MERAKIT TANGGA BELAJAR, MENEMBUS BATAS KETIDAKMUNGKINAN

 

Merakit Tangga Belajar, Menembus Batas Ketidakmungkinan

(Sidang Tesis: 08 Juli 2024)

Proses menyelesaikan tesis adalah sebuah komitmen yang benar-benar harus selalu dipupuk. Dalam prosesnya tentu ada rasa lelah, bosan, mager, mengumpulkan niat untuk eksekusi menulis, dan segala macam lainnya. Saya yang terikat mengabdi dan mengajar di sebuah instansi, tentu harus pintar-pintar membagi waktu. Terkadang juga tergoda untuk ikut kegiatan atau event ini itu. Parahnya kadang keenakan merajut mimpi di atas tempat tidur.

Proses menulis hingga rampung, terkadang juga merasa tidak nyaman apabila mengerjakan di zona kamar. Maka, saya pun mencoba untuk mencari tempat lain di luar untuk mencari suasana lain dalam mengerjakan. Pas ngerjain di luar, eh ternyata merasa suasananya tidak seprivat saat ada di kamar, sehingga kadang ketika fokus terdistraksi oleh hal lain. Pernah juga merasa bosan ngerjain sendiri, pas nyoba ngerjakan sama teman, bukannya dikerjain tapi malah keasikan ngobrol. Nulisnya tidak sampai setengah jam, ngobrolnya lama banget. Ya, begitulah sekelumit lika-liku dalam menyelesaikan tesis.

Herannya, kadang kalau ngerjain tesis, pikiran lebih fokus ketika tidak terisi nasi dari pagi sampai siang. Saya juga heran sama perut saya, kok kuat gitu ya. Kalau makan pagi-pagi, bukannya lanjut ngerjain, tapi malah tidak bisa menahan kantuk dan tepar ketiduran.

Tapi, sedihnya, tiba-tiba di tahap penyelesaian akhir, sudah tinggal sedikit lagi, diri ini jatuh sakit, demam, batuk dan pilek. Padahal target sudah harus selesai akhir Mei semuanya. Demi mengejar target agar bisa segera daftar Seminar Hasil Tesis di awal bulan Juni. Akhirnya, badan tetap dipaksa untuk segera sembuh dan kuat, periksa ke klinik, dan meminum obat-obat yang telah diberikan, bahkan mengerjakan dan menyelesaikan Bab 5-nya adalah selama perjalanan di dalam Bus saat Safari Religi ke Jawa Tengah.

Bimbingan demi bimbingan alhamdulillah telah terlaksana dengan baik dengan dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan inilah, saya tidak hanya belajar menulis tesis, menganalisis data, memahami teori, dan menginterpretasi data, tetapi juga belajar bagaimana membangun komunikasi yang baik dengan kedua dosen pembimbing, yang mana bimbingan antara dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 harus seimbang dan tidak boleh berat sebelah.

Hingga sampailah pada tahap bisa maju untuk sidang tesis, setelah melalui proses cukup Panjang dan banyak hal yang harus dilalui, revisi beberapa kali, dan terus dikomunikasikan dengan dosen pembimbing. Akhirnya kedua dosen pembimbing sepakat bahwa tesis saya layak untuk diujikan. Dan saya pun sidang tesis pada 08 Juli 2024 mulai dari jam 11.00-13.00 di Ruang Ferdinand de Saussure FIB. Para penguji tesis saya di antaranya adalah Bapak Dr. Hariawan Adji, Drs., S.T., M.Kes. (Ketua Penguji), Ibu Prof. Dr. Ni Wayan Sartini, Dra., M.Hum. (Penguji 1), Bapak Dwi Anggoro Hadiutomo, S.S., M.Hum., Ph.D. (Penguji 2), Ibu Dr. Lilla Musyahda, Dra., M.Pd. (Penguji 3), dan Ibu Viqi Ardaniah, S.S., MA. Linguistik., Ph.D. (Penguji 4).

