MENCINTAI SEJUTA PELANGI DARI SABANG SAMPAI MERAUKE

 

MENCINTAI SEJUTA PELANGI DARI SABANG SAMPAI MERAUKE
     
Sebagai anak rantau dari sebuah desa terpencil di Sumenep yang kuliah ke kota di Universitas Islam Negeri di Surabaya, saya merasakan banyak perbedaan dari apa yang saya lihat dan bagaimana saya harus bersikap di lingkungan baru saya. Dulu, di desa saya seperti menemukan dua warna, yaitu hitam dan putih. Tetapi, setelah belajar di kota, saya seolah berjumpa dengan warna pelangi. Berbeda-beda, tapi Indah dalam satu naungan bangsa Indonesia.
     
Jujur, dulu saya di desa hanya bersinggungan dengan orang-orang yang memiliki budaya dan adat-istiadat yang sama. Tapi di kampus, saya berjumpa dengan orang-orang dari berbagai belahan daerah yang ada di Indonesia. Ada yang dari Medan, Sulawesi, Kalimantan, Bengkulu, Jombang, Gresik, Bojonegoro, Sidoarjo, Lamongan, Jambi, Bandung, Bali, Banyuwangi, Tuban, Surabaya, dan masih banyak lagi. Semuanya memiliki budaya dan adat-istiadat yang berbeda-beda. Ya, masyarakat Indonesia di lihat dari sudut kebudayaannya adalah plural (jamak) dan sekaligus heterogen (beraneka ragam).
     
Saya menjadi semakin kagum dan bahagia hidup di negeri ini. Karena Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman budayanya dibandingkan negara-negara lain. Negara kepulauan yang terdiri dari 35 provinsi ini, memiliki beraneka ragam budaya yang berbeda di setiap daerah. Seperti yang kita tahu, bahwa Indonesia memiliki beragam suku. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku memiliki budaya yang berbeda-beda dan ciri khas.
     
Disinilah, saya harus bisa belajar bagaimana bersikap dan menghargai setiap orang yang memiliki nilai-nilai berbeda dari diri saya agar tidak terjadi konflik. Benar, perbedaan tidak boleh dijadikan hambatan dalam berinteraksi antarsesama manusia. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, harusnya memang saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lainnya, antara satu suku dengan suku lainnya, antara nilai-nilai agama satu dan nilai-nilai lainnya, tanpa sedikitpun merendahkan suku, budaya, adat dan juga nilai-nilai yang dimiliki orang lain.
     
Setelah berinteraksi dengan teman dari daerah yang berbeda-beda, saya merasakan bahwa ternyata perbedaan itu Indah. Hingga keberagaman yang saya lihat layaknya sejuta pelangi. Yang mana pelangi terdiri dari banyak warna, ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Karena beraneka ragam seperti inilah pelangi terlihat begitu Indah.
      
Apalagi saat saya melihat keberagaman di Event Budaya Bulan Oktober 2016 yang lalu di kampus, begitu banyak informasi yang saya dapatkan disini. Mulai dari pertunjukan tari dan musik daerah, sampai pada pakaian adat. Dan saya juga menghampiri deretan stand budaya dari berbagai daerah. Setiap stand menyajikan makanan khas dan menampilkan kekayaan budayanya, seperti gambar-gambar wisata alam dan sejarah, serta adat-istiadatnya.
     
Di stand Surabaya, saya melihat bermacam makanan khas, seperti nasi goreng jancuk, semanggi suroboyo, rujak cingur, dan sate kelopo ondomohen. Pindah ke stand Jombang, di situ saya mencicipi aneka jajanan khas jombang beserta makanan khasnya seperti kikil khas jombang, es degan, pecel rengkek, dan sego sadukan. Tak kalah beragam, makanan khas Gresik juga memikat saya, seperti nasi krawu, pudak, sego rumo, otak-otak bandeng, bonggolan, jubung, ayas, ubus, gajih pinggir, dan bontosan giri. Minuman khasnya juga beragam, seperti es siwalan, legen panceng, wedang pokak, dan temu lawak. Wisata alam dan wisata sejarahnya juga sangat menawan, pulau bawean, pantai dalegan, makan sunan maulana malik ibrahim, makam sunan giri, dan masih banyak lagi. Lalu, beralih ke stand Bojonegoro, saya begitu terpukau dengan makanan khas yang bernama ledre dan Salak wedi.
     
