada juga yang tidak berbulu sampai saya geli melihatnya. Kedua, ke Bioskop 3D. Di sini kami harus mengantri 2 kloter, barulah kami mendapatkan kesemptan masuk. Saya kira di sini akan melihat film hantu. Ternyata tidak, film animasi hantu lah yang ditayangkan. Jadi, saya sama sekali tidak merasa takut. Barulah di wahana yang ketiga saya sangat merasa takut, yaitu di Rumah Sakit Hantu. Awalnya kami harus mengantri cukup lama. Tiba giliran masuk, harus berenam dalam satu tim, tidak boleh lebih. Bayangkan, betapa takutnya diri saya, karena saya berada di barisan paling belakang di tim saya. Tim saya jika diurut dari paling depan adalah Ustadz Alwi, Ustadzah Nia, Ustadzah Meme, Ustadzah Fika, Ustadzah Ani, dan paling belakang adalah saya. Gila, mulai dari pertama kali masuk, saya langsung berteriak sekencang-kencangnya sampai menemukan pintu keluar. Entah keberanian apa yang membuat diri saya nekat untuk ikut masuk ke dalam menguji nyali. Padahal dulu saya pernah diajak oleh sahabat-sahabat saya untuk masuk ke rumah hantu di Royal Plaza, saya memilih untuk menolaknya dan tidak ikut masuk. Mungkin saya berani masuk ke Rumah Sakit Hantu WBL ini karena sebelumnya saya dapat bocoran bahwa hantunya itu semua hanya boneka buatan saja. Kalau seandainya hantunya adalah manusia yang berpenampilan menjadi hantu seperti di Royal Plaza, mungkin saya juga mengundurkan diri untuk ikut masuk. Sumpah, dari lightingnya, settingnya, musiknya, dan semuanya bernuansa horor sehoror-horornya.
Setelah keluar dari rumah hantu tersebut, Ustadz Alwi langsung mengatakan, rasanya di dalam tadi beliau merasa seperti tidak punya telinga karena saya berteriak terus tanpa diam. Sebenarnya saya deg-degan parah tapi diberanikan saja. Sampai di luar langsung saya minum air.
Selanjutnya yang keempat, kami menaiki wahana Swinger. Semacam kursi ayunan yang terus terbang memutar ke atas. Rasa takut jatuh pasti ada. Karena semakin ke atas semakin tinggi. Bagaimana kalau rantainya lepas. Tapi saya buang hal negative thingking dalam diri saya. Jadi, menurut saya ada hikmahnya juga dari wahana-wahana yang menakutkan. Ketika diri kita merasa takut, siapa lagi yang bisa menolong kita dan menjadi penyelamat utama, tiada lain adalah Allah. Kelima, kami pergi ke Istana Boneka. Sumpah disini kami mengantri sangat lama dan panjang sekali. Tetapi karena kami penasaran dengan cerita dunia Ali Baba, kami bersabar sampai tiba giliran untuk kami. Di wahana ini kami menaiki kereta berbentuk unta yang membawa kami masuk ke dalam sambil mendengarkan cerita Ali Baba. Kemudian wahana yang keenam adalah 3D Art Trick. Jadi di dalam kami berfoto di beberapa lukisan-lukisan yang hampir persis seperti aslinya. Di wahana yang ke tujuh, kami memasuki Sarang Bajak Laut. Saya kira ini wahana yang di dalamnya ada airnya. Ternyata bernuansa horor. Sama sekali saya tidak merasa takut mulai dari awal masuk. Walaupun agak dredeg juga sedikit. Entah apa karena yang memimpin Tim saya adalah Ustadz Amin yang berjalan dengan begitu santainya. Berbeda saat memasuki Rumh Sakit Hantu tadi, Ustadz Alwi di depan malah menakut-nakuti. Kan saya jadi takut juga.
Oke, lanjut di wahana yang kedelapan adalah Drop Zone. Saya bersama Ustadz Amin, ustadz Alwi, Ustadzah Nia, Ustadzah Azizah, dan Ustadzah Ila mencoba untuk naik wahana ini. Tidak terlalu berbahaya. Tapi cukup membuat saya tegang dan berteriak. Soalnya kalau tidak berteriak kurang seru. Bercanda. Pindah ke wahana berikutnya yang kesembilan adalah Taman Berburu. Di sini kami naik semacam mobil-mobilan di atas rel dan dibawa ke sebuah tempat yang di dalamnya terdapat hewannya. Hewannya tidak buas, yaitu hewan kecil semacam sapi yang ada di dalam kandang. Kalau tidak salah itu Rusa. Hewan yang buas hanya berupa boneka saja, bukan aslinya.
