THE MOST IMPORTANT DAILY ACTIVITY

 


The Most Important Daily Activity

    Hidup ini penuh dengan aktivitas. Ada aktivitas primer dan sekunder. Contoh salah satu aktivitas primer adalah seperti mandi, makan, shalat, dan tidur. Ya, bahkan tidur pun merupakan sebuah aktivitas manusia. Karena hanya ketika mati sajalah manusia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bagi manusia normal, tidur termasuk salah satu kebutuhan sehari-hari. Hanya saja setiap orang memiliki porsi tidur masing-masing. Mulai dari bayi hingga orang tua. Biasanya kalau bayi itu membutuhkan waktu tidur yang cukup banyak. Berbeda lagi dengan kebutuhan tidur anak remaja dan orang dewasa. Kalau anak remaja biasanya tidurnya cukup teratur, ada tidur siang, dan di malam hari maksimal tidur jam sembilan. Sedangkan porsi tidurnya orang dewasa, tergantung siapa dia, apakah dia pekerja, pengangguran, ibu rumah tangga, mahasiswa, dokter, dan lain-lain. Yang jelas kalau pekerja (di hari efektif kerja) tidak akan memiliki waktu tidur siang, karena kerjanya dari pagi sampai sore. Kalau mahasiswa, bisa jadi punya waktu tidur siang, bisa jadi juga tidak. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, sangat jarang memiliki waktu tidur siang. Karena jam kuliah cukup padat, di samping itu juga harus mengerjakan tugas, kerja kelompok, rapat, kegiatan, dan masih banyak lagi. Bahkan selalu lembur, tidak tidur semalaman sudah menjadi hal biasa. Dan porsi tidur orang tua atau yang sudah lanjut usia, juga tergantung dari siapa dia, apakah pekerja keras atau tidak. Tidur itu ibarat mencharger raga. Manusia biasa (seperti saya) butuh istirahat untuk menjaga kesehatan.

    Kemudian shalat atau beribadah itu, bagi saya merupakan kebutuhan primer dalam hidup ini sejak Kanjeng Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk melaksanakan shalat fardhu 5 waktu dari Allah SWT, yang terkenal sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab tahun ke-11 Kenabian. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, “shalat adalah tiang agama”. Bahkan kata guru ngaji saya, orang Islam yang tidak shalat, ia halal disembelih. Shalat fardhu yang 5 waktu hukumnya wajib dilaksanakan setiap hari. Shalat itu ibarat mencharger jiwa, agar hati tenang dan tentram. Tidak boleh ditinggal. Sesibuk apa pun. Misal bepergian jauh pun tetap harus dilaksanakan. Allah sudah memberikan kemudahan dengan cara menjamaknya (mengumpulkan) atau mengqoshornya (memendekkan/mengurangi jumlah rakaat). Di sini saya tidak akan menjelaskan bagaimana tata cara shalat jamak dan qoshor, bagi yang ingin tahu, bisa dilihat dan belajar di Kitab Fathul Qorib Mujib atau di Kitab dan Buku Panduan Shalat lainnya. Apabila kepepet waktu atau karena tertidur lama sehingga tidak nututi waktu shalat, maka harus diqodo’. Contoh, kebablasan bangun tidurnya kesiangan, baru bangun jam 07 pagi misalnya, sedangkan waktu shalat subuh sudah selesai. Tetap harus shalat. Niatnya yang biasanya menggunakan ada’an diganti qoda’an. Jangan sampai meninggalkan shalat. Kecuali bagi perempuan yang setiap bulannya kedatangan waktu haid, memang diharamkan untuk shalat. Begitupula untuk perempuan yang baru melahirkan dan keluar darah nifas, maka memang diharamkan shalat juga.

    Dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya saya, saya yakin, pasti setiap orang memiliki rentetan kegiatan sehari-hari yang dijalani. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bagi saya pribadi, kegiatan sehari-hari itu pondasinya diawali dari tempat tidur semenjak kita bangun tidur di pagi buta, yaitu berawal dari membereskan/merapikan tempat tidur. Ini hal sepele. Tapi, ini pondasi pertama. Karena jika tak bisa membereskan tempat tidur, bagaimana kegiatan yang lain akan terselesaikan dengan baik. Jujur, saya berani mengakui, bahwa bangun pagi-pagi sekali bahkan dari jam 03 pagi itu sangat penting untuk menjadi tiang penyanggah kegiatan besar lainnya pada jam 07.30 dan seterusnya.

    Kegiatan pagi yang kedua adalah bersih-bersih/menyapu. Menurut saya, tempat yang kita tinggali harus dirawat dan dijaga kebersihannya, disamping agar kita betah, tidak malu ketika ada tamu, dan kebersihan merupakan sebagian dari iman bukan. Ini adalah sebuah karakter yang diajarkan oleh guru ngaji saya di surau dulu, sebagai salah satu cara untuk berbakti. Pagi-pagi ba’da subuh, berangkat ke surau, sampai di sana harus menyapu halaman surau dan mushalla terlebih dahulu sebelum diajari mengaji. Begitu juga saat di rumah, saat saya sudah besar dan tidak mengaji di pagi hari lagi ke surau, Ibu mengharuskan saya menyapu rumah di pagi hari sebelum sarapan dan berangkat ke sekolah. Ya, bersih-bersih memang cocok dilaksanakan di pagi hari.

    Yang ketiga adalah memasak. Ini juga merupakan kegiatan di pagi hari yang sangat penting. Dulu biasanya sebelum saya berangkat sekolah, pasti selalu sarapan pagi terlebih dahulu. Jika masak tidak dilakukan pagi-pagi, tentu perut akan keroncongan dan kelaparan. Misalkan tidak makan di rumah pun, penjual nasi di luar sana, pasti masak pagi untuk dijual. Bukan apa-apa, tapi jujur sarapan pagi itu memang sangat penting dalam dunia kesehatan. Apalagi bagi siswa dan mahasiswa, bahkan pengajar, dan pekerja. Bahasa kerennya, logika itu butuh logistik. Jangan sampai kelaparan dan jadi tidak fokus saat belajar, mengajar, atau bekerja. Bunyi kriuk-kriuk perut pasti akan sangat mengganggu. Ya, walaupun seringkali di masa kuliah dulu, saya sering tidak sempat sarapan pagi. Begitulah, masa adaptasi di tanah rantau yang jauh dari orang tua. Biasanya kan Ibu yang masak di rumah. Saat kuliah sudah tidak ada lagi hal semacam itu. Apalagi saat kuliah dulu saya tinggal di asrama, yang mana hanya diperbolehkan masak nasi menggunakan rice cooker. Lauknya harus beli ke kantin asrama. Sebenarnya jam 07 pagi kantin sudah buka, namun terkadang saya di pagi hari masih belum selesai mengerjakan tugas, nyuci baju, antri mandi, dan lain sebagainya. Sampai tak sempat untuk sarapan. Sedangkan kuliah masuk jam 07.30. Apalagi saya senang mengambil jam kuliah di pagi hari. Mungkin kebawa kebiasaan saat sekolah dulu yang masuk dari jam 07.00 pagi.

    Kegiatan pagi keempat yang juga penting untuk dilakukan adalah mencuci pakaian. Ini menurut penilaian saya pribadi. Karena mencuci baju di pagi hari, pasti sudah akan kering di siang hari. Tentunya di cuaca yang normal, tidak mendung atau pada saat musim hujan. Walaupun sebenarnya bebas, mencuci baju bisa dilaksanakan kapanpun. Malampun juga bisa. Tetapi karena saya termasuk masyarakat yang belum memiliki alat canggih dalam mengeringkan pakaian, tentu membutuhkan bantuan sinar matahari. Matahari terbit di pagi hari. Memilih mencuci baju di siang hari pun tidak masalah. Hanya saja, bagi saya siang hari itu, merupakan waktu dimana saya mulai merasa capek, lelah, bahkan pengen tidur siang kalau ada waktu. Apalagi di musim panas, cuaca pasti akan sangat panas. Enaknya istirahat dan bersantai. Jemuran bisa saja sudah kering di sore hari kalau tidak tebal.