Jika ingat proses untuk mendaftar tesis, 01 Juli 2024 sudah mendapatkan rekomendasi untuk maju sidang tesis dari kedua pembimbing tesis, lalu memproses pengajuan pendaftaran tesis di cyber campus UNAIR. 03 Juli 2024 proses administrasi di cyber campus sudah beres dan bisa lanjut ke tahapan selanjutnya dalam pendaftaran tesis dengan mengupload file tesis dan alhamdulillah hasil turnitin 4%. 05 Juli 2024 jadwal sidang tesis dan para pengujinya sudah keluar. Ah, sungguh merupakan hari-hari yang cukup menegangkan dan harus selalu ada di depan laptop.

Lalu, apa saja yang harus disiapkan untuk sidang tesis? Pertama, sudah harus benar-benar memahami seluruh isi tesis yang telah ditulis tentunya. Kedua, menyiapkan PPT tesis. Ketiga, belajar berulang-ulang dari Bab 1 sampai Bab 5 dan mengekspektasikan kira-kira hal-hal apa saja yang akan ditanyakan oleh para penguji. Keempat, belajar presentasi dan menyampaikan tesis dalam waktu 15 menit. Kelima, siapkan outfit terbaik yang rapi, good looking, sopan, sudah disetrika, dan jas almamater jangan lupa. Keenam, menyiapkan device laptop yang dalam kondisi baik, tidak mudah heng, dan sudah tercharger penuh. Chargernya di bawa juga saat sidang tidak apa-apa, kali aja lowbat. Ketujuh, Hadir 30 menit untuk persiapan masuk ruang ujian tesis. Jangan sampai telat.

Ada seorang teman bertanya kepada saya, apa motivasi besar saya tidak malas mengerjakan tesis. Pertama, karena saya kuliah S2 dengan beasiswa, jadi harus lulus tepat waktu. Kedua, kalau tidak lulus tepat waktu, maka harus menanggung biaya tambahan semester sendiri. Ketiga, saya adalah tipe orang yang memang tidak ingin lebih dari hal yang lazim. Jadi kalau S2 maksimalnya ditempuh selama 2 tahun, maka saya tidak ingin lebih. Keempat, agar bisa memanfaatkan waktu setelahnya dengan hal lainnya dalam pengaplikasian ilmu dari hasil studi sejak S1-S2.

Nah, itulah sekelumit cerita yang bisa saya bagi, terkait proses sidang tesis saya. Intinya, apa pun prosesnya, lawan rasa malas dan mager itu. Kuat-kuatin komitmennya bahwa harus segera merampungkan tesis dengan konsekuensinya apabila lebih dari 2 tahun. Salah satu tips lagi agar semangat mengerjakan dan bimbingan tesis adalah jangan sendirian, usahakan selalu barengan dengan teman-teman yang satu bimbingan, di sinilah muncul secara tidak langsung jiwa kompetitif, di mana kalau mengetahui teman sudah selesai ngerjain revisi dan dalam waktu dekat mau menjadwalkan bimbingan lagi dengan dosen pembimbing, maka kita akan terpacu juga untuk segera menyelesaikan tulisan kita, agar bisa barengan bimbingan. Karena kenapa, jam terbang dosen itu saya akui padat sekali. Maka, kalau ada kesempatan waktu untuk bimbingan, rasanya jangan sampai dilewati begitu saja.

Rasa bosan, down, dan energi negative lainnya yang bermunculan selama proses merampungkan tesis, tentu kitalah yang harus melawannya dengan berbagai cara. Kalau lagi pening, ya istirahat dulu. Bingung, bisa konsultasi dengan dosen pembimbing. Sungkan, harus dibuang. Pada akhirnya kita akan terus merakit diri kita untuk melangkah menuju ke arah depan dan melawan ketidakmungkinan atau tantangan yang seringkali datang dan mengganggu.

Tak lupa, kedua dosen pembimbing saya (Bu Wayan & Pak Dwi), terima kasih yang tiada terhingga telah begitu baik dalam membimbing dan mengarahkan saya selama mengerjakan tesis. Dan untuk seluruh teman yang sudah selalu mensupport saya dalam mengerjakan tesis, kalian itu baik banget. Serta, untuk Inayah, Novi, Mazra, aduh makasih banget sudah datang nyamperin mengapresiasi saya setelah saya selesai sidang tesis, kalian benar-benar teman yang berhati baik dan perhatian banget.  

Catatan Mahasiswi

Surabaya | 28 September 2024


Comments

POPULAR POST