ANTOLOGI PUISI DARI DEK YUYUD
Antologi Puisi dari Dek Yuyud
Kalau tidak salah ingat, bulan Mei (2020) yang lalu, Dek Yuyud datang ke rumah mengantarkan buku Antologi Puisi tunggalnya untuk saya, yang berjudul Menjalari Tubuhmu di Pundak Waktu. Begitu pula, saya pun ngasih buku Antologi Puisi tunggal saya (Warna-Warna Langit) untuknya. Sebenarnya sudah lama janjiannya, pas di awal-awal kami merilis buku antologi kami masing-masing. Namun, menunggu saya pulang dulu ke Madura untuk saling ngasih buku. Kebetulan waktu itu rilis buku saya dan Dek Yuyud sama-sama di bulan Desember 2019. Saya di awal Desember, kalau tidak salah satu atau dua minggu kemudian buku Dek Yuyud pun terbit.
Siapa sih Dek Yuyud itu? Dek Yuyud itu nama lengkapnya Ruhan Wahyudi. Salah satu pemenang HPI 2019. Luar biasa, karyanya sudah sejajar dengan para penyair senior seperti Adri Darmadji Woko, A’yat Khalili, dll. Dia juga adik kelas saya waktu sekolah di Al-Huda dan Nasy’atul Muta’allimin. Orang Sumenep juga seperti saya, satu kecamatan beda desa.
Awal dia
menghubungi saya di Instagram, saya tidak langsung tahu kalau dia itu Dek
Yuyud. Soalnya dia langsung menyapa saya dengan sebutan senior lah, penyair
lah. Beh, ini siapa. Saya bingung lah saat itu, kok tiba-tiba DM seperti ini. Lalu
dia bilang kalau dia adik kelas saya di Nasy’atul Muta’allimin dan di Al-Huda. Pikir
saya, adik kelas saya kan banyak. Saya lihat postingan fotonya di instagram,
tetap saja masih belum membuat saya merasa mengenalnya. Baru pada saat dia bilang
kalau dia adalah keponakan Jamila (teman kelas saya waktu sekolah di Al-Huda
dulu), barulah saya ingat sama dia.
Ya ampun, mungkin ini karena faktor saya sudah lama tidak melihat dia, dan dia anaknya juga sudah tambah gede. Astaga, ternyata dia Dek Yuyud, anak yang dulu masih kecil itu ternyata sekarang sudah besar. Hebatnya lagi, setelah MA-nya pindah ke Nasy’atul Muta’allimin, dia menjadi salah satu juara lomba cipta puisi pada peringatan HPI 2019 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Sebelumnya, saya tahu berita ini di postingan sekolah, hanya saja saya tidak tahu kalau itu Dek Yuyud yang menang lomba. Dulu saat sekolah di Al-Huda, saya tahunya nama dia adalah Yuyud. Nggak tahu kalau nama lengkapnya Ruhan Wahyudi. Makanya, saat Dek Yuyud pertama kali menghubungi, saya merasa tak mengenalnya ditambah lagi perubahan wajah dan fisiknya yang sudah gede.
Dari saya pribadi, terima kasih sudah dikasih buku antologi puisi tunggalnya yang pertama, sehingga saya mendapat tambahan referensi, tambahan asupan puisi, dan tambahan bacaan untuk terus berkarya. Jadi, saya bisa belajar banyak dari buku itu. Karyanya penyair muda berdarah Madura, yang usianya masih belasan tahun, tapi prestasinya sudah sejajar dengan para penyair senior. Wah, sangat menginspirasi. Dan ditunggu karya-karya berikutnya. Salam sastra dan budaya.
Sumenep, 06 Oktober 2020
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!