    Dari keempat kegiatan penting di atas tersebut, semuanya dilakukan oleh Ibu saya di pagi hari. Saya telah melihat dan merasakannya sendiri selama hidup dengan beliau. Sosok Ibu rumah tangga yang luar biasa. Yang menyelesaikan kegiatan primer sehari-hari di pagi hari. Saya takjub kepada beliau. Saya pun belajar dari beliau. Karena saya juga ingin hidup teratur dan tertata seperti beliau.

    Jadi, kegiatan bersih-bersih seperti menyapu dan mengepel rumah/tempat tinggal, lalu memasak, dan mencuci baju, merupakan pondasi dasar dan penting untuk dilakukan di pagi hari. Seakan hal tersebut merupakan hal yang wajib diselesaikan terlebih dahulu sebelum kemudian berangkat melaksanakan kegiatan sekunder seperti kerja, kuliah, dan lain sebagainya.

    Dalam memasak, tidak hanya memasak saja. Tetapi masih ada rentetannya, seperti mencuci beras dulu, baru kemudian dimasak, lalu ditaruh di baskom nasi untuk disajikan di meja makan. Untuk memasak sayur dan lauk, sebelum dimasak masih harus dicuci, dipotong-potong, menyiapkan bumbu, baru kemudian dimasak, dan disajikan. Setelah itu masih ada tugas untuk mencuci piring seusai makan. Jangan sampai hanya mau makan, tapi setelah itu tidak diberesin dan tidak korah-korah. Kalau beli makan di luar baru tanpa korah-korah.

    Kemudian dalam kegiatan mencuci pakaian, tidak hanya mencuci pakaian saja. Setelah itu harus dijemur. Ketika sudah kering, harus dilipat yang rapi dan dimasukkan ke lemari. Bahkan ada yang disetrika dulu sebelum dimasukkan ke dalam lemari.

    Melihat dan merasakan segala kegiatan pagi yang sangat penting tersebut, menguatkan bahwa tidur pagi itu tidak boleh, tidak baik, rezekinya dipatok ayam, dan lain sebagainya. Serta membuat saya salut bagi para perempuan dan para Ibu rumah tangga dan sosok suami yang juga membantu menyelesaikan kegiatan bersih-bersih, memasak, dan mencuci di pagi hari.

    Dalam dunia halu saya, ingin sekali suatu saat ketika sudah menikah dan punya anak, segala aktivitas pagi tersebut dikerjakan bersama-sama dengan suami. Atau bagi-bagi tugas. Misal saya tugasnya memasak, suami mencuci baju. Bahkan akan sangat unik apabila misalnya dibuat jadwal, hari ini saya masak, besok suami yang masak, begitu pula dengan tugas-tugas lainnya juga di bagi dan dijadwal. Semoga saja ada sosok laki-laki yang bersedia untuk seperti itu. Karena bagi saya, sepertinya so sweet gitu, kalau dimasakin suami, dibanrtu nyuci, dan bersama-sama. Jujur, selama hidup di asrama pun, saya masak tidak setiap hari, tapi dijadwal bersama teman sekamar. Hari senin siapa, hari selasa siapa, dan seterusnya bergantian.

    Perlu diketahui dan disadari, bagi semua laki-laki, bahwa tugas memasak dan mencuci pakaian di dalam Islam, itu adalah tugas suami. Apabila istrinya yang melakukan semua itu, harus berterima kasih, karena istrinya telah membantu dan meringankan tugas suami. Jangan sampai mengklaim bahwa memasak dan mencuci adalah tugas, kodrat, dan kewajiban perempuan.

    Statement kuno yang mengatakan “wanita itu ya di kasur, di sumur, dan di dapur”, entah siapa yang mencetuskannya, sampai membutakan kebanyakan laki-laki bahwa sesungguhnya di dalam Islam tugas memasak dan mencuci adalah tugas seorang suami. Memang benar, seorang suami memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan menafkahi istri. Tetapi bukan berarti tidak mengakui apalagi acuh dengan aktivitas memasak dan mencuci.

    Memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, itu bukan kodrat perempuan. Kita harus lebih cerdas dari orang-orang kuno. Kodrat itu ya mengandung, melahirkan, dan menyusui. Berdasarkan perbincangan saya dengan beberapa teman perempuan yang sudah menikah dan punya anak, dalam mengurus rumah dan mengurus anak ya tentu harus bareng-bareng, jangan sampai semuanya di bebankan sama istri. Memasak ya istri, mencuci ya istri, bersih-bersih rumah ya istri, mengurus anak ya istri. Lah, suami mau main tinggal pergi tanpa membantu? Tolong, sepertinya perlu dipertanyakan adakah secercah hati nuraninya kalau diserahkan pada istri semua tanpa membantu sedikitpun. Apalagi sampai mengatakan bahwa hanya mencari nafkah dan menafkahi istrilah kewajibannya. Mau bagaimanapun soal nafkah memang tugas suami. Tapi jangan heran, apabila terkadang ada istri yang cerewet, emosinya tidak karu-karuan, karena tugas memasak itu butuh keterampilan, mencuci pakaian butuh ketelatenan, bersih-bersih rumah butuh kesanggupan, dan mengurus anak juga memerlukan ketangguhan dan perjuangan. Lalu dikira tidak lelah?

    Pernah saya momong keponakan saya di rumah yang masih berumur satu setengah tahun, baru beberapa jam saja, saya sudah merasa capek membantu dan menemani Mbak saya menjaga si kecil yang aktif. Ingin ke sana, ke sini, dan semacamnya. Anak kecil kalau tidak dijaga, takutnya kan jatoh, takut kenapa-kenapa, masih tulang muda, dan mereka masih dalam tahap belajar untuk beradaptasi dengan kehidupan di dunia ini. Jadi, jangan sampai semuanya dibebankan pada perempuan tanpa membantu sedikitpun. Kalau ditanya mana bakti perempuan, jangan ditanya lagi. Menurut cerita Ibu saya, bukan perkara gampang mengandung sembilan bulan. Tidak enak makan dan tidak enak tidur. Ketika melahirkan yang dipertaruhkan adalah nyawa dan sakitnya luar biasa. Menyusui selama kurang lebih dua tahun, juga bukan perkara sepele. Apakah suami masih tega mau main tinggal pergi tanpa membantu sedikitpun perkara memasak dan mencuci?   

    Coba bayangkan, apabila kegiatan penting seperti bersih-bersih, memasak, dan mencuci tidak dilakukan di pagi hari. Entah rumah akan seperti apa rupanya, perut akan lapar, raga tidak bertenaga, dan pakaian bisa saja tidak kering total. Bagi saya, mencuci adalah kegitan yang juga harus dijadwalkan rutin, agar ringan dalam mengerjakannya, agar tidak terlalu banyak menumpuk, dan agar tidak berat dalam menyelesaikannya. Apalagi misalnya ganti baju setiap hari. Jika masih harus menunggu satu minggu sekali untuk mencuci baju, maka akan menumpuk banyak, berat, dan capek. Tips yang saya peroleh dari Ibu saya, kalau ingin ganti baju, maka baju sebelumnya yang sudah dipakai, harus dicuci terlebih dahulu. Disamping sedikit yang dicuci, ringan pula dalam mengerjakannya. Jadi tidak akan menguras tenaga. Sedikit-sedikit, tapi semuanya beres, teratur, dan terselesaikan. Waktu yang kita lalui pun terasa bermanfaat.

    Itulah the most important daily activity menurut versi saya. Sebagai pondasi dari semua kegiatan sekunder lainnya. Bangun pagi-pagi adalah awal yang baik untuk membangun hari. Kesiangan adalah hal yang sangat disesalkan.

Surabaya | 16 Maret 2021

 

Comments

POPULAR POST