CIRCLE YANG SALING SUPPORT
Circle yang Saling Support
Berada di lingkungan tertentu akan sangat memberikan pengaruh terhadap
hidup yang kita jalani. Maka dari itu, memilih lingkungan yang baik sudah harus
menjadi pertimbangan dan pilihan utama agar kita dapat bertumbuh dan berkembang
dengan baik pula. Ya,
lingkungan yang kita tempati juga berpengaruh dan memberikan dampak. Ketika
memilih lingkungan yang "harum", maka akan dikenai juga harumnya.
Begitu juga ketika memilih di lingkungan yang "berbau tidak sedap",
maka akan dikenai juga bau itu.
Jika kita ingin atau mengimpikan apa pun, maka memilih lingkungan yang
bisa saling mendukung apa yang kita impikan, sudah seharusnya menjadi pilihan
kita. Ya, kita butuh teman yang saling support, mengindahkan, dan
menghargai kita. Dengan
begitu, kita akan belajar banyak hal bersama. Bagaimanapun bentuknya dukungan
itu, tetap akan berdampak. Berbeda ketika sudah diremehkan, not valued, and
toxic. Hal itu juga memberikan dampak terhadap semangat, jiwa, dan
hari-hari kita.
Nah, pada 18-19 Desember lalu, saya bersama ketiga teman saya, yaitu
Bestie Aan, Beb Hotimah, dan Mbak Mita pergi refreshing sejenak ke
gunung Bromo. Mereka adalah teman kamar saya di asrama putri atau dikenal
sebagai pesantren mahasiswi Ma’had Al-Jami’ah UINSA. Kami sangat akrab dan
ngobrol nyambung banyak hal, baik terkait akademik, life experience,
bahkan hingga persoalan jodoh (Hehehe). Beb Hotimah sudah menikah sejak Juli
2023, banyak pengalaman terkait soal pernikahan yang dia share di
samping soal-soal keperempuanan dan proses menulisnya. Begitu juga si Bestie
Aan, lulusan S1 Mesir yang juga seringkali share banyak hal, asik diajak
ngobrol, dimintai pendapat, dan diajak jalan keliling Surabaya. Lalu Mbak Mita,
asisten pribadi Ibu Warek (Wakil Rektor II) UINSA yang sudah tunangan 24
Desember 2023 lalu dengan doi atau calon suaminya, banyak hikmah-hikmah hidup
yang dia share, terlebih soal proses menemukan jodoh (Wkwkwk).
Dalam sebuah pertemanan dan persahabatan, yang sangat asyik adalah pada
saat ngobrol apapun itu topiknya. Baik hal-hal seru, lucu, sedih, dan hal-hal
aneh sekalipun. Kadang ketika kita sedih, saling cerita bersama. Begitupula saat
didatangi kebahagiaan juga saling sharing bersama.
Kami berangkat ke Bromo bareng-bareng di malam Selasa tanggal 18
Desember 2023 dengan naik Bus jurusan Malang Terminal Arjosari dari Terminal
Bungurasih Surabaya setelah Isya’ sekitar jam 20.00. Sampai di Malang sekitar
jam 21.00. Lalu, kami menunggu jemputan di Kolong Langit Café sampai sekitar
jam 00.30. Setelah itu, kami dijemput dan menuju Acala Basecamp. Acala adalah nama
travel kami yang memfasilitasi perjalanan kami ke gunung Bromo. Bersama Acala
travel ini, kami membayar Rp.300.000 perorang. Sekitar jam 02.30 kami berangkat
menuju gunung Bromo dengan mobil Jeep dari Acala Bromo trip and travel.
Perjalanan ini menyenangkan dan menantang. Ini benar-benar baru kali
pertama saya ke Bromo. Hal yang tidak kami sangka dalam perjalanan kami, di tengah
perjalanan ada salah satu rombongan mobil Jeep Acala travel yang mengalami problem,
sehingga semua rombongan mobil Jeep dari Acala travel berhenti dan saling
membantu hingga teratasi.
Sekitar jam 04.30 dini hari, kami sampai di puncak gunung untuk melihat sunrise
view di Bromo. Tidak tahu harus bagaimana saya mendeskripsikan
keindahannya, pokoknya indah sekali. Tentu kami mengabadikan setiap tempat dan view
dengan camera kami, serta kami juga difoto oleh fotografer dari Acala Bromo travel.
Di tempat atau destinasi pertama kami ini sampai sekitar jam 06.00. Lalu, kami
turun untuk melanjutkan ke destinasi tempat selanjutnya.
Suasana di Bromo waktu itu cukup ramai dan padat oleh wisatawan. Banyak orang
yang jualan juga, mulai dari bakso, pentol, kopi, dan bunga-bunga edelweis. Suhu
cuacanya sangat dingin sekali di pagi hari saat itu, sampai saya dan
teman-teman memutuskan untuk membeli minuman energen untuk mengisi perut.
Tiba di destinasi kedua, yaitu Bukit Widodaren, kami juga foto-foto di
sini. Lalu, destinasi selanjutnya adalah hamparan pasir yang biasa disebut
Pasir Berbisik. Tetapi, kami memilih untuk tidak turun dari Jeep dan juga tidak
berfoto di situ, sebab cuaca terasa cukup panas di hamparan pasir tersebut. Sehingga
kami langsung ke destinasi selanjutnya, yaitu Bukit Teletubis. Nah, di tempat
inilah kami sangat lama di sini, merasa takjub dengan keindahannya, dan begitu
menikmati hamparan hijau savana Bukit Teletubis ini. Pokoknya indah sekali.
Indah banget.
Menikmati keindahan Bukit Teletubis dengan waktu yang sangat lama sampai
sekitar jam 09.00 pagi, rasanya begitu membuat saya speechless dengan
ciptaan Allah. Begitu indah. Seolah seperti lukisan. Banyak sekali kami berfoto-foto
di sini, membuat video, dan bahkan saya mencoba untuk menunggangi kuda dengan
membayar Rp.20.000. Ya, kapan lagi bisa naik kuda. Mumpung di sini maka saya ambil
saja kesempatan itu. Walaupun cukup susah saat saya mau menaiki dan turun dari
kuda tersebut (Wkwkwk). Tapi seru dan senang.
Kemudian, saya dan teman-teman juga mencoba mencicipi bakso yang ada di
area Bukit Teletubis, harganya Rp.15.000 dan bonus view yang sangat indah di
sekelilingnya. Setelah makan bakso dan kenyang, kami pun pulang dari Bromo dan
menuju Basecamp Acala travel lagi. Samping kanan-kiri saat perjalanan pulang
dari Bromo sangat indah sekali dan juga bikin takut, karena samping kanan
kirinya ada jurang. Tapi perjalanan ini sungguh sangat menyenangkan,
Alhamdulillah.
Dari Basecamp Acala travel ke terminal Arjosari kami juga diantar. Sampai
di terminal kami langsung menemukan Bus yang akan segera berangkat ke Surabaya.
Pas dzuhur kami pun sampai di Surabaya. Terasa cepat sekali perjalanan ini. Singkat,
indah, dan menyenangkan. Semoga, di waktu dan kesempatan lainnya kami bisa
jalan-jalan dan refreshing bersama lagi, baik di dalam negeri, dan
lebih-lebih sampai ke luar negeri. Aamiin.
Catatan Anak Rantau
Surabaya | 01 Januari 2024
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!