BINGKAI LEBARAN DI TANAH KELAHIRAN

 


Bingkai Lebaran di Tanah Kelahiran

    Saya yakin, bahwa berlebaran bersama keluarga adalah salah satu hal yang membahagiakan di hati banyak orang. Momen hari raya idul fitri sering disebut sebagai hari yang fitri, suci, bersih, da jernih. Di hari itu pula, kita memang diperintahkan untuk meminta maaf kepada orang tua dan keluarga terlebih dahulu. Kepada Ibu, Ayah, Nenek, Kakak, Adik, Paman, Sepupu, dan keluarga serumah lainnya. Kemudian tetangga di sekitar rumah hingga kepada keluarga jauh, teman-teman, dan semua orang yang kita kenal.

    Bagi saya pribadi meminta maaf itu bukan berarti harus sadar bahwa kita pernah bersalah terhadap seseorang. Tetapi kita harus sadar bahwa kita manusia biasa yang kadang sering khilaf dan dan tak sadar bahwa kita punya salah atau melakukan kesalahan. Meminta maaf dan memaafkan adalah persoalan hati. Sebuah upaya untuk terus menjaga silaturahmi dan hubungan baik. Agar semakin erat dan rekat tali kekeluargaan dan persaudaraan yang terjalin.

    Di tahun 2021 ini, bisa berlebaran di kampung halaman bersama Ibu dan keluarga besar di rumah adalah hal yang benar-benar sangat saya syukuri. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini kita dihimbau kalau bisa tidak mudik. Anjuran kesehatan untuk melakukan perjalanan jauh seperti rapid-test, antigen, vaksin, pakai masker, dan pakai handsanitizer adalah protokol untuk kebaikan kita semua agar tidak terpapar virus. Alhamdulillah, saya pulang kampung pada tanggal 03 Mei 2021 sebelum larangan mudik diberlakukan. Saya pasti akan merasa bersalah kalau sampai tidak pulang kampung, hati saya akan menangis sejadi-jadinya, jiwa saya akan sangat kesepian kalau di hari raya idul fitri harus berjauhan dengan orang tua.

    Saya seringkali menyatakan dalam tulisan saya sebelum-sebelumnya, bahwa keluarga yang masih hidup di dunia ini adalah harta, berlian, permata, dan emas yang tak ternilai harganya. Bahkan mereka lebih berharga dari semua itu. Apalagi misalnya dibandingkan dengan uang, uang itu tidak ada apa-apanya dibanding keluarga. Orang tua dan keluarga adalah harta yang sesungguhnya, harus dijaga dan berbakti kepadanya. Ya, walaupun diri saya ini mungkin masih belum sepenuhnya baik dalam hal berbakti dan menjaga orang tua, tapi saya sadar bahwa orang tua sangat berharga. Sungguh. Melebihi apa pun. Tidak bisa ditukar dengan uang. Sebab tidak ada tempat atau orang yang berjualan nyawa.

    Saya menulis seperti itu, karena saya sudah pernah merasakan kehilangan sosok Ayah dalam hidup saya pada saat saya masih berumur 19 tahun. Hal itu benar-benar membuat saya terpukul harus kehilangan sosok Ayah di saat saya masih belum menikah. Hati saya menjadi rapuh. Jiwa saya menjadi pincang. Untuk melanjutkan perjalanan hidup, dalam keadaan hati terluka bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu untuk menyembuhkan luka itu. Kesabaran, keikhlasan, kekuatan, ketabahan, dan ketegaran sangat diperlukan untuk menopang agar jiwa bisa bangkit dan terus melangkah.

    Jadi, sejatinya orang tua dan keluarga adalah harta tak ternilai yang Allah berikan kepada kita sejak lahir ke dunia. Kebersamaan bersama keluarga adalah hal yang sangat berarti. Waktu-waktu bersama orang tua dan keluarga benar-benar merupakan scene paling favorit dalam skenario kehidupan di dunia ini.

    Awalnya saya sempat merasa khawatir tanggal dilarangnya mudik dimajukan, namun Alhamdulillah ternyata tidak, walaupun tetap sebenarnya sejak bulan ramadhan arus transportasi di beberapa titik diperketat. Allah memberi saya jalan untuk pulang, sehingga saya pun bisa sampai menginjakkan kaki di tanah kelahiran dan berjumpa kembali bersama Ibu, Mbak, Nenek, Paman, Bibi, keponakan, sepupu, dan semuanya. Bahagia sekali rasanya hati saya dapat berkumpul kembali bersama mereka dalam waktu kurang lebih 20 hari. Walau kemudian saya pun kembali ke tanah rantau untuk meneruskan perjuangan di Kota Pahlawan. Bertemu dengan Ibu dan keluarga telah me-recharge hati saya serta menjadi sistem penguat kaki dan pundak saya dalam melangkah menjalani kehidupan ini.

    Ya Allah, kepada Engkau yang Maha Baik dan Maha Segala-galanya, dalam tulisan ini, izinkan saya menggoreskan rasa terima kasih saya karena Engkau telah menciptakan sebuah hari yang fitri di bulan syawal. Saya berharap semoga saya dan Ibu beserta keluarga di rumah dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan dan syawal di tahun berikutnya. Bersama kembali dalam bingkai silaturahmi dan cinta kasih yang suci dan jernih.

    Ya Allah, Engkau yang Maha Pengasih dan Maha Belas Kasih, dalam tulisan ini pula, semoga Engkau meridhoi dan berkenan, saya ingin menggoreskan doa. Saya sangat memohon maaf apabila doa ini mungkin termasuk doa yang egois. Saya ingin memohon kepadaMu ya Allah, berikanlah kesehatan, umur panjang dan berkah, serta hati yang bahagia untuk Ibu saya. Saya mohon jangan dulu Engkau ambil Ibu dalam hidup saya ya Allah. Rasanya saya tak akan mampu, saya tak akan kuat, apabila harus ditinggal Ibu juga, setelah hati saya sakit bertubi-tubi akan kepergian Ayah dari dunia ini. Sehatkanlah selalu Ibu saya ya Allah. Berikanlah kesehatan selalu untuk beliau. Karuniakanlan rezeki kesehatan yang baik untuk beliau.

    Sebab saya merasa tak akan kuat apabila harus ditinggalkan beliau sebelum saya menikah. Dalam impian saya, jika Engkau mengkaruniai umur saya panjang, saya ingin Ibu ada di samping saya saat saya menikah ya Allah. Dan saya ingin Ibu bisa mencium, menggendong, dan bahagia dengan adanya anak-anak saya. Itulah doa dan impian sederhana saya ya Allah. Semoga Engkau menerima permohonan ini. Walau sebenarnya saya sadar bahwa kematian atau ajal adalah hal yang sangat rahasia. Hanya Engkau yang Maha Mengetahui. Tetapi saya percaya, bahwa Engkau sangat senang apabila ada seorang hamba yang berdoa kepadaMu. Sebab memang hanya kepada Engkau manusia berharap, meminta, dan memohon banyak hal. Manusia seperti saya tidak akan bisa apa-apa tanpa Engkau ya Allah. Dan tak ada apa-apanya tanpa bantuan dan pertolongan dariMu ya Allah.

    Ya Allah, saya mohon kepadaMu, jagalah Ibu saya ya Allah, lindungi Ibu saya ya Allah, dan berikanlah keselamatan dan kesehatan selalu kepada Ibu saya ya Allah.  Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz-dzolimiin.

Surabaya | 10 Juni 2021

 

 

Comments

POPULAR POST