MELUKIS PELANGI DI LANGIT LENTENG
MELUKIS PELANGI DI LANGIT LENTENG
(Quality Time Bersama Sepupu di Boekit Tinggi Daramista Sumenep)
(Quality Time Bersama Sepupu di Boekit Tinggi Daramista Sumenep)
Apakah pernah, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri seberapa besar arti sebuah saudara dalam hidup kita? Pasti pernah. Saya pun juga pernah. Alhamdulillah, saya punya banyak saudara di dunia ini. Pertanyaannya adalah, sudah seberapa erat saya menjaga ikatan persaudaraan tersebut? Cara terbaik untuk terus menjaga sebuah hubungan itu harus diikat dengan sebuah tali, yaitu tali silaturahmi. Menjaga komunikasi, saling memberi kabar, memberi bantuan, membuang ego, dan berbuat kebaikan lainnya. Itulah tugas kita untuk menjaga persaudaraan yang saat ini terjalin agar tetap berlanjut sampai nanti, dan selamanya.
Di tempat perantauan, saya tak ada apa-apanya jika tidak mendapatkan dukungan dari saudara-saudara saya. Saya selalu butuh untuk berkomunikasi dengan saudara-saudara saya di rumah. Tentu, 18 tahun saya hidup bersama keluarga di rumah dengan sejuta hal yang saya miliki. Lalu pindah ke tempat baru, maka selalu saja ada sesuatu yang saya perlukan dari rumah. Baik itu berupa kasih sayang, doa, dukungan, atau buku-buku, dokumen, dan data-data saya yang masih ada di rumah.
Biasanya jika saya butuh sesuatu yang berupa dokumen untuk dikirim ke Surabaya, saya selalu menghubungi dan minta bantuan pada Syarifa. Dia adalah sepupu perempuan saya. Nama lengkapnya adalah Syarifatun Jamilah. Dia lebih muda satu tahun dari saya. Saya lahir tahun 1998, sedangkan dia lahir tahun 1999. Sekarang dia kuliah di salah satu kampus swasta di Kabupaten Sumenep, yaitu di STIT Al-Karimiyah Braji Sumenep. Sebenarnya dia memiliki mimpi untuk kuliah ke Surabaya juga, namun karena beberapa alasan, dia tidak jadi untuk kuliah ke Surabaya.
Dia adalah saudara yang baik. Yang mau untuk selalu saya repotkan. Yang mau diberi nasehat. Dan juga mau mengerti problem saya. Jika saya pulang kampung, dialah driver pribadi saya, yang mau saya ajak keluar rumah. Baik itu bersilaturahmi ke teman-teman saya, pergi ke kecamatan, dan masih banyak lagi.
Liburan hari raya Idul Fitri kemarin (06 Syawal 1440 H), saya mengajak dia untuk menemani saya bersilaturahmi ke kediaman Ustadzah Ulfa di Lenteng Sumenep dan sekalian ke lokasi wisata Boekit Tinggi Daramista yang ada di Lenteng juga. Ya, hanya bersama dia saja.
Boekit Tinggi Daramista ini adalah sebuah tempat wisata yang masih termasuk baru di Kabupaten Sumenep. Pamandangannya sangat indah sekali. Informasi tentang Boekit Tinggi Daramista bisa search langsung di google. Karena saya ingin fokus bercerita tentang refleksi quality time saya dengan Syarifa. Bahwa kesempatan untuk bersama saudara atau meluangkan waktu untuk saudara itu sangat penting.
Pesan Ayah, sebelum meninggal. Saya harus menjaga hubungan baik bersama seluruh saudara-saudara saya dan menyambung silaturahmi dengan saudara-saudara yang jauh. Jadi, meskipun saya sekarang sudah mendapatkan teman dan sahabat baru di Surabaya, saudara tetaplah harus di hati meski jarak kita sedang berjauhan.
Teringat hal lucu, menggemaskan, dan menyebalkan saat saya kecil dulu bersama Syarifa, sering sekali kami bertengkar, main bersama, nangis bersama, tertawa, nonton TV, belajar, dan makan bersama. Waktu saya di rumah habis selalu bersama dia. Bahkan sejak dari kecil, baju saya dan dia pun harus sama. Atau paling tidak, jika tidak sama persis, maka harus agak mirip. Jika tidak, maka kami berdua bertengkar dan rebutan mana yang cocok buat kami. Sering sekali seperti ini. Jika warnanya tidak sama, maka model bajunya harus sama.
Tidak terasa, sekarang kami sudah sama-sama besar. Sekarang saya sudah berumur 21 tahun, sedangkan dia berumur 20 tahun. Semenjak saya kuliah ke Surabaya lah kami berpisah dan tidak lagi satu atap. Saya mengambil jurusan Sastra Inggris di UIN Sunan Ampel Surabaya dan dia mengambil jurusan Pendidikan Anak Usia Dini di STIT Al-Karimiyah Sumenep.
Meski kami berada pada mimpi yang berbeda, saya hanya bisa berdoa untuk diri saya dan dirinya, semoga kami bisa sama-sama sukses, dapat membahagiakan kedua orang tua, dan menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Amiin.
Saya sungguh berterima kasih atas seluruh kebaikannya pada saya, mulai dari kecil, hingga sekarang. Rasa terima kasih yang tak pernah cukup saya tuliskan dengan kata.
Untuk dia yang jauh di sana, yang selalu menantikan kepulangan saya ke kampung halaman, yang selalu menanyakan kabar saya dimana pun saya berada, yang selalu ingin mengajak saya melihat keindahan kota kelahiran, atas nama cinta untuk Madura, Siti akan selalu menjaga persaudaraan kita meski kita ada di tempat yang berbeda. Karena hati lah yang akan selalu menyatukan, bukan mata diantara kita.
“Perpisahan hanya untuk orang-orang yang mencintai dengan matanya. Karena untuk orang yang mencintai dengan hati dan jiwanya, tidak ada kata perpisahan.” (Jalaludin Rumi)
Magetan, 10 Agustus 2019
Comments
Post a Comment
Beri komentar, kritikan, saran, dan masukan yang membangun. Terima Kasih! Salam Sastra dan Literasi!