Masih terus melakukan penjelajahan, kami pun mencoba menaiki wahana yang kesepuluh yaitu Crazy Car Coaster. Satu mobil ternyata untuk berdua. Jadi saya menaikinya bersama Ustadzah Azizah. Gila, wahana ini benar-benar membuat saya takut jatuh di atas ketinggian dengan kecepatan yang dahsyat. Untung saya berpegangan erat. Setelah itu di wahana kesebelas yang kami datangi adalah Space Shuttle. Wahana ini semacam perahu yang diayun-ayunkan ke atas ke bawah. Tidak begitu berbahaya tetapi membuat saya berteriak. Wahana yang kedua belas adalah Jet Coaster. Nah, ini juga semacam kereta api. Yang bergerak mutar-mutar sangat cepat. Saya sebenarnya takut naik ini karena tempatnya sangat berdekatan sekali dengan laut yaitu dipinggirnya. Aduh, bagaimana kalau jatuh ke laut, batin saya. Tentu saya berpegangan seerat mungkin. Lanjut ke wahan yang ke tiga belas, yaitu Paus Dangdut. Tempat duduk yang berbentuk Paus diputer-puterin di atas. Ya, seperti itu. Alhamdulillah juga tidak berbahaya. Di atas saya sama para Ustadzah masih sempat untuk foto bersama.
Terakhir, wahana ke empat belas yang kami kunjungi adalah Perahu Tradisional. Untuk menaiki perahu ini, kami harus membayar terlebih dahulu Rp. 20.000 per orang. Untungnya juga ditanggung oleh lembaga TPQ. Kami pun melaut bersama. Baru kali ini saya melaut dengan memakai jacket pelampung. Ombak lautnya sangat aduhai, takut tenggelam sebenarnya, tetapi dalam hati saya baca-baca kalimatullah agar diberi keselamatan.
Tak terasa, kebersamaan kami mulai dari tadi pagi, setelah turun dari perahu sudah jam setengah empat sore. Alhamdulillah, semoga kebersamaan ini, akan membuat kami semakin solid dan lebih semangat untuk membawa masa depan TPQ Hidayatullah semakin baik. Jujur, mulai dari awal saya masuk ke TPQ, saya tidak kenal siapa-siapa. Namun, kebersamaan seperti inilah yang membuat saya bersama Ustadz-Ustadzah yang lain semakin akrab dan semakin berkeluarga. Awalnya saya sempat berpikir ingin tidak ikut, tetapi kata Ustadzah Hamilah (Musyrifah di kamar saya) bahwa solidaritas itu sangat penting dalam sebuah lembaga. Salah satunya bisa tercipta dengan kebersamaan seperti ini. Yang biasanya setiap hari rapat, tegang, mengurus banyak hal, dan berbeda pendapat. Kebersamaan seperti ini, bisa menjadi salah satu pelebur dari semua rasa jenuh, kesal, dan bosan.
Alhamdulillah, saya bisa kerasan di TPQ Hidayatullah hingga sekarang. Karena ada salah satu guru yang masuknya bersamaan juga dengan saya namun beliau tidak kerasan. Karena untuk bertahan itu memang butuh proses. Butuh adaptasi dan kesabaran untuk menyesuaikan dengan orang-orang baru dengan karakter yang berbeda-beda.
Bismillah, semoga saya di TPQ Hidayatullah, bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi untuk anak-anak didik saya. Lebih disiplin, lebih aktif, lebih bisa bekerja sama dalam Tim, dan lebih baik dalam segala hal. Amiin ya Allah.
Hikmah dari wahana yang kami kunjungi atau kami naiki dari awal sebenarnya memiliki arti dari sisi yang mungkin tidak banyak dilihat orang. Contah saja, saat memasuki Rumah Sakit Hantu, hal ini memberikan pelajaran bahwa dalam sebuah Tim harus saling melindungi. Jangan sampai ditinggal atau malah berpisah. Begitu juga dalam mengelola sebuah lembaga, untuk membuat lembaga semakin lebih baik, maka harus ada kerja sama yang erat.
Inilah catatan Titi. Semoga Titi akan selalu bisa mengambil hikmah baik dari setiap catatan perjalanan Titi.
Surabaya, 13-14 Juli 2019
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!