Menghampiri empat stand, bagi saya belum cukup menampung informasi keanekaragaman budaya Indonesia. Hingga saya mampir ke stand Lamongan. Sajian makanan khasnya yang sangat terkenal seperti Soto Lamongan, nasi boranan, tahu campur, dan wingko babat benar-benar mengundang selera makan. Disinilah, saya mengetahui bahwa ternyata Lamongan memiliki banyak wisata alam, sejarah, dan religi, seperti waduk gondang, gua maharani zoo, monumen van der wijck, dan makam Dewi Sekardadu. Pindah ke stand Kota Udang Sidoarjo, ada Kupang lontong dan bandeng presto. Nah, di Stand Kota asal saya sendiri, yaitu Sumenep, diantara makanan ciri khasnya adalah rujak cingur ala Sumenep, kaldu kokot, kaldu soto (kalsot), lontong campor, apen Parsanga, man reman, macho, patthola, mento, nasi jagung kuah maronggi, jubada, rengginang lorjuk, dan pokak saripah. Musik adat yang paling terkenal adalah saronen. Dan wisata alammya yang banyak didatangi para wisatawan diantaranya adalah pulau Gililabak, pantai lombang, pantai salopeng, Asta Tinggi, dan masih banyak lagi. Belum lagi stand Sulawesi, Medan, Bengkulu, dan yang lainnya.
     
Itulah yang seharusnya membuat saya dan kita semua bangga atas keanekaragaman yang dimiliki oleh Indonesia. Mulai dari seni tari, seni musik, baju adat, makanan khas daerah, hingga upacara adatnya. Itu semua merupakan wujud bahwa keanekaragaman budaya di Indonesia masih kental. Budaya merupakan peninggalan yang diwariskan dari nenek moyang yang harus kita jaga dan dilestarikan. Sehingga budaya tersebut tidak akan pernah luntur ataupun hilang dari kehidupan kita. Walaupun budaya-budaya asing mudah masuk ke Indonesia melalui era globalisasi, tetapi kekentalan dan keaslian budaya harus harus dijaga turun-temurun. Ada beberapa budaya Indonesia yang sudah terkenal di dunia Internasional seperti tari saman, tari piring, tari kecak, dan masih banyak lagi.
     
Saya rasa, event-event budaya memang harus ditampilakan, agar generasi muda Indonesia mengetahui budaya yang dimiliki. Tidak hanya mengetahui, tetapi mengenal lebih dekat semua budaya yang ada di Indonesia. Jika kita mengenal dan mengetahui budaya kita sendiri berarti kita sudah bisa di cap sebagai orang yang cinta budaya. Kecintaan terhadap budaya itu sangat penting. Karena hal itu merupakan wujud kepedulian dan pengakuan kita terhadap budaya itu sendiri. Ada seseorang mengatakan "Saya adalah orang yang cinta budaya", kata Cinta pada kutipan tersebut seharusnya tak sekedar NATO (No Action Talk Only). Karena cinta budaya itu tidak cukup pengakuan, tapi butuh aksi nyata yang membuktikan bahwa kita cinta budaya. Tidak harus semuanya kita terapkan. Tetapi cukup wajib mengenal dan mengetahui budaya-budaya itu sudah cukup. Tetapi, alangkah baiknya kita menjaga dan melestarikan budaya yang kita miliki.
     
Karena banyaknya budaya yang kita miliki, pastilah harus tercipta keseimbangan antara budaya-budaya tersebut. Indonesia mempunyai satu panutan, yaitu "Bhineka Tunggal Ika", dalam konteks ini bisa diartikan bahwa, walaupun kita memiliki budaya yang beragam dan berbeda-beda, tetapi kita tetap bersatu atas nama Indonesia.
     
Perbedaan budaya yang kita miliki di setiap suku itu adalah anugerah, karena dari perbedaan kita bisa belajar dan memahami satu sama lain, dan perbedaan tersebut dimaksudkan agar kita bisa saling melengkapi.
     
Jadi, kita tidak boleh berpikir bahwa perbedaan akan membawa perpecahan dari perbedaan budaya. Justru, kita akan menjadi satu, hidup saling menghargai, dan menghormati dengan adanya perbedaan tersebut. Nah, Ajang Event Budaya seperti di kampus itu, merupakan salah satu bentuk pelestarian dan tingkat kepedulian para generasi muda Indonesia untuk menjaga budaya sendiri. Ketika semuanya saling mengenal budaya satu sama lain dan memahami budaya sendiri, maka terciptanya keseimbangan dan saling mencintai antar budaya pasti akan mudah kita realisasikan.

Sumenep, 05 Juli 2017
    
    

Comments

POPULAR POST